08

23 11 0
                                    

"Hallo adek kesayangannya kakak, apa kabar dek?" ucap seorang pria kepada adik perempuannya yang ada disebelahnya. Pria itu menghela napasnya frustasi.

Sudah banyak dia berbicara, namun tak pernah ada sautan dari adik perempuan yang amat dia cintai itu. Pria itu menatap adiknya prihatin, tampak pandangan adiknya itu kosong ke depan, kelopak bagian bawah matanya sangatlah hitam seperti panda, tubuhnya sangat kurus seperti orang tak terawat yang dibalut dengan pakaian pasien rumah sakit jiwa.

Ya, adik pria itu sudah satu tahun lamanya gila, dia gila akibat depresi dan stress berat akibat kejadian yang menimpanya dimasa lalu.

Kedua pemuda itu sekarang berada di sebuah taman rumah sakit jiwa. Dengan pemandangan tanaman yang sangat indah, bunga warna-warni dan juga kolam ikan yang menghiasi taman tersebut. Sangat enak dipandang, namun tak bagi pria berparas tampan itu yang kini melihat adiknya sendu dalam diam.

Ingin sekali pria itu membelai surai adiknya, berbicara, tertawa, bahkan makan bersama lagi dengannya. Namun rasanya sangat sulit sekarang, adiknya setiap disentuh oleh seseorang, dia akan menjerit ketakutan seperti orang kesurupan. Entah apa yang dia takutkan, kakaknya itu sungguh tak tahu.

"Nyesel gue dek, ngebiarin lo pergi sama si bangsat nggak ada otak itu" ucapnya penuh penyesalan di setiap kata-katanya.

∞~∞

"Makasih ya non, karena udah mau nganterin den Delard ke rumah" ucap Bi Lastri ramah pada Gemma.

Gemma saat ini sedang berada dirumah Adelard. Setelah Adelard mengucapkan kata pulang, Gemma dengan senang hati menawarkan dirinya untuk membantu Adelard menuju rumahnya itu. Awalnya lelaki itu menolaknya secara mentah-mentah, dan bukan perempuan namanya jika tak keras kepala, Gemma terus saja mengomel membuat telinga Adelard panas sendiri mendengarnya. Jadi mau tak mau akhirnya Adelard hanya bisa pasrah atas perlakuan Gemma kepadanya.

Gemma tersenyum tipis. "Iya bi, itu nggak masalah kok buat saya"

Bi Lastri membalas senyuman Gemma. "Non pacarnya den Adelard, ya?" tanya si bibi.

Sederhana, namun dapat membuat Gemma hampir tersedak ludahnya sendiri karena pertanyaan yang dilontarkan wanita paruh baya itu sangatlah susah untuk Gemma jawab.

"B-bukan, saya temennya Adelard, bi" ucap Gemma sedikit terbata-bata. Bi Lastri lantas ber'oh' ria saja.

Masa gue mau bilang musuh, kan, nggak mungkin batin Gemma sambil tersenyum kikuk pada Bi Lastri.

"Non?" panggil sang bibi pada Gemma dengan nada yang terbilang serius sekarang.

Gemma lalu menatap kearah Bi Lastri bingung. "Iya, ada apa bi?" tanyanya.

"Non kalo saya minta non buat ngejagain den Delard, non mau nggak?" tanya Bi Lastri dengan nada memohonnya. Gemma hanya diam, merasa bingung untuk menjawab apa.

"Saya mohon non, non tahu nggak? Non itu orang pertama yang den Adelard bawa ke rumah ini, saya baru melihat ada orang lain selain saya dengan dia" Gemma tetap diam mendengarkan apa yang wanita itu katakan selanjutnya.

"Den Adelard nyebelin ya, non?" Gemma lantas mengangguk kikuk pada pembantu itu.

Bi Lastri terkekeh pelan ketika mendapat reaksi dari Gemma. "Jangan kapok ya non kalo dia seperti itu, den Adelard bukan mau buat non Gema kesel tapi emang itu sikapnya den Adelard. Hanya dengan cara menjahili oranglah yang membuat dirinya senang kembali, meski kadang dia nggak memakai otaknya terlebih dahulu, tapi hanya itu yang bisa dia lakukan" Gema hanya menyimak sesekali menganggukkan kepalanya pelan tanda dia mengerti, padahal otaknya berputar-putar sekarang. Jika ini adalah game maka akan muncul tulisan.

Blood is Love (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang