Part 41: Hari Pertama (Revisi)

68 9 0
                                    

Jangan lupa vote and comment nya ya. Terimakasih atas dukungan pembaca semua.

Selamat membaca,

Chocomellow

***

Ponselku berbunyi sejak tadi. Aku baru menyelesaikan sarapan dan segera bergegas meraih ponsel yang aku taruh di ruang tamu. Ada panggilan tak terjawab dari Kean. Setelah mendial nomor itu kembali. Suara Kean terdengar di seberang line.

"Micha," sapa Kean.

"Ya pak," jawabku sambil melangkah ke dapur dan mengambil segelas air.

"Apa kamu masih di apartemen?"

"Iya, apa ada yang anda butuhkan? Sebentar lagi saya mau berangkat," kataku dan meneguk air itu hingga tandas. Raka yang ada di depanku masih sibuk memakan sarapannya.

"Saya ada di bawah, kita bisa berangkat bersama." Ucap Kean.

Perkataannya membuatku mengulum senyum malu. Hingga Raka yang melihat tingkahku dengan cepat berbalik menahan rasa geli melihat kakaknya yang bertingkah aneh dari semalam.

"Tunggu sebentar, saya akan turun." Kataku mengakhiri panggilan kami.

Raka yang telah menghabiskan roti panggangnya segera menelan ludah takjub dengan tingkah lakuku yang masih mengulum senyum malu didepannya.

"Wah, mbak. Lo benar-benar diluar dugaan. Ngapain lo mengulum senyum malu gitu di depan gue. Gue udah lihat lo lebih parah dari ini semalam," tandas Raka. Dan kemudian bergerak kearah westafel.

"Biarin. Kean mau jemput gue," kataku lalu tersipu malu sekali lagi.

"Eih, Mbak lo nggak cocok bertingkah laku sok imut begini. Kemana kakak gue yang kekuatannya lebih besar dari banteng liar. Lo biasanya main pukul, tendang dan cubit seenaknya. Itu ciri khas lo," ejek Raka.

Mendengarnya menyamakan aku dengan banteng liar, aku dengan cepat memukul perutnya. Hingga Raka berteriak ke sakitan.

"Jadi lo lebih suka yang beginian?" tanyaku dan bersiap melakukan ronde berikutnya pada Raka.

"Ampun, ampun. Yang sebelumnya lebih baik," ucap Raka. Dengan cepat dia lari dan mengambil tasnya. Lalu melangkah keluar dari apartemen.

"Dasar adik kurang dihajar, harusnya dulu aku tetap menghasut mama buat buang dia ke panti asuhan." Rutukku dan mengikuti Raka keluar dari apartement setelah mengambil tasku yang ada di sofa ruang tamu.

***

Aku dan Kean berangkat bersama ke kantor. Begitu kami keluar dari mobil, Kean menarikku dan menggenggam tanganku.

"Pak, ini perusahaan." Ucapku dan melepaskan tangan Kean.

"Siapa bilang ini taman bermain. Anak kecil saja tahu ini perusahaan," kata Kean lalu kembali meraih tanganku.

"Tapi kita tak seharusnya berjalan dan masuk dengan suasana seperti ini," tuturku dan mencoba kembali melepaskan tautan tangan kami.

"Saya tidak peduli," ucap Kean dan mempererat genggamannya.

"Muru," panggilku.

"Akhirnya kamu memanggilku seperti dulu," kata Kean dengan wajah bahagia.

"Aku pikir tidak baik bagi kita untuk memperlihatkan status kita di perusahaan. Jika hanya tim Pak Myer yang mengetahuinya masih baik-baik saja, tapi jika sudah satu perusahaan tahu. Orang-orang akan berfikiran negatif melihat kamu menggandengku seperti ini." Jelasku pada Kean.

"Tapi aku ingin menunjukan pada semua orang kalau kamu miliku," ucap Kean bersungut tak suka dengan keputusanku.

Aku tersenyum mendengar perkataan Kean. Lalu dengan lembut aku memperbaiki stelan armaninya. Yang membuatnya terlihat berwibawa dan dingin secara bersamaan.

MellifluousWhere stories live. Discover now