Bagian 21

463 16 1
                                    

Malam telah tiba, namun Rendra belum sampai di rumah padahal biasanya jam-jam segini suami dari Naura itu telah waktunya pulang. Apa lembur? Tapi Rendra sama sekali tidak mengabarinya. Panggilan dan pesanya pun sedari tadi tidak diangkat juga di balas.

"Apa aku susul aja ke kantor?" gumam Naura hendak bangkit dari duduknya ingin mengambil kunci mobil

Namun niatnya itu ia urungkan saat mendengar suara mobil suaminya memasuki halaman rumah. Dengan senyum yang terpatri di wajah cantiknya, Naura segera membuka pintu untuk menyambut Rendra seperti biasanya.

"Mas lembur ya dikantor?" tanya Naura usai menyalami tangan Rendra

"Hmm"

"Kenapa nggak ngabarin?"

"Ponsel ayah lowbat. Udah ah, ayah mau mandi dulu"

"Oke yah, bunda siapin makanan dulu"

"Nggak usah, ayah udah kenyang" kata Rendra datar

Setelah berkata demikian, Rendra langsung meninggalkan Naura tanpa sepatah kata apapun lagi. Meninggalkan rasa bingung di benak wanita cantik tersebut. Baru kali ini Rendra bersikap seperti itu padanya seolah-olah suaminya itu sedang diliputi rasa kesal. Ada apa? Apa dirinya berbuat salah pada suaminya itu? Tapi apa?

"Mas...aku ingin tanya" kata Resti begitu dirinya memasuki kamar menyusul Rendra.

"Apa" jawab Rendra tanpa mengalihkan pandanganya dari layar ponsel.

"Apa ada masalah di kantor?"

"Enggak"

"Terus?"

"Terus kenapa?

"Kenapa ayah cuekin bunda?"

"Bunda nggak ngrasa atau pura-pura nggak ngrasa?" tanya Rendra yang langsung meletakkan ponselnya di atas nakas.

"Maksudnya?"

"Sekarang jawab jujur, tadi apa bunda nampar Resti?"

Sejenak, Naura terdiam mendengar pertanyaan yang barusaja Rendra lontarkan untuknya. Oh, mungkin ada seseorang yang lebih dulu mengatakan yang tidak-tidak pada Rendra. Siapa lagi jika bukan Resti.

"Ya. Memang benar bunda tadi menampar mbak Resti"

"Astaghfirullah bund...kenapa? Apa salah Resti. Besok, bunda ikut ayah buat minta maaf sama dia"

"Nggak, aku istri ayah, sudah seharusnya bundalah yang ayah bela"

"Aku tau bunda istri ayah. Tapi kalau sikap bunda seperti ini lama-lama ayah nggak bisa lagi pahamin bunda"

"Yah tapi tadi mbak Res.."

"Resti yang bersalah gitu? Udah. Ayah capek bun, capek. Bisa nggak sih bunda sekali aja nurutin ayah. Apa salahnya bunda minta maaf?"

"Tentu tidak ada yang salah dengan itu. Hanya saja harusnya mbak Resti yang minta maaf padaku"

"Bunda!!" kata Rendra sedikit membentak.

"Ayah bentak bunda?" tanya Naura tak percaya dengan mata yang mulai berkaca-kaca.

"Terserah ayah maunya gimana, yang jelas aku tetap tidak mau meminta maaf pada mbak Resti. Mau bunda jelasin pun juga percuma karena ayah mungkin sudah tidak membutuhkanya" lanjutnya

"Bund..bukan seperti itu, maafin ayah" kata Rendra merasa bersalah

"Bunda nggak butuh kata maaf ayah. Ayah tau, bunda capek. Ayah berubah sekarang" kata Naura yang langsung berlalu menaiki ranjang dan merebahkan diri memunggungi sang suami dengan suasana hati yang kacau.

