dimulai dari nol (1) ya kak

7.7K 443 7
                                    




ƪ˘)┐



04.48

Di sebuah kamar yang cukup luas, terlihat seorang gadis yang tengah melipat alat sholatnya. Ia baru saja menyelesaikan kewajibannya sebagai umat muslim.

Tok tok tok

"Ci bangun ci udah subuh."

Tak lama sebuah pintu terbuka. Muncullah seorang gadis yang sangat cantik, wajahnya sudah terlihat sangat segar walaupun hari belum terang.

"Iya mom, cici udah bangun dari tadi. Ini baru selesai solat juga." Gadis itu tersenyum kepada sang ibu.

Mommy tersenyum dan mengelus pipi gadis itu, "Rajin banget nih anak mommy. Yaudah, jangan tidur lagi ya ci."

"Iya."

Wanita baya itu pun pergi, melangkah ke arah pintu lain untuk membangunkan anaknya yang lain sebelum ia kembali ke dapur guna menyiapkan sarapan.

"Mau gym ci?" Tanya sang ibu saat anak keduanya menuruni tangga lengkap dengan pakaian gymnya.

"Iya mom, daripada tidur lagi."

"Oh, yaudah gih."

Gadis itu melangkah ke ruang gym yang berada di bangunan kecil di belakang rumahnya. Ia adalah Shani Indira Silvestre, anak kedua dari keluarga Silvestre. Gadis yang memiliki paras cantik, rajin dan juga disiplin terhadap hidupnya.

Setelah 40 menitan berlalu, gadis itu selesai dengan acara olahraganya dan kembali ke rumah utama.

"Wedeh.. rajin amat nih pagi-pagi udah nge-gym aja." Ucap gadis lain yang dua tahun lebih tua darinya. Yaitu Gaby Andira Silvestre, anak pertama keluarga Silvestre.

"Iyalah, emangnya kamu kak kerjaannya molor terus." Balas Shani bercanda.

"Biarin wleee." Gaby tidak kesal dan malah membenarkan perkataan Shani.

Shani melangkah ke arah dapur karena melihat sang Mommy yang masih memasak, ia memeluk sang mommy dari belakang.

"Aduhh.. Ngagetin aja sih ci."

"Hehe."

"Mandi gih ci, bau tau." Ledek mommy.

"Ihh enak aja."

"Haha bercanda ci, yaudah gih sana mandi. Abis itu sarapan. Mommy lagi masak tau, jangan peluk-peluk."

Shani melepas pelukannya. "Zee udah bangun mom?"

"Tadi subuh sih udah. Tapi kayaknya dia tidur lagi, coba tolong kamu bangunin ya ci." Jawab mommy tanpa menoleh.

"Oke. Nanti aku bangunin setelah aku mandi."

Shani pun pergi mandi dan bersiap-siap, karena ia harus pergi ke sekolah lebih awal, mengingat hari ini upacara, dan ia seorang ketua osis yang harus tiba tepat waktu.








30 menit berlalu, Shani sudah rapi dengan pakaian sekolahnya. Kemudian ia beranjak ke kamar Zee, adik tersayangnya.

Tok tok tok

"Zee bangun!"

Tidak terdengar jawaban dari pemilik kamar, Shani pun masuk ke dalam. Benar saja, adiknya itu masih tertidur pulas di bawah selimut. Shani membuka gorden kamar Zee yang membuat cahaya pagi masuk ke dalam kamar, namun sang empu masih tidak terusik dengan cahayanya.

Shani mengelus pipi Zee untuk membangunkan adiknya itu, "Zee bangun yuk, udah siang." Bohong Shani, karena sebenarnya masih pukul 05.50 pagi.

Zee mulai terusik, ia menjawab dengan mata yang masih tertutup, "5 menit lagi ciii."

Shani berdiri, bukan untuk menyerah dan pergi begitu saja. Melainkan memasang ancang-ancang untuk mengeluarkan jurus andalannya.

