Part 30: Can I Be Your Boyfriend (Revisi)

74 14 2
                                    

Jangan lupa vote and commentnya ya

Terima kasih, selamat membaca

***

Begitu kami pamit pada calon pengantin, Kean menarikku keluar dari ballroom hotel. Melangkah kearah parkiran.

"Kita harus bicara," katanya.

Dia menatapku sebentar, tapi karena aku tak kunjung menjawab Kean kembali menyeretku kearah parkiran. Wajahku ditekuk sedalam mungkin, menghindar dari pandangan Kean yang hanya membuatku ingin cepat-cepat lepas darinya. Betapa memalukannya ini.

Apa yang ingin dia bicarakan? Aku benar-benar tak tau harus mengatakan apa jika Kean sempat membahas tentang ciuman kami dibalkon.

Kepalaku penuh dengan berbagai kemungkinan apa yang ingin dikatakan Kean. Dengan suasana canggung, aku menyeret langkahku mengikuti Kean. Sambil merapalkan do'a agar laki-laki bengis itu tak lagi mengungkit apa yang terjadi malam ini dan membiarkannya berlalu.

Begitu kami sampai, Kean membukakan pintu mobil untukku.

"Bapak yakin mau menyetir? Biar saya saja pak," saranku pada Kean. Aku kemudian melangkah kearah kemudi. Tapi Kean langsung menarikku kembali kearahnya.

"Biar saya saja. Saya masih sadar Micha. Saya nggak mabuk sama sekali," jawabnya.

Padahal aku sangat berharap bos setan ini pingsan karena mabuk. Tapi sepertinya itu hal yang mustahil melihat wajah segarnya yang terkena sorotan lampu. Kean mendorongku masuk ke dalam mobil.

Aku memilih diam selama perjalanan. Takut jika setan bengis disampingku mulai buka mulut. Kata mama, kalau ada setan kamu harus merapalkan doa agar setannya hilang. Maka dari itu marilah kita membaca yasin bersama-sama.

"Micha." Tiba-tiba raja setan disampingku bersuara. Membuatku terlonjak kaget.

"Astaganaga!" ucapku. Aku menoleh kearah Kean yang menatapku heran.

"Kenapa kamu kaget begitu?" katanya. Dan kembali fokus pada jalan.

"Itu karena bapak memanggil saya tiba-tiba," lirihku.

Sejujurnya aku berharap Kean tetap diam hingga aku sampai di apartement. Aku menarik nafas dalam-dalam, sambil mencoba memungut kembali jantung yang jatuh berguling karena ulah Kean.

"Apa yang kamu pikirkan sampai terkejut begitu?" tanyanya. Dan menatapku penasaran.

'Lagi cari cara buat hilang dari muka bumi ini.' Jawabku dalam hati.

"Bukan apa..." aku menjeda kalimatku, lalu melirik Kean yang terlihat penasaran. Mari kita alihkan perhatian Laki-laki dingin ini ke topik yang lain.

"Yah, itu..." aku berusaha mencari topik pembahasan, tapi tak menemukan apapun.

"Itu?" lanjut Kean.

"Mengenai Mbak Alya, apa dia benar-benar sepupu bapak?" tanyaku akhirnya setelah memikirkan pembicaraan Kean dengan Pak Casey.

"Ya. Dia sepupu saya. Memang kenapa?" balasnya. Kean masih fokus menyetir.

Aku memperbaiki posisi dudukku, menghadap padanya. Pada dasarnya aku gatal ingin mengatakan ini sedari tadi. Tapi malah teralihkan karena ciuman tiba-tiba setan gatal ini.

"Kenapa? Dia itu sepupu bapak, aneh saja melihat anda selalu marah-marah dan membanting laporannya. Bahkan dia lebih tua tiga tahun dari bapak. Bapak juga tak terlihat akrab dengan Mbak Alya meskipun diluar jam kantor. Saya hanya tak menyangka Mbak Alya itu sepupu bapak," kataku.

"Kebanyak orang memang tak akan menyangka saya sepupuan dengan Alya. Bahkan tak banyak karyawan kantor yang tau bahwa saya adalah cucu dari Shagufta. Bos besar. Gini-gini saya masuk lewat seleksi ketat, Micha. Walaupun beberapa yang tau banyak yang meragukan saya karena kakek." Pernyataan Kean ini bahkan diluar dugaanku.

MellifluousWhere stories live. Discover now