Part 21: Pembalasan (Revisi)

80 14 2
                                    

"Adre...." Rea menggeleng gelengkan kepalanya putus asa. Tapi aku sudah tak peduli dengannya. Saat ini tujuanku menemuinya adalah untuk memberikan pelajaran padanya.

Dua tahun lalu aku sempat satu tim dengan Rea untuk acara lelang. Saat itu aku yang menjadi penanggung jawab peralatan dan souvenir acara. Karena aku ditugaskan oleh Mbak Elyza untuk mengerjakan proyek lain. Aku menyerahkan pemilihan dan pembelian souvenir acara pada Rea.

Saat itu sempat terjadi kekacauan karena jumlah souvenir kurang. Setelah melihat data pembelian, aku tau Rea mengambil sebagian dana yang digunakan untuk pembelian souvenir. Saat itu aku langsung melabaraknya. Tapi karena dia mengatakan uang itu untuk pengobatan orang tuanya. Akhirnya aku tidak jadi melaporkannya.

Karena kelalaianku juga Rea bisa berbuat seperti itu. Akhirnya aku sempat mejadi sasaran amukan mbak Elyza dan berkhir dengan pengurangan gajiku selama tiga bulan. Hari itu aku memperingatkan Rea untuk tidak lagi melakukan hal yang sama. Sepertinya otak udangnya tak mampu menganalisa kata kataku hari itu. Dia kembali mengulanginya.

Tak berapa lama, dari acara lainnya aku mendapati Rea melakukan penggelapan beberapa kali. Karena jumlah yang di ambil dari perusahaan cukup besar. Aku memberi tahu mbak Elyza. Berutung dia tidak dipecat karena pelaku utama adalah karyawan lain. Tapi Rea mendapatkan penurunan jabatan karena kasus itu.

Kurasa ini juga yang menjadi penyebab dia dendam padaku. Hingga menyebarkan rumor seperti ini.

"Lo yang mulai..." aku menatap datar Rea yang terlihat ingin menangis. "Gue sudah peringatkan lo tahun lalu. Tapi sayang, sepertinya peringatan gue nggak sampai ke otak lo. Kali ini, gue nggak bakal tutupin kesalahan lo lagi, sebaliknya lo siap siap tinggalin perusahan ini."

Aku meminta mbak Meli menyelidiki Rea saat aku mengetahui Rea yang menyebarkan foto fotoku di grup karyawan perusahaan.

Dan hasilnya sangat memuaskan. Begitu banyak penyimpangan yang dilakukannya. Mulai dari merusak property kantor, mengganti kualitas persediaan, dan berbagai pencurian yang terekam dari jejak dana yang keluar dari departementnya.

"Rea. Lo seharusnya nggak menyebarkan gosip seperti itu. Gue paling benci orang orang yang memandang remeh orang lain. Apalagi tak menghargai usaha dan jerih payah orang lain. Dan lo berani beraninya menyebarkan gosip tentang gue dan Pak Kean?"

"Haha..." aku tetawa membayangkan Rea yang tertawa bersama teman temannya karena sudah berhasil memfitahku hingga aku kehilangan muka.

"Lo masih beruntung. Pak Kean masih belum tau masalah ini. Menurut lo apa yang akan terjadi jika Pak Kean sampai tau masalah ini?" aku menatapnya tajam. Rea terlihat gemetar ketakutan membayangkan apa yang mungkin akan dilakukan Kean padanya.

Sebenarnya selain dikenal sebagai bos yang ganteng, Kean juga populer karena auranya yang kejam. Dia tak kenal ampun, brutal dan pemarah. Jadi sebagian karyawan akan takut dengan kehadirannya. Makanya tak banyak yang bisa berada didekatnya.

"Mungkin lo bakal dijebloskan ke penjara karena korupsi yang lo lakuin. Ah, gue lupa satu lagi, dia bakalan laporin lo atas tuduhan pencemaran nama baik. Nggak. Pak Kean nggak sebaik itu. Melihat dari rekam jejaknya, dia bakalan membuat hidup lo menderita..." ucapku dan sedikit menundukan kepalaku untuk berbisik di telinga Rea. "Seumur hidup lo." Lanjutku.

"Kalau lo berani menyebarkan gosip murahan seperti ini lagi. Siap siap saja menjadi musuhnya pak Kean." ucapku.

Rea yang mendengar kata kataku langsung berubah pucat. Wajahnya putih dan tangannya gemetar.

Setelah sukses membuatnya gemetar ketakutan. Aku berbalik dan melangkah kearah Dimas. Dimas langsung mengulurkan kepalan tangannya. Dan aku membenturkannya dengan semangat. Akhirnya satu tugas selesai.

MellifluousWhere stories live. Discover now