"Azizi Andrea Silvestre!! Bangun atau cici siram pake air."

Sejurus kemudian gadis itu bangun dan langsung lari ke kamar mandi dengan nyawa yang masih belum terkumpul, bahkan ia hampir terjatuh karena kakinya sedikit terjerat selimut.

Shani menahan ketawanya dan menggelengkan kepala melihat adiknya yang sangat lucu di matanya.

Shani melangkah lebih dekat ke pintu kamar mandi, "Zee! Jangan lama-lama mandinya. Awas aja kalo kamu tidur lagi di dalem. Cici tinggal nanti."

"Iya ci." Jawab Zee yang terdengar lemas.





Shani menuruni tangga menuju meja makan. Anin yang melihat anak keduanya turun sendiri pun bertanya. "Loh ci, adik kamu mana?"

"Masih mandi mom."

"Oh, yaudah sini."

Shani mendudukkan diri di kursi meja makan yang disana sudah terdapat sang ayah dan kakaknya–Gaby.

"Nih ci nasinya." Anin–ibunya–memberikan piring yang sudah terisi nasi.

"Makasih ya mom." Jawab Shani dengan memberikan senyum termanisnya pada sang Mommy.

Selagi Shani mengambil lauk pauk, sang Ayah membuka suara, "Gimana ci sekolah?"

"Aman kok, Dad."

"Terus gimana sama murid-muridnya?"

"Hmm.. Sejauh ini, belum ada masalah serius sih Dad." Jawaban Shani tentu saja tidak sepenuhnya jujur, karena masih ada beberapa murid yang sering merundung murid lainnya. Tapi ia tidak ingin mengatakannya pada Gracio, karena ia yakin kalau dirinya bisa mengatasi hal itu.

Sang ayah hanya mengangguk, dan beralih melihat Gaby. "Kamu gimana kak kuliahnya?"

"Hah? Oh, aman terkendali kok Dad." Jawab Gaby tak lupa dengan cengirannya.

"Kamu masih berpegang teguh untuk nolak tawaran Daddy nih?"

Kan.. Pasti nanyanya nggak bakal jauh-jauh dari itu. batin Gaby

"Gak, Dad. Aku males ngurus rumah sakit."

"SELAMATTT PAGI DUNIA TIPU-TIPU!!!" teriak seorang gadis sambil menuruni tangga.

"ASTAGA ZEE JANGAN TERIAK MASIH PAGI!!" Teriak Anin mengomel, membuat tiga orang di meja makan seketika menutup kuping.

Buset.. melengking amat suara bini gue. batin Gracio

Masih pagi padahal. Shani membatin sebelum menghela napas lelah.

Nggak anak nggak emak sama aja, sukanya teriak teriak. Gaby mengelus dadanya, ia sedikit kaget.

"Hehe maap mom, nggak sengaja." Zee hanya nyengir dan menunjukkan jari berbentuk V.

"Gak sengaja gak sengaja. Awas ya kalo kamu teriak teriak lagi." Zee mengangguk. Hanya mengangguk, tidak janji. Lalu ia duduk dan mulai sarapan.

Mereka pun sarapan dengan khidmat dengan obrolan ringan yang menemani sarapan hangat mereka. Setelah selesai, mereka membubarkan diri untuk pergi ke tujuannya masing-masing. Begitu juga Shani dan Zee yang pergi ke sekolah.


(〜 ̄△ ̄)






segini dulu ya. thanks for reading bestie. sorry ya kalo byk typo hehe first time nulis :)

btw, apakah ini awalan yang cukup baik? lumayanlah ya. tp jujur, saya blm tau jalan ceritanya bakal kek mana hahah jangan berekspektasi tinggi ygy sama cerita ini, gabutan doang soalnya awokwkwk.

yaudahlah. cya in the next chap!

DANDELIONS [ShanChik]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang