Bagian 21

44 19 40
                                    

Tamales membaca

Alfian duduk menunggu ditemani oleh bang Dila disebuah cafe yang begitu mewah. Merita baru datang dengan menggunakan baju merah selengan dan rok merah selutut. Merita duduk dengan kaki disilangkan yang berhadapan langsung dengan Alfian. Kedatangan Merita membuat kedua mata bang dila tidak bisa berpaling pandangan melihat Merita yang begitu enak dilihat.


"Maaf ya telat, habis beli baju baru di mall karena baju gue kalau udah satu bulan harus gue buang." ujar Merita dengan kedua matanya hanya fokus memandangi Alfian.

"Kenalin ini temanku yang ada di Jakarta namanya bang Dila." ujar Alfian yang langsung membuat bang dila mengulurkan tangannya untuk bersalaman kenalan.

"Gue Merita." ucap Merita tak tertarik dengan tidak membalas uluran tangan bang Dila.

"Kenapa Alfian ngajak orang lain sih, ganggu waktu berduaan aja." batin Merita dalam hatinya.

"Oh iya silahkan kalian pesan makan dan minuman apa aja, jangan ragu-ragu gue yang traktir." Merita menepuk tangannya untuk memanggil pramusaji.

Pramusaji datang ke meja Merita dengan memberikan daftar menu. Alfian dan bang Dila membuka daftar menu makan dan minuman yang terlihat enak-enak dan pastinya mahal.

"Gue mau pesan nasi goreng spesial, bakmi spesial sama minumnya jus alpukat." pesan bang Dila yang langsung dicatat oleh pramusaji.

"Aku pesan jus alpukat aja mbak." ucap Alfian yang dicatat oleh pramusaji.

"Kok nggak makan sih Al?" tanya Merita.

"Di Daftar menunya nggak ada rujak makanan favoritku. Lagian aku juga masih kenyang." jawab Alfian.

"Kalau gitu gue juga jus alpukat juga deh." catat pramusaji.

"Baik, mohon ditunggu ya." ujar pramusaji dengan beralih pergi.

"Al perempuan yang lo kenal kok cantik-cantik banget sih." bisik bang Dila yang kedua matanya masih belum teralihkan dari Merita selain melihat daftar menu barusan.

"B aja sih bang menurutku."balas Alfian sambil membalas pesan dari seseorang di gawainya.

"Lo buta apa minus sih kayak gitu lo bilang b aja. Lihat aja bentuknya aja udah kayak angka delapan."

"Al katanya lo mau ngomongin sesuatu." Merita membuka suara yang dari tadi hanya di diemin aja.

"Lo katanya kenal banget sama geng the black lion yang dipimpin oleh Reza, pastinya lo tahu tentang ini." Alfian menunjukkan sebuah gambar jaket dengab motif kepala tengkorak bersayap yang ada di gawainya bang Dila.

Bang dila mendapatkan gambar tersebut dari teman-temannya yang sudah melakukan indentifikasi terhadap orang misterius ini melalui cctv. Setelah, melarikan diri dari orang misterius dengan segera bang Dila mengontak teman-temanya untuk mencari tahu dalang dari penyerangan yang dilakukan terhadap Alfian dan dirinya.

Dengan adanya bukti ini Alfian sedikit mencurigai bahwa motif gambar tersebut adalah milik dari geng  sekolahan. Pasalnya setiap geng memiliki pakaian khas mereka sendiri-sendiri salah satunya adalah jaket. Makanya, Alfian menanyakan motif gambar tersebut ke Merita yang sepertinya tahu banyak tentang geng sekolah. Karena Merita merupakan salah satu cewek yang banyak diincar oleh kelompok geng dari sekolah lainya  untuk dijadikan pacarnya.

"Gambar apa itu." Merita berpikir sejenak dengan mencoba mengingat-ingat "Pernah melihat sih tapi, hanya sekilas dan lupa dimana."

Pramusaji datang kembali dengan membawakan pesanan makanan dan minuman yang tadi dipesan.

Alfian & AlfiraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang