Bagian 19

355 18 0
                                    

Dilain tempat, seorang pria gagah meski telah memasuki usia paruh baya dan penuh wibawa memandang dengan serius dokumen di tanganya yang baru saja diserahkan oleh orang kepercayaanya. Ia adalah Rudin Wira Atmaja, pemilik sekaligus pendiri perusahaan El group.

"Hmm bagus juga ide-idenya. Setujui kerjasama ini" katanya kemudian

"Lalu untuk JS corp, apa perlu kapan-kapan kita datang untuk meninjaunya tuan?"

"Untuk masalah itu, coba kau tanyakan pada putriku. Aku hanya akan mengawasi saja dan melihat dulu apapun keputusanya karna dia harus menjadi seorang pemimpin yang bijak"

"Tapi sampai saat ini pun nona muda belum mau memperkenalkan diri di kantor"

"Tak apa. Menjadi pemimpin yang bertanggung jawab tidak harus selalu berada di kantor. Lagipula dia memang masih ingin bekerja di balik layar" kata Rudin santai.

Ya. Kelewat santai malah. Lagipula kenapa harus tergesa-gesa menekan putrinya untuk memegang kendali perusahaan jika putrinya sendiri saat ini cukup bahagia dengan keluarga kecilnya. Dirinya yakin jika sudah tiba saatnya, putri tunggalnya itu akan mau menunjukkan diri jika benar-benar telah siap karena Rudin tau betul bagaimana putrinya. Yang terpenting sekarang, perusahaan tetap terkendali dan putrinya sudah mau berkecimpung di dalam perusahaan itu sudah cukup baginya sebagai awal untuk mempersiapkanya menjadi seorang pemimpin.

"Adiguna, siapa yang kau temui saat membahas kerjasama dengan JS corp?"

"Emm, itu....seorang gadis muda yang cantik. Aku rasa dia putri dari pak Lana"

"Darimana kau tau?"

"Gadis itu memanggil pak Lana dengan sebutan papa saat kita mengobrol tadi"

"Begitu. Ngomong-ngomong, bagaimana keadaan putri juga cucuku?"

"Nona muda dan nona kecil baik-baik saja tuan, mereka tampak bahagia disana. Sekolahnya pun lancar, bahkan nona kecil sangat berprestasi"

"Syukurlah kalau begitu. Cucuku ternyata melebihi ekspektasiku" kata Rudin menghembuskan napas lega dan bahagia mendengarnya.

Saat orang kepercayaanya tersebut akan ke kota tempat putrinya berada untuk membahas kerjasama dengan JS corp, Rudin memang sekalian meminta tolong untuk melihat keadaan putri juga cucunya secara langsung. Namun tentu saja dengan diam-diam.

"Tadipun nona kecil sepertinya habis berbelanja banyak" lanjutnya

"Dimana mereka belanja?"

"Mall Mentari tuan. Bersama nona muda dan seorang gadis yang saya tidak tau"

"Sepertinya cucuku sudah tertular oleh Nayla yang sangat suka shopping" kata Rudin terkekeh

"Apa nyonya suka belanja tuan? Saya perhatikan beliau sangat jarang pergi ke mall atau sebagainya"

"Hey-hey. Kau hanya tidak tau saja dia bagaimana Adiguna"

"Tapi itu hal wajar tuan, anda kan banyak uang jadi jika nyonya mau membantu anda menghabiskanya kenapa tidak" kata Adiguna santai sambil membereskan berkas-berkas yang bertumpukan di meja.

"Ckk, ilmu dari mana itu?"

"Lah yang bilang kan saya, tentu saja itu ilmu dari saya tuan. Karna sudah selesai saya pamit dulu sekian terima gaji yang banyak wassalamualaikum" kara Adiguna tancap gas keluar dari ruangan atasanya meninggalkan Rudin yang hanya menggelengkan kepala melihat tingkah orang kepercayaanya yang kadang absurd itu.

*****

"Mama video call sama siapa?" tanya pak Rudin setelah mengucapkan salam begitu sampai di rumah dan melihat sang istri- Nayla tengah melakukan panggilan video.

"Cucu kita pa. Nih dia pengen ngobrol sama papa" jawab mama Nayla menyodorkan ponselnya pada sang suami.

Rudin pun berbinar mendengarnya dan menerima ponsel istrinya dengan senang hati. Tak dipungkiri, dirinya sangat merindukan cucunya yang berada jauh dari tempatnya berada sementara dirinya belum sempat untuk mengunjunginya. Lahir-lahir ini kantor memanglah sangat sibuk untuk mengejar target pemasaran juga menjalin kerjasama dengan perusahaan lain jadi mau tidak mau Rudin memang harus tetap berada di tempatnya karna belum bisa ditinggal.

"Opaa...Assalamualaikum" sapa gadis kecil di seberang telephone

"Waalaikumsalam. Wah cucu opa makin cantik sekarang" kata Rudin membuat sang cucu tertawa

"Cucu opa gitu. Opa..kangen. Kapan opa sama oma main kesini?"

"Besok kalau opa ada waktu, opa janji akan kesana ya sayang"

"Em. Oiya opa, aku abis jalan-jalan loh sama bunda sama tante juga"

"Oh ya? Jalan-jalan kemana?"

"Ke playground. Beli baju, camilan sama mainan juga

"Wah-wah senengnya. Ayah nggak ikut?"

"Ayah tadi belum pulang kerja. Terus ya opa, pas bilang sama ayah kalok aku tante sama bunda jalan-jalan ayah ngambek karna nggak di ajak"

"Hahaha. Dasar cucu opa"

"Tapi abis dikasih permen udah nggak ngambek lagi deh"

Kakek dan cucu itupun begitu asyik bercerita sampai beberapa menit kedepan membuat mama Nayla yang sedari tadi hanya menjadi pendengar menggelengkan kepalanya. Begitulah suami dan cucunya jika sudah mengobrol. Pasti lupa waktu dan tidak memperdulikan orang lain.

Teringat akan Rudin yang baru saja pulang dari kantor, Nayla memutuskan pergi kedapur untuk menyiapkan makan malam.

"Nih ponsel mama"

"Udah ngobrolnya?"

"Udah dong. Mama masak apa? Papa laper"

"Masak udang balado, mendoan sama ayam goreng. Tuh jus mangga juga udah mama siapin"

"Wah mantap ini" kata Rudin

Baru saja tanganya hendak mengambil tempe mendoan, tangannya sudah dicubit istrinya terlebih dahulu. Meski tidak sakit, Rudin pura-pura saja mengaduh.

"Heleh, nggak sakit itu. Papa tuh bersih-dulu baru makan"

"Papa ambil mendoan satu aja ma"

"No! Sana buruan ke kamar mandi, mama juga udah laper"

"Iyadeh" kata Rudin mengalah.

Yah, daripada debat tidak ada habis dan tidak ada ujungnya lebih baik dirinya mengalah saja. Lagipula mau sekeras apapun Rudin membantah atau mendebat istrinya itu akan tetap menang. Seperti hukum alam tak tertulis, wanita selalu benar dan jika salah kembali ke pasal satu tersebut. Bukankah benar pemirsa?

_____________________

Yang mau double part cung☝☝☝☝☝....klok banyak yang hadir, Relca realisasikan yes😉😘😘

Goresan Luka (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang