Bab 13: Kenapa Dia Bisa Ada Disini? (Revisi)

116 15 2
                                    


Jangan lupa vote and comment nya ya 😉

Kontribusi pembaca sangat berarti bagi penulis

Terima kasih.

***

"Mbak mau bareng nggak ke kantin?" Edra menongol dari balik tiang tiang kayu pemisah ruangan ku dengan ruangan tim Pak Myer.

"Bentar, lo duluan aja keluar. Gue mau save ini dulu." Aku masih sibuk mengetik hasil rapat bulanan di komputerku. Edra keluar dan terdengar suara ribut ribut dari anak anaknya Pak Myer. Beberapa saat kemudian hening. Aku melirik kearah pintu mahoni yang ada di depanku.

Apa dia nggak mau makan siang?

Ah, sudahlah. Aku melangkah mendekati ruangan Kean. Setelah mengetuk pintu, aku masuk dan melihat Kean masih sibuk di depan komputernya.

"Pak." Kean menoleh setelah mendengar panggilanku.

"Apa bapak mau saya pesankan makan siang? Sebentar lagi jam makan siang berkahir." Kataku sambil melihat jam di pergelangan tanganku.

"Nggak usah, saya makan di kantin saja." Mendengar itu aku permisi keluar dari ruangannya dan Kean kembali melanjutkan pekerjaannya.

Mengambil dompet dan ponsel aku melangkah ke luar ruangan. Didepan lift, timnya Pak Myer masih berkicau dan bercanda sambil menunggu lift yang sedari tadi penuh karena jam makan siang. Ternyata sedari tadi mereka meributkan masalah Ronald yang baru di putus pacarnya, karena si cewek lebih milih buat tunangan sama calon yang dipilihin sama ortunya. Yah, mau bagaimana lagi. Nggak jodoh, jawabku singkat.

Lalu kami terlibat percakapan seru tentang acara bakti sosial yang akan di adakan perusahaan. Rencanannya bakti sosialnya masih dua bulan lagi. Tapi sekarang kami harus menyusun rencana yang tepat untuk acara itu. Aku tertawa mendengar cerita Pak Myer tentang Edra yang diminta untuk ikut donor darah pada bakti sosial dua tahun yang lalu.

"Beneran lo teriak Dra? Di depan dokternya?" aku bertanya dengan suara kelewat keras karena melihat wajah Edra yang pucat karena aibnya diketahui.

"Mbak, nggak sekalian lo pakai toa buat umum-in aib gue," sungutnya tak suka.

"Ya elah, apa yang mesti dimaluin, toh cuma kita kita doang," jawab mbak Alya. Betul banget. Hanya kami yang menghuni lantai ini. Jadi sudah bisa dipastikan bahwa aib Edra sudah diketahui oleh semua orang dilantai ini.

"Pak." Sapa Pak Myer ketika melihat Kean melangkah kearah kami. Tak lama pintu lift terbuka, dan kami langsung turun ke kantin.

Kami duduk di di meja yang mengakomodasi 10 orang. Aku memesan bubur ayam. Aromanya. Hmmm... begitu menggoda. Perutku sudah berteriak meminta untuk diisi. Aku menyuap bubur ayam di depanku. Ugh... surga dunia. Aku mengerang rendah. Dan melanjutkan makanku dalam diam. Jarang jarang dapat makan enak. Mari kita isi penuh tenaga untuk saat ini. Beberapa hari kedepan mungkin aku bakalan sibuk. Saat itu terjadi maka pola makanku akan berantakan lagi. Jadi untuk sekarang mari kita menikmati surga dunia ini. Sambil menyantap bubur, sesekali aku masih melemparkan godaan pada Edra yang kembali di ledek oleh senior seniornya.

Kean yang disampingku, juga makan dalam diam. Tapi aku tau dia sesekali melirikku. Penemuan terbaruku tentang Kean. Dia tak akan segan makan dengan bawahannya. Seperti saat ini. Malah itu membuatnya terlihat lebih fleksibel, bijaksana dan berwibawa disaat yang bersamaan. Tim nya Pak Myer juga berbicara dengan santai didepan Kean, seperti tak ada sekat yang bernama atasan dan bawahan diantara mereka.

Kata Mbak Alya sih 'Si bos sering traktir kita kita makan di waktu waktu tertentu. Lo tunggu aja Re, bakalan puas makan makanan enak kita.' Cengirnya ketika ku tanya saat kami ikut antri memesan makanan di kantin.

MellifluousWhere stories live. Discover now