Bab 23: Bertahanlah Micha (Revisi)

82 18 0
                                    

Jangan lupa vote and comment nya ya

Terima kasih

***

"Ambil barang barangnya," teriak preman didepanku.

Mereka langsung masuk ke dalam mobil, yang satu mengambil dompet dan laptopku yang ada di kursi penumpang. Sedangkan preman lainnya mencoba menghidupkan mesin mobil.

Aku meraba-raba rumput di sekitarku. Mencari ponsel dan botol merica yang tadi aku genggam. Tapi malah terlempar dan hilang saat aku diseret keluar mobil. Padahal tadi aku sudah dengan susah payah menemukannya. Sial. Sementara aku berusaha mendapatkan botol merica yang hilang ditelan rumput, preman yang tadi menamparku menarik lenganku dengan kuat.

"Cantik juga." Dia mengelus pipiku yang merah karena tamparannya.

"Lepas," ucapku sambil menarik lenganku yang sedang ditangkapnya.

Namun saat dia tak kunjung melepaskanku. Aku semakin memberontak. Dia mencoba meraba rabaku dengan tanggannya yang lain. Tak tahan lagi aku langsung menendang selangkangannya dengan lututku.

Preman itu langsung merunduk kesakitan sambil mengumpat kasar. Dengan cepat aku mengarahkan siku ku kearah punggunya yang ada didepanku membuatnya berteriak semakin keras. Jeritan kesakitannya membuat teman temannya segera menghentikan aktivitas mereka. Dan melangkah kearahku.

Melihat mereka mendatangiku bersamaan, aku langsung ketakutan.

"Lo barani ya." Ucap salah satu preman itu yang melangkah kearahku dengan cepat, sedangkan yang lain melihat kondisi temannya. Yang sedang beteriak teriak menahan sakit.

"Lo apain teman gue," lanjutnya. Dia terlihat semakin marah dan mempercepat langkahnya kearahku.

Aku mundur dengan cepat, berniat lari dari tempat itu saat melihatnya ingin memukulku. Tapi dengan cepat sebuah hantaman mengarah ke tubuhku. Badanku terasa sakit karena kuatnya pukulan yang dia layangkan kearahku. Bebarapa pukulan lainnya kembali terasa.

Meskipun aku sering memukul dan menendang saat latihan dengan senior cowok di clubku, tetap saja skala hantaman pria didepanku lebih besar dari pada senior seniorku di club. Pada dasarnya, latihan yang kami lakukan hanya untuk memperkuat kekuatan fisik, ditambah tidak melibatkan emosi. Dan juga tidak memiliki niat untuk menghabisi lawan seperti saat ini.

Aku meringkung melindungi kepalaku sambil mencoba mendorongnya. Tapi tak berhasil. Tak hilang akal, aku menendang tulang keringnya. Membuat preman itu mundur selangkah sambil meringis kesakitan. Aku langsung menendangnya dengan kakiku, preman itu jatuh ke rerumputan di belakang temannya. Untungnya tadi aku sudah mengganti heels ku dengan sneakers. Sehingga memudahkanku untuk bergerak.

Namun tak berlangsung lama, preman yang tadi sempat aku tendang, kini mengambil kayu yang jatuh di sebelahnya. Kayu yang tadinya mereka gunakan untuk menghancurkan kaca mobilku.

Oh My God! Raka kenapa lama sekali sih...

Aku semakin berkeringat dingin karena preman yang tadi aku pukul terlihat semakin marah.

Lalu sinar terang dari ponselku yang menyala menarik perhatianku. Ponsel yang sempat terlepas dari tanganku saat aku ditarik keluar. Layarnya yang menayala terang terlihat kontras diantara rumput. Terlihat panggilan masuk dari Kean, lalu layarnya kembali mati. Tak jauh dari situ, ada botol semprot merica yang sempat terlepas dari genggamanku.

Kemudian layar ponselku kembali hidup, kali ini panggilan dari Raka.

Aku buru buru mengambil semprot merica dan ponselku. Menyadari apa yang aku ambil, preman itu mengayunkan kayu yang digenggamnya kearahku. Aku langsung tersungkur ke tanah. Dia melepaskan kayu itu dan menendang beberapa kali perutku. Aku terlempar semakin jauh. Mengerang kesakitan dengan memegang perutku yang berdenyut dan terasa terbakar.

MellifluousWhere stories live. Discover now