Bagian 36

740 22 0
                                    

"Kalian kenapa? Kok pada diem aja dari tadi?" tanya papa Lana

Laki-laki itu heran, putri juga istrinya tiba-tiba saja menjadi pendiam setelah pulang dari acara ulangtahun EL group. Tepatnya setelah wanita bernama Naura yang merupakan putri dari Rudin maju ke atas podium. Hal yang sangat tidak biasa karena Papa Lana tau jika putri juga istrinya termasuk wanita yang cukup banyak bicara.

"Nggak papa kok. Kita langsung istirahat aja deh pa, capek banget mama"

"Bener nggak ada apa-apa? Tapi papa perhatiin ada yang kalian sembunyiin dari papa. Sebelum papa mencari tau sendiri lebih baik kalian bicara" kata Lana

"Karna papa nggak suka main kucing-kucingan" lanjutnya penuh penekanan

Resti dan mamanya saling berpandangan sebelum akhirnya mama Reni angkat bicara

"Sebenernya Naura tadi adalah istri dari Rendra. Kita berdua kaget karena nggak nyangka kalau Naura adalah anak dari pak Rudin"

"Ma.." Resti protes

"Rendra sahabat sekaligus laki-laki yang kamu sukai itu Res?"

"I..iya pa"

"Dia udah punya istri?"

"Udah pa. Rendra udah lama menikah. Mereka juga udah punya anak" jelas mama Reni

Suaminya alias papa Lana memang tidak mengetahui hal ini karena laki-laki itu memang sangat sibuk dengan pekerjaanya. Entah mengurus bisnis keluar negeri atau keluar kota. Bertemu dengan anak istri pun jika saat lebaran idul fitri atau memang pekerjaanya diluar negeri atau luar kota benar-benar telah selesai. Dirinya hanya sekedar tau bahwa dulu putrinya mempunyai seorang sahabat laki-laki bernama Rendra dan mencintainya. Tak jarang memang keduanya berangkat dan pulang sekolah bersama juga sesekali jalan-jalan berdua. Hanya sekedar itu.

"Jangan bilang kamu belum menikah sampai sekarang karna masih mencintainya?"

"Iya pi. Dan Resti pastikan hanya mas Rendra lah yang akan menjadi suami Resti"

Mendengar perkataan putrinya, papa Lana langsung berdiri dengan mata yang memancarkan amarah sampai rahangnya bergemelutuk.

"Res, papa nggak pernah ajarin kamu buat menghancurkan rumah tangga orang. Masih banyak laki-laki lajang diluar sana yang pastinya akan mau menjadi suami kamu"

"Nggak pa. Resti cuma mau sama mas Rendra dan kebahagiaan Resti ada padanya karena Resti mencintainya"

"Kamu udah gila hah? Hidup bukan melulu soal cinta tapi bagaimana kamu mendapatkan kebahagiaan itu dengan cara yang benar sehingga menjadi kebahagiaan yang hakiki sampai di akhirat kelak"

"Resti tidak peduli dengan semua itu pa. Sebentar lagi....sebentar lagi hal itu akan terwujud. Tinggal selangkah lagi"

"Papa nggak nyangka kamu bisa seperti itu  hanya gara-gara seorang laki-laki. Baik kalau itu mau kamu" kata Lana tanpa aba-aba langsung menyeret Resti dengan paksa menuju kamarnya yang berada di lantai atas.

Mama Reni yang terkejut dengan tindakan suaminya hanya bisa mengikuti di belakang dengan perasaan khawatir.

"Pa. Udah pa kasian Resti" bujuk mama Reni

"Ini yang bikin Resti salah jalan. Udah tau salah bukanya mengingatkan kamu malah membiarkanya" geram Lana

Sampai di kamar putrinya, laki-laki paruh baya itu lantas mencabut kunci kamar yang menggantung di pintu setelah memastikan Resti sudah berada di dalam kemudian menguncinya. Terdengar suara gedoran yang sangat keras dari dalam.

"Pa..buka pintunya pa. Please" teriak Resti masih menggedor pintu namun tidak di perdulikan oleh Lana

"Awas kalau mama membuka pintu untuk Resti. Sementara Resti tidak boleh keluar dari kamarnya biar dia merenungi kesalahanya. Pintu ini akan papa buka besok malam saat pertemuan dengan kolega papa membahas perjodohan Resti"

"Tapi pa..."

"Tidak ada tapi-tapian. Kamarnya pun luas, bersih dan nyaman dengan ac, ada kamar mandi juga di dalam. Untuk makanan, papa sendiri yang akan mengantarkanya. Jadi tidak perlu ada yang di khawatirkan" kata papa Lana mengakhiri pembicaraan meninggalkan istrinya yang masih berdiri di depan pintu kamar putrinya.

Dari lantai bawah, Lana masih bisa mendengar triakan Resti yang meminta di bukakan pintu juga gedoran pintu. Meski tak tega, dirinya tetap harus berusaha tak memperdulikanya karena semata-mata itu juga untuk kebaikan putrinya sendiri. Dengan begini, dirinya berharap Resti menjadi sadar jika merusak rumah tangga seseorang bukanlah perilaku yang terpuji.

*****

Lelah usai acara tadi, Naura dan Jihan izin masuk kamar terlebih dahulu setelah mengobrol sebentar dengan mami papinya yang malam ini menginap di rumahnya. Diruang tamu, kini tinggal hanya Rendra dan papi Rudin karena tak berselang lama setelah istri dan anak Rendra ke kamar, mami Nayla pun menyusul memasuki kamar tamu yang sudah di siapkan.

"Nra, papi ingin tanya sama kamu" kata Rudin saat dirinya dan Rendi hanya tinggal berdua disana.

"Tanya apa pa?"

"Kamu punya sahabat bernama Resti?"

"Iya pi. Bagaimana papi bisa tau?"

"Meskipun papi jauh dari kalian. Bukan berarti papi tidak tau apapun tentang kehidupan rumah tangga putri papi. Orang suruhan papi yang bertugas khusus untuk menjaga kalian belum lama ini memberi kabar itu ke papi"

Rendi susah payah menelan salivanya berusaha untuk memberi penjelasan. Dirinya takut jika papi mertuanya salah paham dan marah kepadanya.

"Resti memang sahabat Rendra pi. Dia mungkin baru beberapa bulan ini berada di indonesia setelah beberapa tahun tinggal di amerika. Rendra akui beberapa kali sempat bertengkar dengan Naura karena terlalu dekat dengan Resti dan Rendra sangat merasa bersalah soal itu. Tapi alhamdulillah itu semua bisa kita atasi"

"Baguslah kalau begitu. Bukanya papi mau ikut campur kedalam rumah tangga kalian. Hanya saja sebagai orang tua papi tidak akan rela jika putri papi di sakiti"

"Rendra paham pi. Papi tenang saja, Rendra akan berusaha untuk membahagiakan putri papi. Dan soal Resti,  meskipun dia sahabat Rendra, Rendra sebisa mungkin menjaga jarak denganya sekarang"

"Papi pegang ucapan kamu Rendra. Jangan ulangi lagi kesalahanmu dengan lebih mementingkan wanita lain" kata Rudin tegas

"Siap pi. Tolong tegur Rendra jika Rendra salah.  Karena biar bagaimana pun Rendra hanya manusia biasa yang kapanpun bisa melakukan kesalahan. Baik sengaja maupun tanpa di sengaja"

Rudin mengangguk dan tersenyum samar. Merasa cukup bangga dengan menantunya ini yang sudah mau mengakui kesalahanya. Tak salah jika putrinya masih mempertahankan laki-laki di depannya ini karena Rudin sendiri yakin Rendra adalah suami yang baik dan suami yang tepat untuk Naura.

"Yasudah, hanya itu yang ingin papi bicarakan. Papi mau istirahat dulu. Besok sudah harus pulang ke Bogor" kata papi Rudin yang kemudian beranjak dari duduknya menyusul mama Nayla masuk ke kamar.

_________________________

Masih belum bosen kan readers...belum dong. Kuy pantengin terus, karna insyaallah tinggal beberapa part lagi nih😻😻😻

Goresan Luka (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang