58

24 4 9
                                    

Gemma menutup matanya kala pisau itu dilayangkan oleh Aldo didepan matanya. Namun dengan seiring berjalannya waktu, gadis itu tak merasakan apapun didalam tubuhnya, kecuali nyeri dibagian lengan akibat goresan Aldo tadi.

Apa gue udah mati? batin Gemma, masih dengan mata yang senantiasa tertutup.

Merasa ada yang aneh karena tubuhnya sama sekali tak ada bedanya dari sebelumnya, mata Gemma kembali terbuka dengan perlahan. Entah mengapa ketika ia ingin membuka matanya, hatinya terus bergemuruh.

"Lino" satu nama yang keluar dari dalam mulutnya ketika ia membuka matanya.

Adelard kini tengah berdiri didepannya sambil tersenyum manis, dibelakang cowok itu berdiri seorang Aldo dengan sebuah pisau yang menancap dipunggung Adelard.

Ternyata sebelum pisau itu mengenai Gemma, Adelard lebih dulu menjadi tameng bagi gadisnya yang kini hanya bisa menangis. Sedangkan Aldo yang menjadi pelaku penusukan Adelard dengan gerakan cepat malah menarik kembali pisau itu, lalu ia menjatuhkannya dengan sembarang. Panik karena salah sasaran.

Bersamaan dengan tarikan pisau itu, tubuh Adelard langsung ambruk ke tubuh Gemma.

"Kamu nggak papa, kan?" tanya Adelard dengan suara lemahnya.

Gemma menggeleng samar diatas bahu Adelard. "Aku baik-baik aja, sekarang kita ke rumah sakit, ya?" kata Gemma sesenggukan, gadis itu terlalu panik dengan keadaan Adelard.

Sekarang gantian Adelard yang menggeleng samar. "Nggak usah" ucapnya, tubuh yang semula bertopang pada tubuh mungil Gemma kini mulai jatuh kelantai.

Adelard sudah tidak kuat lagi, tenaganya sudah hampir habis karena banyak mengeluarkan darah. Gemma yang melihatnya tentu langsung menopang kepala Adelard diatas pahanya.

Lain dengan Gavin yang kini menatap Aldo dengan tatapan tajamnya, tangan yang sudah terdapat banyak darah itu mengepal kuat.

"Bajingan!" umpatnya seraya mencengkram kerah baju Aldo dan memberikan tinjuan yang sama seperti yang ia berikan pada Raka.

"Sakit" lirih Adelard dipangkuan Gemma. Gadis itu mengangguk berkali-kali sambil terus menangis, ia bingung harus melakukan apa. Niko dan Nando sudah terkapar, sedangkan kakaknya kini tengah memukuli Aldo seperti orang kesetanan.

"Aku mohon bertahan" kata Gemma, tangan itu dengan perlahan mulai mengelus-elus pelipis Adelard yang sudah dibanjiri oleh keringat.

Dengan sisa-sisa tenaganya, kepala Adelard menggeleng. "Aku takut" cicitnya yang membuat tangis Gemma makin pecah. Demi apapun Gemma tidak mau jika Adelard kenapa-napa, suara lelaki itu juga semakin lirih didalam pendengarannya.

"Ada aku disini, kamu nggak perlu takut" ucap Gemma disela-sela tangis yang kian semakin kencang.

Adelard tersenyum pada Gemma, tangan yang bergetar itu mulai naik menghapus air mata Gemma yang semakin deras mengalir. "Maafin aku"

"Maaf karena apa?" tanya Gemma. Tidak tahu kenapa perasaannya sekarang mulai tidak enak, tangan Adelard yang menyentuh pipinya itu perlahan mulai dingin.

"Maaf karena nggak bisa jagain kamu lagi" ucap Adelard semakin lemah, suaranya bahkan seperti orang tengah berbisik. Gemma menggelengkan kepalanya kencang, menentang semua ucapan Adelard barusan.

"Nggak! Kamu masih bisa jagain aku!" pekik Gemma panik. "ABANG BANTUIN GEMMA!!" pekik gadis itu lagi yang membuat aktifitas Gavin terhenti. Dengan gerakan cepat cowok itu berlari kearah kedua orang itu, ia hampir lupa jika ada nyawa yang hampir melayang ditempat ini. Sangking emosinya dia dengan kedua bajingan itu.

"Ayo kita bawa ke rumah sakit" kata Gavin yang langsung disambut gelengan lemah dari Adelard.

"Nggak usah, bang"

Blood is Love (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang