Bagian 17

358 22 1
                                    

Sore menjelang. Di halaman rumah, suara mobil milik Rendra terdengar, pertanda suami dari Naura itu telah pulang dari kantor. Melihat istri dan putrinya yang tengah bermain di ruang tamu, membuat Rendra menyunggingkan senyumannya. Sepertinya keduanya begitu asyik sampai tidak menyadari kedatanganya.

"Assalamualaikum" kata Rendra memutus permainan keduanya

"Waalaikumsalam" jawab Naura dan Jihan serentak.

Melihat kedatangan suaminya, Naura lantas bangkit untuk menghampiri dan mencium punggung tangan Rendra sembari meraih tas kerjanya.

"Ayah mau makan apa mandi dulu?" tanya Naura seperti biasa

"Mandi dulu bund" jawab Rendra. Naura mengangguk saja.

Selagi suaminya mandi, wanita cantik itu menata beberapa lauk dan nasi di meja makan yang sebelumnya sudah sempat ia panaskan. Sementara Jihan bermain tak jauh dari jangkauanya dengan balok-balok lego yang sedikit berserakan.

"Wah, mantab nih lauknya" komentar Rendra saat melihat hidangan yang disiapkan sang istri merupakan makanan kesukaanya.

Kini dirinya tampak lebih segar setelah membersihkan badan dan berganti baju dengan yang lebih santai dan nyaman, tidak seperti pakaian formalnya yang terasa sangat sesak digunakan apalagi saat di kantor harus dituntut untuk selalu rapi.

"Jihan, ke kamar dulu gih...bukanya besok ada tugas yang belum selesai?" kata Naura yang diamini oleh Jihan.

Setelah kepergian Jihan, hanya keheningan yang tercipta. Meski begitu, Naura dengan cekatan mengambilkan nasi dan beberapa lauk untuk Rendi. Tak lupa teh hangat yang juga kesukaan suaminya dan harus selalu tersedia saat makan malam seperti ini. Katanya makan malam kurang lengkap tanpa teh hangat. Begitu kata Rendra dulu tak lama setelah mereka menikah dan menempati rumah baru. Wajar saja, karena setelah menikah Naura hanya beberapa hari saja berada di rumah mertua dan langsung di boyong kerumah yang telah disiapkan oleh Rendra. Tak tanggung-tanggung, sertifikat rumah ini bahkan atas namanya.

"Alhamdulillah" ucap Rendra usai menghabiskan makanannya dan hendak membawa piring kotor ke wastafel.

"Yah, ada yang mau bunda bicara" kata Naura menghentikan gerakan Rendra, laki-laki itu hanya mengangguk saja menuruti

"Apa ayah cerita masalah rumah tangga kita pada mama?" lanjutnya

"Hhh...iya bund"

"Kenapa?

"Ayah...ayah hanya bingung dan nggak tau gimana caranya biar bunda nggak marah lagi jadi, ayah cerita sama mama. Pikir ayah mungkin mama bisa ngasih solusi"

"Terus apa kata mama?"

"Katanya mama akan coba bicara sama bunda"

"Memang mama tadi kesini bicara sama bunda, tapi mama kesini bukan memberikan solusi tapi malah menyuruh mama membiarkan saja ayah Resti karna kalian bersahabat"

"Mama bilang seperti itu?" tanya Rendra terkejut. Kalau seperti ini, mungkin saja istrinya akan bertambah marah.

"Ya"

"Maaf bund, ayah nggak tau kalau bunda malah bicara seperti itu. Ayah pikir..."

"Sudah, lain kali jangan diulangi. Ini adalah rumah tangga kita jadi kita sendiri yang harus menyelesaikanya semampunya"

"Tetap saja bund. Ayah nggak pikir panjang tadi karena udah nggak bisa mikirin apa-apa selain membuat bunda tidak marah lagi sama ayah"

"Bunda hargai usaha ayah dan bunda juga udah maafin ayah"

"Bener bund?" kata Rendra menyiratkan harapan

"Hanya untuk kali ini. Jika ayah melakukan hal yang sama lagi, bunda nggak tau langkah apa yang akan bunda ambil"

"Iya bund, pasti...pasti ayah akan mengingat kata-kata bunda" kata Rendra menggenggam tangan Naura yang tersenyum.

Bodohkah Naura memaafkan Rendra? Biarlah orang berpikiran demikian. Selama suaminya tak main tangan dan tidak ada tanda-tanda atau bukti Rendra berselingkuh, dirinya akan berusaha memaafkanya demi keutuhan keluarga kecilnya. Naura juga berjanji akan tetap bertahan dan tidak akan membiarkan wanita seperti Resti mengganggu kebahagiaanya bagaimanapun caranya. Ya. Akan Naura pastikan itu karena dirinya bukan wanita lemah yang akan diam saja saat orang lain mengusiknya.

*****

"Jadi mas Rendra sama mbak Naura berantem ma?" tanya Resti memastikan ucapan Alya-mama Rendra barusan

Saat ini, Resti dan mama alya tengah berjalan-jalan di sekitar taman setelah keduanya pergi ke salon dan berbelanja. Keduanya dari dulu memang seperti itu. Sangat dekat dan lumayan satu frekuensi. memang terkadang Raina atau Naura dirinya ajak hanya saja putri dan menantunya itu hanya sekedar menemaninya, seperti tidak benar-benar bersenang-senang.

"Em....dan parahnya Naura mendiamkan Rendra"

"Kok mama bisa tau kalau mereka lagi berantem?"

"Pagi tadi Rendra crita sama mama"

"Resti...Resti jadi nggak enak sama mbak Naura ma"

"Itu bukan salah kamu Res. Lagian emang Naura aja yang terlalu lebay"

"Tapi tetep aja..."

"Udah nggak perlu kanu pikirin. Mama haus, kita berenti bentar beli minum dulu" kata mama Alya berjalan terlebih dahulu lantas berbelok ke sebuah kedai yang menjual berbagai jus buah.

Di belakangnya, Resti tersenyum penuh kemenangan setelah mendengar kabar bahwa rumah tangga Renda dan Naura saat ini sedang bermasalah. Apalagi mama dari Rendra tak menyalahkanya dan terkesan membelanya. Hal ini tentu saja bisa menjadi kesempatan yang bagus untuknya.

"Ngomong-ngomong, apa kau mencintai Rendra?" tanya mama Alya tiba-tiba membuat Resti yang tengah meminum jus terbatuk-batuk.

"Mama ngomong apa sih. Nggak mungkinlah, lagian mas Rendra juga udah punya istri dan anak"

"Jangan bohong. Mama bisa melihatnya dengan jelas kalau kau menyukai anak mama"

Resti menunduk, tak tau jawaban apa yang harus dirinya berikan pada mama Alya. Terbersit dalam pikirannya ingin mengungkapkan yang sebenarnya tapi dirinya terlalu takut jika ibu dari Rendra ini akan menentang atau malah membencinya. Tapi, ah bodo amat. Yang terpenting dirinya bisa mengungkapkan apa yang dirasakanya selama ini"

"Sebenarnya, memang Resti mencintai mas Rendra ma. Tapi sekarang tak mungkin aku bisa memilikinya"

"Kenapa tidak. Kamu bisa menjadi yang kedua"

"Maksud mama?"

"Ya, kamu bisa menjadi yang kedua jika mau. Mama akan bantu. Mungkin kamu bisa memberikan mama cucu laki-laki"

"Mama....serius?" tanya Resti terperangah dengan apa yang barusaja mama Alya katakan

"Tentu saja serius. Lagipula seorang laki-laki boleh memiliki istri lebih dari satu"

"Ma...Terimakasih ma.." kata Resti terharu sembari memeluk mama alya yang menepuk pelan tangannya dengan tersenyum.

______________________

Pagi kesayangan aku semua....masak apa pagi ini? Semangat terus dalam menjalani hari-hari dan jangan lupa doakan selalu saudara saudari kita di palestine sana🤗🤗🤗

#prayforpalestine
#savepalestine

Goresan Luka (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang