38

10 6 0
                                    

"Makasih, ya. Udah mau bantuin gue" ucap Aldo pada lawan bicaranya.

Cowok bertopi hitam itu mengangguk, tak berselang lama senyum licik itu mulai menghiasi wajah rupawan nya.

"Sama-sama, kalo butuh soal kayak gini lagi. Bilangin gue aja, gue bakal bantu lo kok" ujarnya yang membuat Aldo juga mengembangkan senyum liciknya.

"Harus lo tau, Do. Gue sakit hati sama perlakuannya Gavin, jadi udah gue putusin sekarang bahwa gue mau bales dendam sama tuh bangsat" lanjutnya lagi, dimata cowok itu sekarang ada sebuah api amarah yang menggebu-gebu didalamnya.

Sudah lama ia berteman dengan Gavin, namun ia selalu saja direndahkan oleh cowok itu. Alhasil ia menyimpan begitu banyak dendam yang terpendam rapat pada temannya itu, lebih benci lagi jika orang yang ia cintai dan ia kagumi dirampas oleh Gavin.

"Tunggu pembalasan gue, Vin. Waktu itu juga lo bakal musnah dari kehidupan ini" lirih lelaki itu sambil mengepalkan tangannya kuat-kuat.

∞~∞

Suasana sore yang indah kini menghiasi sepasang insan yang tengah berboncengan dengan mesranya. Gemma melingkarkan tangan mungil itu pada perut Adelard dan menyandarkan kepalanya pada bahu pria itu.

Saat Gemma sedang berada dicafe tadi, ia juga bahkan belum memakan habis kuenya. Adelard tiba-tiba saja menghampirinya dan langsung menyeretnya layaknya seorang anak kucing pada saat itu. Wajahnya merah padam menahan amarah, tatapan nyalang pun tak luput menghiasi wajah cowok itu kepada Aldo.

Ya, hanya pada Aldo. Gemma jadi bingung sendiri waktu itu dan mendapatkan berbagai tatapan yang ia tak sukai keluar dari rekan-rekan kerja Aldo, serta pengunjung cafe. Gemma bahkan sempat adu cekcok terlebih dahulu dengan Adelard sebelum berada diposisi nyamannya seperti sekarang ini karena membuat keributan dicafe tadi.

"Maaf, ya?" ujar Adelard saat motornya berhenti disebuah lampu merah.

"Iya, nggak papa kok. Tapi jangan bikin keributan kayak tadi lagi dong, akunya malu" sahut Gemma yang mengundang kekehan pelan dari Adelard.

Motor sport itu melaju kembali dengan kecepatan normal. Gemma tersenyum kala tangan sebelah kiri Adelard mengelus pelan punggung tangannya yang berada diatas perutnya. Tangan mungil itu kini mulai mengerat pada perut Adelard, gadis itu kemudian menghirup aroma yang selalu membuatnya candu, bahkan tak bisa berpaling sedikitpun dari baunya.

.
.
.

Setelah menempuh perjalanan dua puluh menit, kedua remaja itu kini sampai disebuah mall. Gemma langsung turun dari motor Adelard, gadis itu kemudian dengan gerakan cepat langsung mencopot helm yang ada dikepalanya, tangan dengan helm di genggamannya itu kemudian menyodorkannya kearah Adelard.

"Langsung nonton, ya?" ucap Gemma dengan binar wajah bahagia, rencananya tak sia-sia hari ini karena sang pacar sudah berada didepannya. Walau sedikit kecewa sih, karena dirinya bersama dengan Adelard waktu sore seperti ini, akan sedikit waktunya kala bermain dengan cowok itu.

Adelard terkekeh gemas menanggapinya. "Iya" jawabnya singkat, dengan gerakan pelan Adelard mengacak puncak kepala Gemma.

"Ayo!!" seru Gemma kegirangan.

Sadar tak sadar, kedua tangan remaja itu kini bertautan. Menggenggam erat satu sama lain, keduanya kemudian langsung menuju kelantai mall dimana bioskop berada.

"Mau nonton apa?" tanya Gemma.

"Terserah, aku ngikut kamu aja" jawab Adelard sambil menampilkan senyum manisnya diakhir.

Gemma berdecak. "Terserah gimana maksudnya?"

"Ya, terserah"

"Ya, kayak gimana?"

Blood is Love (TAMAT)Where stories live. Discover now