Part 34: Kamu Sekretarisku atau Wanitaku? (Revisi)

86 13 1
                                    

Jangan lupa vote and comment nya ya

Terima kasih, selamat membaca.

***

Menjelang akhir tahun, aku dan tim Pak Myer disibukan dengan berbagai pekerjaan. Akhir-akhir ini pekerjaan kami semakin banyak saat rencana pembangunan hotel menjadi semakin dekat. Kean juga sering lembur dan itu membuatku khawatir. Beberapa hari yang lalu kami semua kena sembur bubuk merica dari mulut Kean. Ditambah bos setan itu sekarang semakin kurang tidur membuat temperament nya yang awalnya baik-baik saja menjadi mudah sekali marah.

Saat aku masih sibuk menyelesaikan laporan yang harus selesai hari ini, intercom di mejaku berbunyi. Kean memintaku untuk masuk kedalam ruangannya.

"Ada yang bisa saya bantu pak?" tanyaku saat melihat Kean sedang menekan dahinya. Wajah lelahnya terlihat semakin kusut saat dia mulai menatapku.

"Micha, sepertinya kita harus keluar kota besok. Persiapkan semuanya, saya akan jemput kamu besok dan kita bisa langsung pergi. Kita berangkat dengan mobil, jadi lebih santai." Kata Kean, aku mengangguk, dan Kean kembali memberi tahukan apa yang harus aku lakukan untuk perjalanan dinas kami.

"Baiklah, kalau begitu saya permisi pak." Pamitku lalu beranjak dari ruangannya.

Hari itu aku dan beberapa tim Pak Myer sibuk mempersiapkan perjalanan bisnis yang harus aku dan Kean lakukan. Ketika jam di desktop komputerku menunjukan pukul Sembilan malam, akhirnya pekerjaan itu selesai. Ruangan timnya Pak Myer sudah kosong sejak tiga puluh menit yang lalu. Aku melangkah keruangan Kean.

"Pak, laporan yang anda minta," kataku menyerahkan map coklat yang ku pegang.

Kean membuka map yang aku taruh diatas meja, dia membacanya dengan teliti. Kemudian Kean menandatanganinya dan menyerahkannya kembali padaku.

"Persiapan besok?" tanya Kean.

"Semuanya sudah saya persiapkan," jawabku. Kean mengangguk dan aku keluar dari ruangan Kean.

Tak berapa lama Kean keluar, kemudian dia melangkah kearahku. Aku yang sedang berkemas, bersiap pulang berhenti dan menatapnya.

"Saya antar," kata Kean lalu dia berdiri disebelahku untuk menungguku yang masih mengemasi barang barangku.

"Apa bapak yakin? Anda terlihat kelelahan, saya bisa pulang sendiri. Jam segini masih banyak taksi yang bisa saya gunakan." Kataku saat melihat raut wajah Kean yang terlihat pucat.

"Nggak Micha, saya antar kamu pulang," katanya bersikeras. Aku hanya mengangguk setuju tak ingin berdebat panjang dengannya yang terlihat lelah.

Ketika kami sampai di parkiran tiba-tiba Kean terhuyung dan jatuh. Aku yang saat itu ada disampingnya dengan cepat menangkap Kean yang terlihat lebih pucat dari sebelumnya.

"Pak?" panggilku panik melihat banyaknya keringat di dahinya. Aku menaruh telapak tanganku di dahi dan lehernya. Ini sangat panas, dia demam.

"Saya bawa ke rumah sakit ya," kataku saat membantunya melangkah kearah mobil yang tak jauh dari kami.

"Jangan kerumah sakit," jawabnya dengan nafas pendek dan suara yang kecil. Aku terdiam sebentar, memikirkan apa yang harus aku lakukan.

"Untuk saat ini, saya antar anda pulang dulu." Putusku saat aku berhasil membawa Kean kedalam mobil.

Sambil memasangkan sabuk pengaman untuk Kean, aku kembali mengecek suhu tubuhnya. Dia terlihat menggigil kedinginan. Aku mematikan AC mobil dan mengelap keringat Kean dengan tisu basah dari tasku.

Dengan cepat aku mengemudikan mobil ke apartement milik Kean. Satu jam kemudian aku berhasil membawa Kean dengan selamat ke dalam apartement miliknya. Sambil membaringkannya di salah satu kamar, aku membuka kantong obat yang tadi sempat ku beli di salah satu apotek di jalan.

MellifluousWhere stories live. Discover now