Part 38: Apa Dia Masih Mau Menerimaku? (Revisi)

58 9 3
                                    

Jangan lupa vote and comment nya ya

Terima kasih

***

Hingga beberapa hari yang lalu aku masih tenggelam dalam pekerjaan yang makin lama semakin menumpuk untuk diselesaikan. Ketika semua tugas kami selesai, Kean memperbolehkan anggota tim Pak Myer untuk mengambil liburan secara bergantian sebelum tahun baru.

Tak berbeda dengan tim Pak Myer, aku juga mendapatkan kelonggaran dari jadwal Kean yang kosong. Beberapa hari sebelumnya aku hanya bekerja hingga siang. Itu dikarenakan masih terdapat beberapa dokumen dan notulen rapat yang harus diperiksa Kean. Tapi hari ini, aku tak perlu datang ke kantor sama sekali. Karena itu aku akhirnya mengambil hari libur juga. Sedangkan bos setan itu, menggunakan hari ini untuk melancarkan aksinya.

Tampa di duga, dia dengan bermurah hati memberikanku undangan menonton konser salah satu penyanyi favorit ku. Tentu saja itu tak bisa ku tolak sama sekali, bahkan aku sudah menabung beberapa kali untuk membeli tiket konsernya. Namun sayang, aku harus merelakannya untuk membeli sepatu dan tas yang godaannya tak bisa ku tahan.

Kean berjanji akan menjemputku malam ini. Dan disinilah aku, duduk di depan meja rias dan memoles wajahku untuk menghadiri konser malam ini. Bel apartementku berbunyi, dan tak berapa lama terdengar suara Kean dan Raka yang sedang mengobrol di ruang tamu.

Aku keluar dan menyapa Kean yang sedang makan cemilan. Disampingnya ada Raka yang juga sibuk mengisi mulutnya dengan cemilan yang baru di bawanya setelah pulang dari rumah sakit.

"Kamu sudah siap?" tanya Kean saat aku melangkah ke dapur mengambil minuman.

"Yap, kita bisa berangkat setelah anda menyelesaikan kudapan dimulut anda," ucapku sambil menyodorkan segelas jus jeruk pada Kean dan Raka yang masih sibuk mengisi mulut mereka di depan televisi.

Aku heran, kenapa laki-laki ini selalu mencari makanan di apartementku. Padahal saat aku di apartemennya, ku lihat terdapat cukup bahan makanan untuk satu orang. Lagian, dia itu bos besar. Tapi kenapa gayanya bak kolongmelarat – seperti aku – yang butuh bantuan sosial?

"Bapak sudah makan malam?" tanyaku melihat Kean tak berhenti memakan sandwich. Sekarang dia bergerak memakan cokies yang diberi Alexi padaku.

"Belum," ucapnya. Lalu aku menatap tekejut Kean yang menyasar cokies itu dalam sekali tarikan nafas.

"Jam berapa ini? Dan anda belum makan malam?" tanyaku tak percaya. Aku menatap jam di pergelangan tanganku, sudah jam tujuh malam. "Tunggu sebentar disini, biar saya buatkan kalian makan malam," lanjutku. Masih ada waktu satu setengah jam sebelum konser di mulai. Aku masih sempat untuk memasak dan memberi makan dua manusia yang terdampar dan kelaparan di ruang tamu.

Dengan cepat aku menyingsingkan lengan bajuku. Kean dan Raka menatapku melangkah menuju dapur. Suara mereka yang terdengar kompak berteriak 'oke' ke arahku yang sedang memakai apron. Apa boleh buat, ada dua tunawisma di apartemen ku, tentu saja aku harus bertanggungjawab memberi mereka makan.

Sudah bisa di pastikan make up ku akan berantakan dan parfumku bercampur dengan bau bawang putih. Lima belas menit berikutnya aku sudah menyelesaikan nasi goreng, lengkap dengan sosis dan telur gulung yang meledak dengan sayuran.

Kean dan Raka duduk dengan santai di meja makan. Mengobrol tentang pasien yang sedang ditangani Raka. Sedangkan aku memperhatikan mereka berdua menghabiskan nasi goreng dengan lahap. Setelah Kean menghabiskan nasi goreng, kami berangkat menuju konser malam ini.

***

Sementara aku menikmati konser, Kean sibuk memperhatikanku yang berteriak senang. Ketika konser selesai, aku meminta Kean untuk mencari tempat makan. Semua energiku habis karena berteriak dan melompat kegirangan.

MellifluousWhere stories live. Discover now