Bagian 32

566 21 2
                                    

Ting tong
Ting tong

Suara bel rumah berbunyi nyaring. Naura yang tengah menyiapkan makan siang di meja, menerbitkan senyumnya bahagia karena tau mungkin yang datang adalah suaminya. Ya. Hari ini adalah jadwal kepulangan Rendra dari palembang setelah beberapa hari mengurus pekerjaan disana.

Tak ingin Rendra terlalu lama menunggu, bergegas wanita itu menaruh makanan yang pegangnya ke meja lantas kedepan untuk membuka pintu yang memang selalu dirinya kunci jika sedang sendiri dirumah. Memang, saat Rendra juga putrinya tengah pergi Naura terbiasa melakukanya untuk menghindari terjadinya fitnah. Namun senyumnya harus menghilang seketika saat melihat suaminya datang bersama dengan Resti yang menyeret koper di tangan kirinya.

"Masuk yah, Res" kata Naura

"Bunda buatin es jeruk dulu buat ayah. Resti, mau minum apa?" tanya Naura kemudian setelah Rendra dan Resti duduk di sofa.

"Air putih dingin aja mbak"

"Jadi, kenapa kalian bisa pulang bersama? Dan kenapa Resti kesini membawa koper?" tanya Naura bersikap tenang walau saat ini hatinya bergemuruh hebat

"Tadi sampai di bandara, tante Reni menghubungi ayah kalau dirinya akan keluar kota dan menitipkan Resti sama kita bun jadi untuk sementara dia akan tinggal disini bersama kita"

"Kita bicara di kamar" kata Naura beranjak dari duduknya dan berjalan menuju kamar di ikuti Rendra.

"Dengarkan ayah bun, Resti tak akan lama disini. Hanya sampai tante Reni pulang dari luar kota"

"Apa Resti tidak bisa menginap di hotel saja?"

"Bun..."

"Yah. Ayah yang harusnya mendengarkan bunda. Sekarang, bagaimana jika keadaanya di balik? Apa ayah akan mengizinkan sahabat lelaki bunda untuk menginap disini meski hanya beberapa hari?"

"Mau tidak mau, trima tidak trima Resti tetap akan menginap disini. Ayah adalah kepala keluarga jadi ayahlah yang berhak mengambil keputusan" kata Rendra dengan tegas

Tentu saja perkataan dari Rendra barusan begitu menyentak hati Naura. Dirinya tau jika suaminya adalah seorang kepala keluarga yang keputusanya harus di patuhi jika itu memang untuk kebaikan bersama. Namun kali ini, Naura tidak bisa menerima begitu saja keputusan Rendra. Dirinya adalah seorang istri. Tentu saja dirinya tak akan terima jika ada wanita lain yang masuk kedalam rumah tangganya. Diam saja dan patuh? Tidak akan! Selama ini Naura sudah cukup sabar menghadapi keduanya demi keutuhan keluarga kecilnya. Tapi kali ini Rendra sudah sangat keterlaluan karena telah mengambil keputusan secara sepihak untuk mengizinkan Resti, wanita lain dan bukan mahram untuk menginap di rumahnya, istananya.

Naura pikir, semuanya telah berakhir tapi ternyata dirinya salah. Mungkin untuk mempersiapkan hal inilah beberapa hari kemarin Resti tidak mengganggu mereka. Astaghfirullah, bahkan sekarang Naura berfikiran negatif pada sahabat suaminya.

"Baik kalau itu keputusan ayah, biar bunda yang keluar dari rumah ini" balas Naura tak kalah tegas.

Tangan lentiknya dengan cekatan meraih koper yang ada di atas lemari dan kemudian memasukan baju-baju miliknya kedalam koper tersebut.

"Bund, maksud bunda apa sih? Jangan kayak gini. Mengertilah bund. Lagipula Resti itu sahabat ayah bun"

"Terserah. Lakukan apapun yang ayah mau"

"Bund....please, kali ini aja bund" kata Rendra lirih mencoba meluluhkan hati istrinya

"Sekali tidak tetap tidak yah" kata Naura dengan tegas

"Baik...baik bun, ayah akan menyuruh Resti menginap di hotel. Tapi ayah mohon bunda jangan pergi oke" kata Rendra yang membuat Naura menghentikan aktifitasnya memasukkan baju ke dalam koper.

Akhirnya, Naura menangguhkan keputusannya untuk keluar dari rumahnya sendiri karena Rendra telah membatalkan rencananya membiarkan Resti tinggal disini. Jika suaminya itu benar-benar mengizinkan Resti untuk tinggal, tentu saja ini akan menjadi ahir untuk hubungan mereka karena Naura berniat untuk bercerai jika itu terjadi. Tidak ada toleran ketiga kalinya untuk Rendra.

"Terimakasih sudah mendengarkan bunda" kata Naura

"Kita keruang tamu sekarang ya" ajak Rendra yang di angguki oleh Naura

Kembali keruang tamu, keduanya melihat Resti yang tengah berdiri memandangi foto pernikahan yang terpajang di dinding dengan ukuran besar berjejeran dengan beberapa foto lainya. Itu adalah ide dari Rendra yang katanya foto pernikahan memang seharusnya di pajang di ruang tamu padahal menurut Naura foto tersebut  lebih baik berada di kamar saja karena sebenarnya dirinya ingin menempatkan hiasan lain disana. Tapi yasudahlah. Toh, tidak ada yang salah dengan itu.

"Mas..jadi, kamarku yang mana mas?" tanya Resti bersemangat saat melihat kedatangan Rendra dan Naura.

"Res..maaf, kamu nginep di hotel aja ya. Nanti biar Naura yang temenin atau bantu kamu disana"

"Loh kenapa mas? Mbak Naura, pasti mbak kan yang nggak ngebolehin aku disini?"

"Iya. Memang kenapa" kata Naura santai

"Mas, liat istrimu ini mas. Kenapa kamu diem aja, inget mas mama nitipin aku sama kamu loh"

"Bukan berarti kamu harus tinggal disini kan mbak?"

"Mbak Naura, mas Rendra itu tadi udah izinin aku buat tinggal disini. Mbak nggak bisa dong main larang-larang kayak gini"

"Buktinya bisa tuh mbak"

"Mbak!" bentak Resti

"Apa?!" balas Naura tak mau kalah

"Sudah, sudah. Kenapa kalian berdua jadi ribut. Bun, ayah capek. Kita ke kamar yuk pijitin ayah. Dan Resti, kamu bisa istirahat dulu di kamar tamu sebelah sana. Sore nanti aku sama Naura antar kamu ke hotel" putus Rendra lantas menggandeng tangan Naura

Resti yang tak terima hanya bisa mengumpat dalam hati dan menghentakkan kakinya kesal. Melihat Rendra yang lebih membela Naura dan tampak mesra saat bergandengan tadi, membuat api cemburu di hati Resti kian berkobar dengan hebat. Tanganya yang mengepal sedari tadi pun sampai memutih.

"Mbak Naura....kau selalu saja menggagalkan rencanaku" batin Resti menatap tajam pintu kamar Rendra dan Naura di lantai atas sambil memukul-mukul sofa.

Setelah puas meluapkan emosinya, Resti berdiri dari duduknya menyeret koper menuju kamar tamu yang tadi di beritahu oleh Rendra.

______________________

Kasian deh Resti. Makanya jangan gangguin kehidupanya Rendra dong😂😂😂

Buat Readersku tersayang Terimakasih banyak-banyak. Aku bukanlah siapa-siapa tanpa dukungan kalian semua😘😘😘

Goresan Luka (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang