02 - Ibu Juga Lelah

642 90 47
                                    

Ayah pernah berkata, bahwa pintu rumah adalah batas. Batas untuk setiap masalah rumah agar tidak sampai ke luar, dan batas masalah luar agar tidak dibawa ke rumah.
.
.
.
.
Namun, kali ini. Ayah melanggarnya.

~🌹🌹🌹~

"Andri," panggil Hanan pada salah satu rekannya.

Yang dipanggil segera mendekat. "Iya, Pak."

"Hari ini barang datang. Saya minta tolong, kamu bisa ngawal barangnya, gak?" tanya Hanan.

Andri sedikit bingung, sebab seharusnya ini adalah tugas dari Hanan. "Kalo boleh tau, memangnya kenapa ya, Pak?"

"Saya mau pulang duluan, agak gak enak badan," jawabnya lelah.

Memang benar, dapat Andri lihat bahwa wajah Hanan pucat dan terlihat lelah sekali. Tidak tega jika ia harus menolak permintaan Hanan.

"Kalo untuk tanda tangan BAST-nya gimana ya, Pak." Masih ada hal yang harus Andri klarifikasi sebelum benar-benar menerima permintaan Hanan.

"Gak papa, kamu yang wakilkan saja, ya. Nanti kalo ada apa-apa dan masih bingung, hubungi saya saja," jelas Hanan lagi.

Andri mengangguk mengerti. "Baik, Pak. Bapak jangan lupa istirahat juga, ya. Mukanya pucat banget."

Hanan tersenyum tipis. "Makasih ya, Ndri. Iya, nanti saya istirahat pas sampai rumah. Sampaikan ke yang lain juga, ya. Saya pulang duluan."

"Baik, Pak. Kalau begitu sama pamit dulu ya, Pak." Andri undur diri dari hadapan Hanan.

Sedangkan Hanan kembali memijat pangkal hidungnya sambil sesekali menghela napas berat. Umur memang tidak membohongi. Akhir-akhir ini dirinya mudah sekali sakit hanya karena terlalu lama terkena dinginnya AC, atau mudah pegal karena dalam posisi duduk dalam waktu yang lumayan lama.

Dan hari ini pun demikian, sakit kepala yang sering datang akhir-akhir ini kembali menderanya. Biasanya akan hilang hanya dengan minum obat dari apotek. Akan tetapi, kali ini sakit kepala itu bertahan lumayan lama, sehingga mau tak mau, ia harus menyerahkan pekerjaannya kepada bawahannya.

~🌹🌹🌹~

Setelah memasuki teras depan rumahnya, Hanan kembali menarik napas dalam. Sakit kepalanya sudah sedikit mereda, tetapi hawa panas mulai terasa menyeruak ke seluruh tubuhnya.

Niat hati Hanan ingin beristirahat ketika sampai di rumah. Namun, yang ia dapat adalah mainan dan buku-buku yang berserakan di ruang depan. Hanan mengembuskan napas lelah, sakit kepala yang tadi sedikit mereda, kini kembali berdenyut.

"Assalamu'alaikum." Hanan mengucapkan salam dengan lemah. Jenuh melihat keadaan rumahnya.

Biru. Satu-satunya yang berada dalam ruangan itu mendonggakkan kepala saat mendengar ayahnya mengucap salam. Dengan senyum penuh kebahagiaan, ia bangkit dan sedikit berlari menghampiri Hanan.

"Wa'alaikumsalam. Yeay, Ayah pulang." Buru-buru Biru meraih tangan Hanan untuk mencium punggung tangannya.

Namun, nampaknya kebahagiaan Biru tidak terlalu disambut baik oleh Hanan. Hanya seulas senyuman kaku yang diberikan sebagai balasan.

Menuntut Bahagia pada Ayah ✔Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon