23

2.8K 311 8
                                    




ƪ˘)┐


Chika mengajak mereka semua termasuk anak buahnya untuk berkumpul di meeting room

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Chika mengajak mereka semua termasuk anak buahnya untuk berkumpul di meeting room.

"Mike." Panggil Chika.

Mike yang paham segera memberikan berkas-berkas itu dihadapan Chika.





"Tujuan gue ngumpulin kalian disini adalah untuk membahas insiden beberapa waktu lalu, yaitu insiden pot bunga dan penabrakan mobil Zee." Ucap Chika yang pastinya membuat mereka terkejut, karena mereka sama sekali tak tahu menahu kelanjutan tentang insiden dan pelaku itu, dan apa katanya? nabrak mobil Zee?

"Zee ditabrak? Kapan? Kok kamu gak bilang kalo Zee ditabrak? Jangan-jangan pas kamu nganter Zee pulang malam itu?" Tanya Shani beruntun, ia agak kesal karena Chika maupun Zee tak ada yang bercerita.

Chika menghela nafas, "Sayang, tenang ya. Aku sengaja gak ngasih tau kamu karena aku gamau kamu khawatir dan kepikiran, terlebih waktu itu udah malem." Ucap Chika menjelaskan dengan tenang.

Shani cemberut, ia mengerti tapi tetap saja ia kesal. "Yaudah lanjut." Ucapnya.

Chika pun melanjutkan.

"Jadi.. Selama seminggu ini gue menginvestigasi siapa pelaku dibalik insiden tersebut. Dan diantara insiden pot bunga dan mobil Zee itu dilakukan oleh orang yang sama." Ucap Chika.

"Siapa Chik pelakunya?" Tanya Ara.

Chika melihat mereka semua yang terlihat penasaran.


kemudian menjawab.














"Mirza Mahendra."








Mereka semua terkejut. Selama ini mereka tidak ada yang berpikiran kalau itu Mirza.

"Lo serius Chik?" Tanya Olla.

"Totally. Dia juga dibantu salah satu antek kepercayaannya untuk nyelakain gue, dan beberapa orang untuk nabrak mobil Zee."

Mereka diam, masih menunggu Chika melanjutkan perkataannya.

Chika melanjutkan, "Sebelumnya gue mau berterima kasih sama Adel karena udah bantuin gue buat nanya tentang Mirza ke gengnya."

Adel tersenyum sombong karena namanya disebut oleh Chika.

"Hari dimana insiden pot bunga, Mirza izin kalo dia ke Semarang sama bokapnya selama beberapa hari, tapi nyatanya engga. Dia izin buat jalanin rencana dia biar dia punya alibi, dan juga biar orang-orang termasuk kedua temennya gak curiga."

"Kok lo tau kalo dia bohong? Dan kenapa lo bisa yakin kalo yang nyelakain lo itu adalah Mirza?" Mira bergantian bertanya.

"Karena bokapnya gak ngambil cuti." Chika menjeda ucapannya, sebelum melanjutkan.

"Bokapnya adalah dokter spesialis senior IGD di rumah sakit milik Papih gue." Ucap Chika sambil melempar beberapa berkas informasi ayah Mirza ke atas meja yang segera di lihat oleh mereka.

"Dan kenapa gue bisa tau? Karena pertama, gue liat sepatu yang pelaku pake (CCTV Sekolah) itu sama dengan apa yang Mirza pake waktu nyelakain gue di kantin." Chika menunjukkan dua screenshot dari video CCTV, pertama foto yang terlihat dua pelaku sedang berjalan pergi dari rooftop dan kedua adalah foto Mirza yang sedang duduk dan Chika yang di lantai karena jatuh.

"Yang kedua, karena ini." Chika menunjukkan sebuah cuplikan video CCTV yang menunjukkan kedua pelaku memasuki mobil jeep hitam dengan plat B 189 MM setelah memanjat keluar dari tembok belakang sekolah. Video itu Chika dapat dari toko kelontong yang berada di belakang sekolah.

"Mobil ini adalah mobil yang sama untuk menabrak mobil Zee. Persis seperti ciri-ciri yang disebutkan Adel, yaitu mobil Jeep dengan plat B xx9 MM." Chika melanjutkan informasi yang ia dapat.

Tidak selesai sampai disitu, Chika pun melanjutkan lagi sambil melempar berkas ke meja. "Sebagaimana data diri Mirza yang gue dapet, gue menyimpulkan kalo ternyata plat nomer mobil itu dibuat sesuai kelahirannya yaitu 189 MM (18 sept Mirza Mahendra)."

Ara dkk menghela nafas, entah itu nafas lelah atau emosi. Yang jelas mereka terasa sangat geram dengan Mirza. Ingin rasanya membunuh orang itu.

"Gilakk!! Lo keren banget kak, bisa dapet informasi sebanyak dan sedetail ini." Adel dan Zee malah memuji kehandalan Chika dalam memperoleh informasi-informasi ini. Begitu juga Shani yang terlihat kagum dengan informasi yang Chika dapat.

Chika tersenyum tipis.

"Oke, sampe sini aku paham. Tapi kenapa Mirza nabrak mobil Zee kalo dari awal dia nargetin kamu?" Tanya Shani. Yang lain ikut mengangguk meminta penjelasan.

Hufftt helaan nafas Chika lolos.

"Karena di dalam mobil Zee ada Christy. Yang artinya, dia juga nargetin Christy karena tahu Christy itu adik aku. Tapi untungnya waktu itu ada beberapa mobil dibelakang mobil Mirza, jadinya mereka cuma bisa nabrak dan bocorin ban mobil Zee. Kalo engga, mungkin Zee Adel dan Kathrin udah bonyok, sedangkan Christy udah diculik sama mereka. Terlebih jalanan yang sepi." Chika merasa kesal jika membayangkan adiknya tercintanya itu beneran diculik oleh Mirza. Shani pun memeluk Chika menenangkan.

"Sialan tuh Mirza! Kita harus bales dia Chik. Kalo perlu langsung kita bunuh aja." Geram Ara.

"Gak! Aku gak setuju. Mending kita laporin polisi aja. Biar polisi yang urus." Shani tidak setuju jika harus membalas perbuatan Mirza dengan kekerasan apalagi membunuhnya.

"Gue bakal nyerahin mereka ke polisi. Tapi sebelum itu gue harus kasih pelajaran ke Mirza biar dia tahu dengan siapa dia berurusan." Ucap Chika pada mereka.

"Pelajaran apa yang lo maksud, Chik?" Tanya Gracia.

"Pelajaran yang gak akan dia lupain." Jawabnya.

"Tapi lo udah ada rencana?"

Chika hanya tersenyum penuh arti sebagai respon.


(〜 ̄△ ̄)

tu bi kontinyueeee pren...





14/10/22

met malem smw... makasi ya yg udah setia menunggu dan baca crita ini serta voment hehe! love yaa.

sori kalo up lama, karena sibukkkk! tapi gua bakal usahain lanjutin critanyaa ampe tamat

jaga kesehatan terus all! cyaaa

DANDELIONS [ShanChik]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang