Chapter 21. Impian Jungkook tercapai

544 40 2
                                    

💜Ssaem, I Love U💜



Golden Maple
•°•°•°•°•°•°•°•°•°•
Semenjak menginjakkan kaki ke sekolah sebagai ketua direktur, Seokjin hanya berdiam di kantornya. Menelisik murid-murid dari kejauhan tanpa terlihat. Terlebih untuk murid bernama Jungkook. Sengaja menjauh untuk tidak lebih menyakiti remaja itu. Akan tetapi ia merasa kehilangan satu orang yang selalu memancarkan tatapan penuh harapan padanya.

Juga, setiap kali pulang ke rumah, Seokjin selalu dihantui bayangan sang ibu yang biasanya menyapa dia dengan segala pertanyaan aneh, dan harapan Seokjin pulang dengan membawa calon menantu. Walau bayangan itu akhirnya buyar bagai debu dalam pandangan.

"Kau sudah pulang, Nak?" sapa sang ayah. Seokjin menoleh pada oknum yang tengah duduk di ruang tengah. Menikmati acara nonton tvnya, bersama temannya.

"Ken?"

"Hei, bagaimana kabarmu?" sapa sang teman yang datang dan memeluk rindu tubuh jakung itu.

"Maaf ya, aku baru bisa pulang hari ini. Waktu itu aku tidak bersamamu," sesal Ken.

Seokjin menatap teman sejatinya itu dengan mata berkaca-kaca. Lalu ia pun memeluknya dengan sangat erat. Jika dibayangkan saat ini, posisi Taehyung, Jong-in, dan Jungkook, seperti Seokjin dan Ken. Akan saling berkeluh kesah dan terbuka pada sesama teman.

"Hei, jangan menangis," bujuk Ken mengelus punggung rapuh itu. Seokjin terus mengadu pada temannya bahwa dia sangat sedih sejak kematian sang ibu yang dicintainya.

___
Kedua teman akrab itu duduk di bangku santai dekat kolam renang di belakang rumah.

"Jadi kenapa tidak menuruti kemauan ibumu?" Ken mulai bertanya alasan atas curahan hati Seokjin padanya.

"Aku tidak ingin membagi kasihku terhadap Mama. Kau sendiri tau hubungan orang tuaku tidak baik. Aku takut malah nantinya mengabaikan Mama." Ken mangut-mangut.

"Tapi tidak salah juga sih. Dicoba daripada ujungnya kamu yang nyesel sekarang. Lagipula membangun cinta dengan seseorang bagus loh untuk hilangkan stress," anjur Ken.

"Emang kamu udah nikah?" Segera pria itu menggeleng.

"Tapi aku sudah punya pacar. Kami akan menikah tahun depan di bulan ini. Kebetulan bulan ini adalah musim semi dan bulan kasih sayang." Yang dimaksud Ken adalah bulan Februari.

"Ken! Menurutmu logis tidak jika menyukai laki-laki?"

"Siapa? Kamu?" Seokjin menatap sang teman dengan raut serius.

"Eh, gila kamu ya? Ngapai suka sama laki-laki?"

"Menurutmu tidak logis. Tapi bagi pecinta hubungan sesama jenis itu sangat logis dan wajar-wajar saja. Sebab kita tidak tau siapa yang dapat membahagiakan kita. Gender bukanlah acuan," cuit Seokjin agak bimbang.

"Memangnya kamu suka siapa? Guru di sekolahmu?" Seokjin menggeleng.

"Dia seorang murid. Tapi bukan aku yang suka. Dia yang suka padaku." Ken menautkan alisnya. Dilihat dari wajah Seokjin tak meyakinkan.

"Dia yang suka atau kau yang suka?" Ken sangat mengenal Seokjin.

"Entahlah. Aku hanya kasihan pada dia. Dia sangat berharap padaku." Ken tersenyum paham. Temannya sebenarnya suka hanya saja bersikap seolah tidak suka sama sekali.

"Ya udah coba pacari saja atau tidak jadikan istri. Bukankah Paman nyuruh kamu nikah. Siapa tau bisa hilangin kegundahan dan rasa bersalahmu itu," saran Ken.

"Iya sih. Tapi apa Papa akan terima. Dia nyuruh aku menikah untuk menghasilkan keturunan."

"Oh iya ya." Ken menggaruk-garuk kepalanya yang tak gatal.

Ssaem, I Love U [Jinkook] ENDTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon