Bagian 17

90 45 214
                                    

Selamat Membaca

Setelah diperbaiki di bengkel terdekat, Alfian mencoba menyalakan sepeda motornya untuk mengecek apakah sepeda motornya sudah bisa digunakan dan memastikan tidak ada lagi masalah yang ada di sepeda motor kesayangannya.

"Ra sepeda motorku sudah bisa, ayo keliling Jakarta." ajak Alfian kepada Alfira.

"Boleh tapi, jangan lama-lama ya gue jam sepuluh harus sudah ada di rumah." ujar Alfira.

"Siap bu bos." ucap Alfian dengan memberikan hormat."

"Apaan sih Al, kayak upacara aja."

Alfian membuka tas untuk mengambil jaket, lalu melemparkannya ke Alfira dengan berkata, "Pakai jaketku."

"Tapi, gue nggak keding..."

Potong Alfian "Aku udah baca isi hatimu yang bilang kedinginan. Kenapa aku tahu? karena aku sudah mengisi kekosongan yang ada di dalam hatimu selama ini."

"Apa an sih lebay deh." ujar Alfira dengan wajah yang tiba-tiba berubah menjadi memerah.

"Kalau aku bikin baper, aku akan bertanggung jawab." bisik Alfian sambil memakaikan helm kepada Alfira.

"Apa jangan-jangan Alfian kesurupan jin gombal ya." batin Alfira bengong sampai tidak dengar dipanggil Alfian untuk segera naik ke sepeda motornya.

Alfian melambaikan tanganya di depan wajah Alfira untuk menyadarkan Alfrayang sedang bengong "Woy jangan bengong aja, nanti kesurupan."

Alfira yang sudah tersadarkan dari bengongnya langsung beralasan "Iya Al maaf tadi cuma coba niru in jadi manusia silver yang mematung." segera Alfira menaiki sepeda motor Alfian.

Alfian melajukan sepeda motornya dengan kecepatan normal untuk bisa menikmati suasana Jakarta yang kanan kirinya banyak terdapat bangunan tinggi yang menjulang. Lampu jalan menerangi aspal ibu kota dengan dibantu cahaya lampu kendaraan yang berlalu lalang.

"Ra," panggil Alfian yang tidak mendapatkan respon oleh Alfira yang terlalu asyik menikmati kendaraan yang lalu lalang melewatinya.

Alfian mengerem secara mendadak yang membuat tubuh depan Alfira menyentuh punggung Afira.

"Lo sengaja ya cari kesempatan." ujar Alfira sedikit marah dengan tindakan yang dilakukan Alfian.

"Salah sendiri dipanggil gak respon, terlalu nyaman ya." tebak Alfian.

"Enggak b aja sih, terus lo panggil gue kenapa?" tanya Alfira.

"Laper nggak?"

"Lumayan laper sih." balas Alfira.

"Oke kalau gitu kita makan dulu."

"Makan apa? dimana? berapa an?" tanya Alfira bertanya layaknya wartawan.

"Nanti bakal tahu sendiri." balas Alfian yang malas menanggapi semua pertanyaan yang dilontarkan Alfira.

Alfian menghentikan sepeda motornya di depan sebuah warung penjual nasi goreng yang berada di pinggir jalan. Aroma harum dari nasi goreng tercium sangat nikmat saat Alfian dan Alfira mulai memasuki warung untuk memesan.

"Bang nasi goreng biasa dua dan es teh tawar dua." pesan Alfian kepada penjual nasi goreng.

"Oke siap mas, silahkan duduk dulu." ujar penjual nasi goreng.

Alfian dan Alfira duduk di tikar hijau yang dipasang di jalan trotoar dengan lampu jalanan sebagai penerangnya.

"Ra, nggak papa kan makan disini?" tanya Alfian dengan nada sedikit ragu.

Alfian & AlfiraWhere stories live. Discover now