*****

"Res....ada temen kamu tuh di depan. Nggak mau masuk, katanya nungguin kamu aja" kata mama Reni di depan pintu kamar Resti

"Siapa ma?" tanya Resti usai membuka pintu kamar

"Nggak tau, katanya temen SMA mu dulu"

"Siapa? Nanti cuma orang iseng yang ngaku-ngaku lagi"

"Kamu temuin aja dulu gih. Klok emang itu orang jahat mah gampang, tinggal mama basmi pakek sapu tuh di pojokan"

"Mama ada-ada aja deh. Yaudah Resti kedepan dulu klok gitu ma" kata Resti.

Setelahnya, wanita itupun turun kebawah dan menuju halaman dimana kata mamanya ada seorang teman yang telah menunggu.

"Lingga? Kenapa kamu bisa ada disini?"

"Tentu aja bisa. Aku kira kau pindah rumah, ternyata tidak"

"Mana mungkin. Masuk dulu Ngga" kata Resti mempersilahkan

Dengan senang hati Lingga mengikuti langkah Resti memasuki rumah. Dirinya memang sengaja menunggu Resti keluar karena jika di dalam dan mengobrol bersama tante Reni, pasti akan terasa sangat canggung. Jadi, lebih baik dirinya menunggu di halaman saja seperti ini. Dulu sekali memang beberapa kali Lingga kerumah ini untuk mengantarkan Resti pulang. Hanya saja, dirinya selalu langsung tancap gas alias tidak mampir terlebih dahulu. Jadi memang sudah bisa di pastikan mama dari crush-nya itu tidak kenal denganya.

"Jadi, ada apa sampai kau repot-repot kemari?" tanya Resti.

Dirinya baru saja kembali dari dapur untuk mengambil beberapa camilan yang selalu tersedia di rumahnya sebagai persediaan jika ada yang orang yang datang dan minuman dingin sebagai suguhan tamunya usai mempersilahkan Lingga duduk di ruang tamu.

"Aku...." mendadak Lingga menjadi sangat gugup sekarang.

"Aku....suka sama kamu Res. Udah dari dulu. Jika kamu mau, bisakah kita menjalani ta'aruf?" lanjutnya membuat Resti terbengong hingga tak lama kemudian wanita cantik itu tertawa dengan lepasnya

"Bercandamu nggak lucu kali Ngga"

"Siapa yang bercanda? Aku serius. Sangat serius malah" jawab Lingga yang mampu membuat Resti kehilangan kata-kata

"Res...hello" kata Lingga mengibaskan tangannya di depan wajah Resti karna wanita itu hanya terdiam.

"Maaf Ngga....kamu laki-laki yang baik. Beruntung sekali wanita yang bisa memilikimu. Tapi, dari dulu sampai sekarang hanya mas Rendra yang aku sukai"

"Tapi bukanya....."

"Ya, mas Rendra udah punya anak dan istri. Tapi aku nggak akan nyerah gitu aja buat dapetin dia"

"Astaghfirullah Res"

"Ngga, klok udah nggak ada yang mau diomongin mending kamu pulang aja ya. Maaf bunkanya ngusir....cuma nggak enak sama warga sekitar" kata Resti mengalihkan pembicaraan.

Saat ini, otaknya seperti tidak berfungsi karna Resti cukup terkejut dengan ucapan Lingga barusan. Untuk sekarang, biarlah Lingga pulang terlebih dahulu agar dirinya bisa menenangkan diri berfikir dengan jernih.

"Ok. Aku pulang dulu. Tapi aku nggak akan nyerah gitu aja buat dapetin kamu. Assalamualaikum" kata Lingga mantab sebelum keluar dari rumah mewah keluarga Resti

"Waalaikumsalam" jawab Resti lirih sembari menatap kepergian laki-laki yang sangat baik itu.

______________________

Anyeong....terus dukung Relca ya biar tambah semangat nulisnya dan bisa terus menghibur kalian😘😘😘

Goresan Luka (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang