Bab 12: Kakak - Adik (Revisi)

107 17 1
                                    

Jangan lupa vote and comment nya ya

Kontribusi pembaca sangat berarti bagi penulis

Thanks

***

Tiga bulan berlalu semenjak acara ulang tahun perusahaan. Aku sudah berjanji pada Dimas untuk mentraktirnya makan di sebuah restoran berbintang. Nasib, nasib, padahal kantong lagi seret. Dimas tertawa dan kegembiraanya begitu terlihat jelas saat aku menceritakan Raka yang menyegel semua sumber kehidupanku. Tentu saja semua kartu kreditku disita oleh Raka. Dan selama tiga bulan aku dikenai wajib lapor. Setiap pengeluaranku harus melalui persetujuan Raka. Udah macam pos satpam aja.

Tak tahan lagi, aku melancarkan rayuan terus menerus pada Raka selama sebulan. Hingga dia menyerah karena bosan dan jijik dengan tampang sok imutku. Akhirnya baru sekarang aku bisa bernafas lega dan menepati janjiku untuk mentraktir Dimas. Disinilah kami. Dimas masih memilih makanan yang akan menggergoti isi dompetku. Setelah Dimas memesan dia permisi ke toilet. Hari ini setelah kami pulang kantor, aku langsung janjian dengan Dimas disini.

Aku masih memeriksa buku menu, mencari makan penutup yang tepat untukku malam ini. Ice cream? Gelato? Red Velvet? Atau Cheese cake? Bingung, aku terus saja membolak balik halaman buku menu. Pelayan yang sedang menunggu ku minta untuk kembali lagi setelah aku memutuskan. Ketika aku masih memilih makanan penutup, bayangan seseorang dari gelas yang ada diatas meja menarik perhatianku, dia 'pria bayangan itu' berdiri dibelakangku. Awalnya aku mengira pelayan restoran, tapi setelah diteliti lebih jelas. Itu Kean.

Aku langsung berbalik

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku langsung berbalik. Benar. Apa yang dia lakukan disini?

Kean berdiri tepat dibelakangku. Kemeja dan jasnya sudah diganti menjadi pakaian santai. Wajah datarnya menatapku. Dan matanya menyorotku dingin.

"Pak." Aku menyapanya, lalu berdiri dari kursiku. Kean masih diam, dia lalu melirik kearah belakangku. Disana Dimas baru saja selesai dari toilet.

"Kamu makan dengan dia?" ucap Kean. Lalu aku menoleh kearah Dimas yang berjalan kearah kami.

"Yah, saya makan dengan Dimas," jawabku, lalu meneliti ekpresi Kean yang masih datar.

"Bapak makan disini juga?" tanyaku akhirnya karena dia masih saja diam.

"Awalnya, tapi teman saya membatalkan janjinya. Boleh saya bergabung dengan kalian?" Kean kembali menatapku karena sedari tadi dia sibuk mengawasi Dimas yang semakin mendekat kearah kami.

"Yah, kalau bapak mau, saya nggak masalah sama sekali." Dimas berdiri disampingku. Setelah mengatakan bahwa Kean akan bergabung dengan kami. Wajah Dimas langsung cerah.

Apa dia tak tau betapa menakutkannya Kean itu? Mari kita lihat apakah si cunguk ini masih bisa bertahan dan mengidolakan setan kejam ini?

Kean memesan makanannya. Anehnya pelayan restoran terlihat lebih berhati hati untuk melayaninya. Apa dia takut? Yah, wajar gadis ini takut. Walaupun tampang Kean keren, kece, mirip oppa oppa korea, tapi tetap aja. Siapa yang tahan dengan wajah dingin, tatapan tajam dan mulut pedasnya melebihi pecel karet dua. Ditambah dia suka sekali mengintimidasi orang lain. Wanita yang jadi pacar atau istrinya pastilah orang yang sabar dan tahan banting. Aku turut berduka dengan wanita yang nantinya akan menjadi istri Kean.

MellifluousTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang