Part 46: Announcement (Revisi)

60 6 0
                                    

Aku menghabiskan setengah hari di kantor dengan menghindari tatapan menggoda dan tawa cekikikan dari semua anggota timnya Pak Myer. Kean yang sedari pagi memperhatikan tingkahku yang konyol akhirnya menarikku ke ruangannya. Menginvestigasi apa yang sedang terjadi. Tapi saat ditanya, aku benar-benar tak tahu harus mengatakan apa. Pasalnya akulah yang melarang Kean untuk besikap terlalu terbuka mengenai hubungan kami. Tapi aku juga yang membuat mereka menyadari apa yang terjadi pada kami berdua. Betul-betul kecerobohan yang sia-sia.

"Jadi mereka semua tahu?" tanya Kean saat sekali lagi mengkonfirmasi apa yang dia dengar dari suara cicitan tikus yang keluar dari mulutku.

Kepalaku tertunduk layu. Aku mengangguk patah-patah menjawab pertanyaan Kean. Setelah itu, hening. Seperti terpidana hukuman mati yang akan merasakan dinginnya guillotine, aku melirik Kean. Kemudian suara tawa Kean terdengar menggelegar di ruangan itu.

"Micha," ucap Kean sambil memengangi perutnya yang ikut berdisko saat suara tawa masih meletus dari mulutnya yang biasanya mengeluarkan bubuk cabe itu.

Mulutku mulai cemberut dan mataku yang melotot tajam melihat Kean yang tak kunjung menghentikan tawa mengejeknya. Aku menatap Kean dengan pandangan jengkel, sesekali memberikan lirikan maut padanya yang masih memegangi perutnya yang sakit karena tertawa.

"Kenapa kamu begitu menggemaskan?" tanya Kean setelah bersusah payah menghentikan tawanya.

Dia mencubit pipiku yang memerah karena perkataannya.

"Sekarang bagaimana?" tanyaku saat aku berusaha mengusir rasa malu dan gelisahku.

"Ya bagaimana lagi. Biarkan mereka tahu," kata Kean dengan santai.

"Aku tak masalah jika timnya Pak Myer tahu, tapi aku benar-benar tak menyangka akan terjadi secepat ini. Aku takut semua orang tahu," tuturku dengan suara lemah memikirkan kekacauan apa yang akan terjadi jika ini sampai di dengar oleh semua karyawan kantor.

Kepindahanku menjadi sekretaris Kean saja bisa menimbulkan gosip yang membuat gempar pusat perbelanjaan. Apalagi kasus aku yang benar-benar pacaran dengan Kean. Aku tak bisa membayangkan bagaimana kerusuhan yang akan terjadi karena ini. Dan yang membuatku cemas adalah, jika semua orang tahu. Hanya menunggu waktu untuk dewan direksi dan Bapak Polliton tahu kebenaran ini. Pria tua itu tak akan tinggal diam, dia sangat membenciku. Aku gugup menunggu apa yang akan dilakukan pria tua itu padaku atau pada Kean.

"Apa yang kamu pikirkan?" tanya Kean melihatku yang dengan serius berfikir hingga mengerutkan keningku.

"Memikirkan bagaimana mencegah bencana yang lebih besar lagi," kataku singkat pada Kean.

Kean mendekat kearahku. Lalu jari-jarinya yang hangat menyentuh sedikit pipiku dan turun kearah dagu ku. Dia mengangkatnya sedikit. Membuatku menatapnya dengan heran.

"Kamu terlalu waspada, kamu tahu itu kan?" meskipun aku tahu sikap waspada dan hati-hati ini selalu membuatku mengambil langkah yang tepat. Tapi terkadang kewaspadaanku inilah yang membelengguku hingga aku tak bisa berlari dengan bebas.

Aku memahami maksud pertanyaan Kean. Namun, tetap saja aku menatapnya dengan mengedipkan mata seolah-olah aku tak mengerti dengan apa yang dia bicarakan.

"Kamu hanya perlu bersandar padaku. Tenang saja, aku yang akan mengatasinya." Tutur Kean dan tersenyum lembut padaku.

Aku tenggelam dalam senyum dan matanya yang hangat menatapku.

"Kita atasi bersama," koreksiku. Lalu tersenyum membalas Kean.

"Baik, kita atasi bersama. Tapi untuk sekarang biarkan aku yang melakukannya," kata Kean dan setelah berfikir sesaat aku akhirnya mengangguk setuju.

MellifluousWhere stories live. Discover now