57

14 4 6
                                    

"GEMMA!" teriak seseorang yang baru saja datang dan langsung mendobrak pintu salah satu ruang gedung itu.

Aldo dan Raka terkekeh setelah mendengar suara yang baru saja meneriaki nama Gemma. Dia Gavin, cowok itu berdiri sendirian tak jauh dari tempat ketiga orang yang lebih dulu didalam bangunan ini.

Setelah semuanya masuk kedalam, Nando memberikan arahan pada seluruh teman-teman Gemma untuk berpencar. Sempat ada pertentangan dulu dari Gea barusan, namun Nando mengatakan bahwa mereka semua harus berpencar agar Gemma cepat ketemu.

Maka dari itulah sekarang, pada gedung lantai empat Gavin berdiri sendirian menghadap dua orang manusia biadab itu. Matanya melirik Gemma sekilas yang kini tengah menatapnya sayu, keadaan Gemma benar-benar membuat dada dihantam rasa sesak yang kian menjadi menyakitkan. Dia tak pernah membayangkan jika Gemma harus berada diposisi seperti sekarang karena ulahnya sendiri.

"Wahh.. ada pahlawan kesiangan" ucap Raka mengejek yang diselingi kekehan remeh dari Aldo.

"Lepasin adek gue, Do. Dia nggak salah" ucap Gavin memohon pada Aldo, matanya itu sungguh tak kuasa saat melihat Gemma yang semakin lama seperti akan menutup kedua matanya. Benar, gadis itu sudah tidak kuat lagi.

"Apa?! Gue nggak denger!" teriak Aldo untuk mengejek Gavin.

"Please Do lepasin!" teriak Gavin balik, kakinya itu perlahan mulai maju untuk mendekat pada ketiga orang didepannya itu.

"Sekali lagi lo maju, gue bakal bunuh Gemma!" teriak Aldo lagi setelah matanya menangkap pergerakan kaki Gavin. Tangan itu dengan gerakan cepatnya langsung mengeluarkan pisau yang sepertinya sudah disiapkan sedari tadi.

Gavin yang melihatnya otomatis langsung menghentikan langkahnya.

"Do, gue mohon jangan Gemma, Do. Gue aja, gue mohon gue aja. Semuanya salah gue, Do" ucap Gavin memohon yang tentu saja tak didengarkan oleh sang lawan bicara.

Aldo yang berada dibelakang Gemma, kini malah dengan teganya menjambak kencang rambut Gemma, sampai kepala gadis itu dengan paksa mendongak, sesekali mulutnya meringis karena kesakitan.

"S-sakit" cicit Gemma dengan suara yang teramat lemah, membuat hati Gavin semakin sakit saat mendengarnya.

Kepala Gavin menggeleng, adiknya itu harus selamat. "GUE YANG SALAH DISINI!" pekik Gavin yang sudah tak bisa berpikir apa-apa lagi untuk membuat strategi, otaknya begitu kosong ketika mendapati kondisi Gemma yang seperti ini.

"Gue nggak peduli!" ujar Aldo seraya mengarahkan pisaunya ke leher Gemma.

"Gue minta maaf, Do. Gue bener-bener nyesel sama kejadian itu, gue siap kok nyerahin nyawa buat lo. Tapi gue mohon Do, lepasin Gemma, adek gue nggak salah" suara Gavin kian semakin bergetar, matanya memerah karena menahan tangis yang hampir pecah ini.

"Gema nggak salah" tekan Gavin yang langsung disambut kekehan remeh dari Aldo dan Raka.

"Oh.. ya? Masa sih Gemma nggak salah?" kata Aldo yang kini melirik sekilas wajah Gemma yang berlinang air mata. Pisau itu juga semakin lama, semakin menyakitkan bagi Gemma karena Aldo dengan murkanya menekan benda tajam itu pada lehernya.

"Nyatanya dia emang nggak salah! Gue yang salah!" ucap Gavin yang mulai frustasi. Bertepatan dengan kalimatnya, air mata Gavin jatuh tanpa permisi yang mengundang kekehan dari Raka.

"Bisa mewek juga ternyata lo" ucap Raka seraya memperlihatkan senyuman miringnya pada Gavin diakhir, dari tatapan matanya kian tajam kala melihat tubuh Gavin dihadapannya.

Gavin menatap Raka sama tajamnya. "Gue nggak nyangka ternyata lo itu penghianat, gue kira lo temen. Tapi nyatanya bajingan" sarkas cowok itu sambil mengepalkan tangannya disisi celana.

Blood is Love (TAMAT)Where stories live. Discover now