Bab 15: Bon Cabe Level 29 Vs Bon Cabe Level 30 (Revisi)

53 5 0
                                    

Jangan lupa vote and comment nya ya

Terima kasih

***

Sampai di apartement, aku langsung disambut dengan kemarahan Raka. Dia berdiri di depan pintu seperti bapak-bapak yang memarahi anak gadisnya pulang hingga larut malam. Ada beberapa yang perlu digaris bawahi jika Raka marah. Jangan jawab atau membantahnya. Jangan dekat-dekat denganya. Dan yang terakhir, jangan sentuh. Tiga hal yang harus di patuhi. Dan kamu akan selamat.

Sambil berkacak pinggang dia mengoceh, memberikan petuah petuah padaku. Aku menyodorkan kantong plastik yang berisi snack pada Raka. Lalu melangkah ke kamar, membuka kardiganku dan meletakkan dompet. Raka masih setia mengekoriku sambil melanjutkan ceramahnya.

"Lo tau nggak susahnya gue minta pulang cepat ke senior gue, padahal lagi banyak pasien yang baru selesai operasi dan butuh perhatian ekstra."

"Tapi gue bela belain tukar sift dengan teman gue buat nemanin lo karena kasian liat lo sendirian mulu. Eh, lo nya malah keluyuran entah kemana"

"Makanya cari pacar mbak, atau mau gue minta mama cariin jodoh buat lo?"

Aku tak menjawab apa lagi membantahnya. Lagian kali ini aku juga salah. Aku tau, Raka benar. Dia memang sering mengorbankan jam istirahatnya yang sedikit hanya untuk pulang dan menemaniku.

Nah. Itulah hebatnya Raka, walaupun dia adik yang sangat menyebalkan. Tingkah lakunya inilah yang selalu membuatku membatalkan niat menghasut mama untuk membuangnya ke panti asuhan. Raka masih melanjutkan ceramahnya, hingga mulutnya kering dan wajahnya memerah baru saat itu dia berhenti. Aku menuangkan air minum dari kulkas untuknya.

Setelah selesai meluapkan kekesalannya. Raka duduk di depan televisi. Sambil memegangi Lays ditangannya, dia mengotak atik laptop di atas meja yang sudah standby dari tadi. Aku mengambil jus jambu biji dari dalam kulkas dan menuangkannya ke dalam gelas. Meletakkan beberapa potong buah dan roti lapis yang aku buat sebelum keluar untuk membuang sampah.

Raka sudah menyusun snack yang aku beli di samping sofa dan memutar film pertama kami. Kemudian kami menonton film hingga pagi. Dan berakhir karena ketiduran di sofa.

***

Dengan celana training, rambut di cepol keatas, dan jaket biru. Aku turun dan melangkah keluar apartement. Raka disampingku juga sudah siap dengan setelan olah raganya. Dulu sebelum dia Koas, aku dan Raka rajin ikut car free day setiap minggu. Apalagi kalau ada mama, jadi tambah seru.

Setelah berlari lebih dari dua jam di car free day. Di jalan pulang, aku dan Raka beristirahat di dekat taman di jalanan kompleks kami. Sambil memakan sarapan dari pedagang kaki lima yang ada di sekitaran kompleks.

"Minggu depan gue nggak bisa pulang, lo nanti bawa aja mama kerumah sakit ya. Jangan lupa bawain gue baju ganti sama makanan." Raka menyuap bubur kacang hijaunya. "Bawa yang banyak." Sambungnya. Lalu berdiri dan membuang sampah.

"Lo mau dibuatin makanan apa?" tanyaku pada Raka yang sudah kembali duduk di sebelahku. "Mumpung mama disini, lo buat deh tuh daftar makanan yang lo pengen." Kemudian giliranku berdiri dan membuang sampah. "Siang ini gue mau belanja, jadi biar sekalian dibeli bahan bahannya." Aku membuka botol mineral dan meneguknya.

Ini nih enaknya kalau mama ke Jakarta. Kami bisa request makanan apa saja yang kami mau. Aku kangen masakan mama.

"Bentar, gue pikirin dulu." Raka lalu meraih ponselnya dan mengetik sesuatu di notes sambil sesekali berfikir. "Udah gue kirim, gue juga nitip belanjaan gue ya mbak." Aku menatapnya sebal.

Kalau udah titip menitip belanjaan seperti ini pasti ujung-ujungnya aku harus membawanya kerumah sakit. Aku merogoh ponsel yang ada di saku jaket. Melihat daftar belanjaan Raka yang banyak, wajahku langsung berkerut tak suka.

MellifluousWhere stories live. Discover now