Part 42: Bang Toyib (Revisi)

67 9 0
                                    

Malam ini adalah malam tahun baru. Aku baru saja selesai keramas. Dengan handuk yang masih bertengger manis di atas kepalaku, aku melangkah kearah laptop dan memutar film yang sudah aku download kemarin. Memikirkan nasibku yang menghabiskan malam tahun baru sendiri, membuat moodku menukik turun.

Raka sejak minggu lalu semakin sibuk di Rumah Sakit, sehingga dia tak bisa menemaniku menghabiskan malam tahun baru. Dimas dan Alexi punya acara masing-masing. Sedangkan Kean yang katanya sekarang menjadi pacarku, tak ada kabarnya. Mungkin hilang di telan bumi.

Suara pembuka film yang ku putar memenuhi apartementku. Tentu saja karena aku memperbesar volumenya. Aku bergerak kearah dapur dan membuat teh earl grey. Begitu aku selesai dengan teh dan sepiring roti bakar, aku kembali mengakarkan pantatku di sofa ruang tamu.

Masih jam tujuh malam, aku berencana menghabiskan malam ini dengan menonton sepuasnya.

Baru lima menit film di putar, bel apartemen ku berdenting. Aku dengan malas melangkah kearah pintu apartement. Dan tada... disana sudah ada Kean, berdiri dengan salah satu tangan disakunya. Lengkap dengan pakaiannya yang membuatnya bertambah tampan. Tapi tetap saja minus karena wajah dingin dan suasana intimidasi yang selalu terasa disekitarnya.

"Oh, ya ampun. Bang Toyibku akhirnya pulang," candaku pada Kean yang menatapku dalam dengan alis berkerut sempurna dari depan pintu.

"Bang Toyib?" ujar Kean tak mengerti dengan maksud perkataanku.

"Iya, Bang Toyib. Tiga hari tiga malam nggak kasih kabar, persis Bang Toyib. Aku kira kamu hilang ditelan bumi, atau bersembunyi di lubang tikus." Kataku, dan melangkah ke dalam.

Kean mengikutiku dan mendudukan dirinya di sofa. Aku mengambilkan jus jambu biji dan menyerahkannya pada Kean.

"Jadi apa semua masalahnya selesai?" tanyaku pada Kean yang duduk dengan lemas di sofa.

"Mmm, makanya aku bisa datang kesini," jawab Kean dengan suara mengantuk.

Tiga hari yang lalu, setelah rapat dengan dewan Direksi. Kean harus mengurus beberapa masalah yang muncul di cabang yang ada di Singapura. Sayangnya aku tak bisa ikut dengannya karena mengurus beberapa hal lagi terkait rencana pembangunan museum dan galeri yang baru. Jadi Pak Myer dan Mbak Alya lah yang dikirim bersama dengan Kean.

"Kamu terlihat lelah," kataku. Dan menyodorkan gelas jus kearah Kean.

"Sedikit," Kean meminum jus dalam sekali teguk.

"Mau ku buatkan makan malam?" tanyaku dan Kean menggelengkan kepalanya.

Lalu dia meletakan gelas yang telah kosong di atas meja, dan menarik tanganku hingga aku terduduk di sebelahnya.

"Aku butuh ini," ucap Kean dan merebahkan badannya di pangkuanku.

"Istirahatlah, tak ada yang akan mengejarmu. Meskipun kamu istirahat sebentar," kataku dan mengelus rambut Kean yang terasa halus di sela jari-jariku.

Kean tersenyum mendengar komentarku. Dan menutup matanya. Aku menatap Kean prihatin, kantung matanya menghitam dan kulitnya terlihat kering. Mungkin dia memang kurang tidur beberapa hari ini.

Sambil mengelus rambutnya. Aku kembali melanjutkan tontonanku. Memakan roti bakar dan memperhatikan Kean yang bernafas teratur di pangkuanku.

Satu jam kemudian Kean bangun. Masih memperhatikanku yang sedang fokus menatap layar laptop yang ada di depanku. Dia kemudian menarik tengkukku, membuatku menunduk menatapnya.

Aku terkejut dengan tindakan tiba-tiba Kean. Masih dengan dia di pangkuanku, Kean mengelus pipiku dan menarikku mendekat sedikit lagi padanya.

"Aku ingin mengajakmu ke suatu tempat," katanya dan memberikan kecupan singkat di bibir dan mataku.

MellifluousWhere stories live. Discover now