55

13 3 5
                                    

Byur!

Gemma yang hampir hilang kesadaran untuk yang kedua kalinya kembali tersadar, kala air dingin mengguyur seluruh tubuhnya kasar, tak banyak pula es batu yang berada didalam air itu.

"Hai, Gemma" sapa seseorang didepan Gemma.

"Kak Aldo? Kak Raka?" cicit Gemma pelan, gadis itu tak menyangka jika mereka yang tega menguncinya didalam sebuah gedung rumah sakit yang terbengkalai sendirian tadi malam.

"Kenapa, Ma? Kaget?" kata Raka disertai tatapan bengisnya pada Gemma.

"Oh.. ya, gimana tadi malem? Nyaman, kan?" kali ini Aldo yang bersuara, cowok itu sama saja seperti Raka yang tengah menatapnya bengis.

Jika saja tangan dan kakinya tak diikat seperti ini, Gemma pasti sudah menampar keduanya. Orang yang ia kira baik nyatanya sama saja, dia tak menyangka jika Aldo ternyata sejahat ini.

Seraya mendecih, Gemma kembali membuka suaranya. "Kalian mau apa dari gue?"

"Kita? Kita cuma mau lo" ucap Raka sambil menunjuk-nunjuk Gemma.

"Nggak usah nunjuk-nunjuk bego!" sarkas Gemma seraya menatap tajam kedua kakak kelasnya itu. Ralat, kedua bajingan itu.

Aldo dan Raka terkekeh setelah mendengar ucapan kasar Gemma barusan. "Berani juga ya lo, dalam keadaan kayak gini lo masih bisa bicara kasar?" ujar Aldo.

Kali ini Gemma yang terkekeh, membuat Aldo dan Raka menatapnya bingung. "Ya beranilah. Cuma lo berdua doang, kan yang ada disini? Sekalinya kalian mau bunuh gue pun, terserah"

"Tapi yang jadi masalahnya. Kenapa kalian culik gue? Salah gue apa? Dan, apa juga yang ngebuat kalian tiba-tiba nyulik gue?" tanya Gemma bertubi-tubi, namun dari nada bicaranya cewek terlampau santai saat mengatakan dialognya barusan, ia melakukannya seolah tak terjadi apa-apa.

Padahal didalam hati Gemma yang paling dalam, gadis itu sangat ketakutan. Semalam, saat ia tersadar dari pingsannya dia dibuat terkejut sekaligus ketakutan dalam waktu yang sama.

Bayangkan saja, dimalam yang sepi nan sunyi dan ditambah lagi hujan lebat serta suara gemuruh petir yang menyambar. Gemma ditinggalkan sendirian ditempat ini, ia ketakutan tadi malam, begitupun dengan badannya yang menggigil karena dinginnya cuaca malam yang menusuk tubuhnya.

Parahnya lagi, tubuhnya terlilit dengan tali yang sepertinya sengaja diikatkan ditubuhnya erat-erat, membuat siapapun yang ada diposisinya mengalami sesak napas. Berulang-ulang kali Gemma mencoba melepaskan benda panjang yang melilit tubuhnya itu, namun dalam kurun waktu hampir dua jam ia tak bisa melepaskannya juga.

Mau tak mau Gemma hanya bisa pasrah dengan keadaannya, tegananya sudah hampir habis untuk melakukan usaha yang sia-sia seperti tadi malam.

Aldo mendecih pelan, tangannya itu bergerak cepat mencengkram rahang Gemma dengan kuat, sampai gadis itu meringis karena kesakitan.

"Semua ini gara-gara abang lo!"

Ucapan Aldo barusan membuat Gemma menjadi bingung setengah mati, berkali-kali otak gadis itu bekerja untuk mencerna omongannya. Namun tetap saja Gemma tak dapat menemukan maksud dari omongan lelaki itu.

"Abang?" beo Gemma setelah Aldo melepaskan cengkeramannya dan menghempaskan wajahnya kasar, hal itu tentu membuat kepala Gemma tertoleh kesamping, mengakibatkan rambut panjang yang tergerai itu menutupi setengah wajahnya.

Dengan gerakan yang teramat susah, gadis itu sebisa mungkin menyingkirkan rambut panjangnya dari wajahnya dengan cara mengibaskan rambut itu kebelakang. Meskipun usaha itu sama saja tak membuahkan hasil.

Blood is Love (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang