Bagian 20

537 20 3
                                    

-mbak, bisa ketemu di Zizi cafe siang nanti? Ini aku Resti-

Sebuah pesan masuk dari nomor baru. Rupanya itu dari Resti. Dari mana wanita itu mendapatkan nomornya? Dan untuk apa mengajaknya bertemu?. Pikir Naura

-baiklah-  Jawab Naura singkat

Dirinya penasaran, untuk apa sahabat suaminya itu meminta bertemu. Apa ada hal yang penting? Atau ada apa?. Ah sudahlah. Yang penting sekarang dirinya harus segera menjemur pakaian-pakaian yang telah dikeringkanya, menyapu lantas mandi karena badannya sudah terasa lengket dan itu sungguh membuatnya tidak nyaman.

Beberapa jam berlalu. Naura yang sudah siap, segera mengeluarkan mobilnya dari garasi dan melajukan kendaraan roda empat tersebut membelah jalanan menuju Zizi cafe, dimana dirinya dan Resti janjian untuk bertemu.

"Rupanya kau bisa mengendarai mobil mbak?" tanya seseorang di belakang Naura yang baru saja turun dari mobilnya.

Tentu saja kalian bisa menebaknya siapa bukan? Benar. Orang yang baru saja menegurnya adalah Resti. Entahlah kenapa dirinya bisa bertemu dengan wanita itu disini. Ah bahkan mobil mereka pun berdekatan rupanya dan sama-sama baru sampai.

"Aku tidak ingin basa basi disini. Jika ada yang ingin kau katakan, kita masuk sekarang"

"Jika tidak?"

"Tentu saja aku akan pergi karna tidak penting meladeni orang sepertimu mbak"

"Santai aja kali mbak" jawab Resti kesal dan berlalu memasuki kafe diikuti oleh Naura di belakangnya.

Duduk di salah satu meja, hanya keheningan yang menemani setelah keduanya sama-sama memesan makanan dan minuman. Tak tahan, akhirnya Naura angkat bicara terlebih dahulu.

"Mbak, kenapa mbak ingin bertemu denganku? Apa ada sesuatu yang penting?"

"Tidak, aku hanya ingin bilang sama mbak Naura kalau aku.....aku mencintai mas Rendra"

"Jadi?" tanya Naura tenang walau sebenarnya hatinya begitu kacau saat mendengar pernyataan dari sahabat suaminya ini.

"Jadi aku harap mbak Naura mundur"

"Kenapa aku harus mundur dan apa hakmu berbicara seperti itu?"

"Karna aku yakin mas Rendra juga mencintaiku"

"Pede sekali"

"Aku tidak mau tau. Mbak Naura harus menceraikan mas Rendra. Aku tidak mau menjadi yang kedua"

"Lucu sekali bicaramu mbak. Ingat baik-baik, aku akan mempertahankan pernikahanku bagaimanapun caranya. Dan jangan lupa mbak...sudah ada Jihan diantara kami"

"Halah, untuk apa dipertahankan? Bukankah mas Rendra sudah tidak memperhatikanmu mbak? Dan apa kata mbak tadi? Sudah ada Jihan diantara kalian? Itu tidak penting bagiku. Karna begitu aku resmi menjadi istri mas Rendra kelak, aku pastikan dia tidak akan memikirkan lagi putrimu yang tidak berguna itu"

Plakkk

Tanpa tedeng aling-aling, tangan lentik Naura mendarat sempurna di pipi mulus Resti meninggal jejak kemerahan disana. Sudah dari tadi Naura mencoba untuk tenang menghadapi wanita di depannya ini. Jika masalah Rendra mungkin dirinya masih bisa menahanya. Tapi jika yang di ungkit adalah soal Jihan putri tercintanya, bahkan sampai mengatai tidak berguna untuk anak kecil yang bahkan tidak tau apa-apa, maka tak ada kata maaf untuknya.

"Sialan. Beraninya kau!" Resti menggeram marah dan berniat membalas tamparan Naura namun dengan gesit ibu anak satu itu segera menahan tangan Resti dan mencengkramnya dengan erat.

"Jangan sekali-kali anda membawa putriku dalam masalah ini atau saya benar-benar tidak akan tinggal diam" kata Naura lantas menghempaskan tangan Resti begitu saja dan berlalu pergi dari hadapan wanita tersebut yang tampak menahan amarah.

*****

Di ruanganya, Rendra yang masih fokus memeriksa pekerjaanya merasa terganggu saat seseorang dengan begitu saja membuka pintu tanpa mengetuknya terlebih dahulu.

"Kalau mau masuk ketuk pintu du....Resti?" kata Rendra terkejut melihat kedatangan sahabatnya

"Mas, liat ini. Aku di tampar sama istrimu. Aku nggak terima ya mas" adu Resti langsung membuat Rendra kebingungan. Dirinya sama sekali belum bisa mencerna apa yang barusaja di katakan oleh sahabatnya.

"Maksud kamu apa Res? Naura tidak mungkin seperti itu"

"Tapi kenyataannya seperti itu mas. Ini, pipiku sampai merah seperti ini gara-gara mbak Naura"

"Coba kamu crita dulu bagaimana kejadianya"

"Aku tadi ngajakin mbak Naura ke cafe nah tiba-tiba aja mbak Naura nampar aku"

"Kamu ada salah ngomong sama Naura?"

"Salah ngomong apaan? Orang aku nggak ada ngomong apa-apa kok"

"Tapi tidak mungkin Naura seperti itu kalau tidak ada sebabnya"

"Mas, mbak Naura itu tidak sebaik yang mas Rendra kira. Ini buktinya"

"Terus mau kamu sekarang gimana Res?" tanya Rendra dengan spontan.

Sontak saja pertanyaan dari Rendra tersebut membuat hati Resti girang. Inilah yang dirinya mau. Pelan-pelan mencoba untuk merebut perhatian dari laki-laki yang dicintainya selama ini hingga Rendra lama-lama akan melupakan istri dan anaknya.

"Apa mas mau nurutin kemauan aku?

"Tentu selama itu nggak aneh-aneh"

"Aku pengen, seharian ini mas Rendra temenin aku jalan-jalan dan nurutin apapun makanan yang aku pengenin"

"Tapi..."

"Mas udah sanggupin tadi. Kalau nggak aku bakal ngomong sama mama Alya klok mas Rendra udah nggak peduli sama aku biar mas dimarahin"

"Ok..ok. Tunggu aku selesai dari kantor"

"Aaaa...makasih mas"

"Aku minta maaf soal Naura"

"Oke nggak masalah. Aku udah maafin mbak Naura. Tapi aku harap mas Rendra mau menegur kelakuanya"

"Thanks. Biar masalah itu aku yang urus"

Setelah Rendra berkata demikian, Resti pamit pergi karna ada yang harus dia urus katanya. Mungkin masalah kantor. Sebenarnya Rendra sendiri merasa bersalah pada Naura karna dengan menyanggupi permintaan Resti tadi, sama saja dirinya telah ingkar janji pada istrinya. Tapi mau bagaimana lagi. Karna dengan itu Rendra bisa menebus kesalahan Naura karna telah menampar pipi sahabatnya itu.

"Aku nggak nyangka kalau Naura bisa kasar seperti itu" batin Rendra terselip rasa kecewa di dalam hatinya.

_____________________

Up..up..up. Alhamdulillah udah part 20😍😍😍....makasih buat support kalian semua😘😘

Untuk double up gatot ya wan kawan🙏🙏😥😥

Goresan Luka (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang