18

13 8 0
                                    

Gemma kini berjalan kearah pintu rumahnya dengan senyuman lebar yang sedari tadi tak luntur-lunturnya diwajah cantiknya. Baginya malam ini adalah momen paling mengesankan didalam hidupnya. Adelard yang dulunya selalu saja membuatnya kesal, naik pitam dan membuatnya selalu marah-marah sendiri tanpa penyebab, sekarang adalah pria yang manis dan juga lembut terhadapnya.

Senyuman lebar nan manis itu seketika hilang tergantikan oleh wajah datar serta dingin, saat gadis itu membuka pintu rumahnya dan terpampang lah wajah dingin andalan Gavin yang membuat Gemma menjadi kesal sekarang. Tapi percayalah dibalik wajah dingin dari Gavin terdapat sebuah kekhawatiran disana untuk Gemma, Gavin sangat khawatir dengan adik satu-satunya itu.

Sangat!!

"Darimana aja lo?" tanya Gavin dingin sambil melipat kedua tangannya didada.

Gemma memutar bola matanya jengah. Astaga dia baru akan mencatatkan malam ini adalah momen paling indah dalam hidupnya setelah sekian lama hidupnya kosong satu tahun terakhir, tapi kenapa Gavin selalu mengacaukannya.

"Bukan urusan lo" ucap Gemma tak kalah dinginnya pada sang kakak, gadis itu kemudian melangkahkan kakinya untuk pergi dari hadapan Gavin. Namun terlambat, tangan Gavin sudah menahan lengannya yang masih tertutupi oleh jaket milik Adelard dengan kasar, membuat gadis itu meringis kesakitan.

"Lepasin gue!" teriak Gemma menahan rasa sakitnya. Gavin menggeleng membuat Gemma berdecak kesal.

"Gue nggak mau lepasin lo, sebelum lo jawab pertanyaan gue" ancam Gavin, cowok itu semakin mengeratkan cengkraman tangannya pada lengan mungil adiknya itu.

"Argh.. abang lepasin... SAKIT BANG!!" teriak Gemma, sadar tak sadar kedua air matanya kini sudah meluncur bebas dikedua pipi chubbynya.

Gavin langsung melepaskan cengkraman tangannya. "M-maaf" sesalnya.

Gemma tertawa sinis. "Maaf? Maaf lo itu udah nggak penting bagi gue" sarkas Gemma pada Gavin, gadis itu melangkahkan kakinya untuk menjauh dari Gavin. Namun, lagi dan lagi Gavin menahan lengannya, kali ini Gavin menahannya dengan lembut.

"Lepasin!!" Gemma memberontak dari cengkraman Gavin.

"Seminggu lagi gue ada lomba basket, ngewakilin SMA Aster untuk yang terakhir kalinya" ucap Gavin sendu yang membuat Gemma menghentikan berontakannya, mata gadis itu lalu menatap manik mata teduh milik Gavin. Benar atau tidak, kedua mata Gavin seperti berkaca-kaca sekarang.

"Terus gue harus apa?! Mau lo ngewakilin SMA Aster yang pertama kek atau terakhir nggak ada urusannya sama gue!!" Gemma menepiskan tangan Gavin kasar, gadis itu lalu melangkahkan kakinya kembali.

"Gue mau lo liat gue disana!!" seruan Gavin yang menggema diruang tamu menghentikan langkah kaki Gemma, gadis itu kemudian berbalik. Nampak Gavin yang sekarang malah tertunduk dihadapannya, seperti orang yang putus asa. Namun itu tak membuat hati Gemma luluh, gadis itu sudah benci sekali dengan Gavin sekarang.

"Gue ada urusan yang lebih penting, yaitu tidur daripada ngeliat cowok brengsek kek lo di lapangan!" Gavin mendongakkan kepalanya cepat, nampak tak percaya dengan omongan yang keluar dari mulut manis adiknya itu.

Gemma tersenyum miring. "Kenapa? Kaget, kalo gue ngomong kayak gitu?" ujar gadis itu dengan nada sinisnya dan menatap Gavin angkuh.

"Satu tahun lo diemin gue, lo acuh, dingin, cuek dan selalu anggep keberadaan gue cuman angin lalu di dunia ini.." Gemma menjeda omongannya saat satu tetes air matanya meluncur kembali, dengan segera dia mengelapnya kasar.

"Gue selalu ngajakin lo ngomong, tapi apa? Lo seakan tuli, buta. Lo nggak pernah ngelirik gue!! Gue selalu berusaha buat bikin lo kayak dulu lagi!! Gue pikir lo itu orang yang baik, gue sayang sama lo, karena apa?! Orang yang ada disisi gue itu cuman lo!!" ucap Gemma penuh penekanan, air matanya kini juga mengalir tapi terus dihapus dengan kasar olehnya.

Blood is Love (TAMAT)Where stories live. Discover now