Chapter 30. Mudah mengatakan maaf tapi sulit memaafkan

544 41 0
                                    

💜Ssaem, I Love U💜




Golden Maple
•°•°•°•°•°•°•°•°•°•
5 tahun berlalu....

Masa remaja dilepas begitu saja oleh Jungkook dan Jong-in. Keduanya sudah sibuk dengan kehidupan masing-masing. Jong-in sudah mendapatkan pekerjaan di sebuah perusahaan setelah lulus dari kuliah akuntansi. Sedangkan Jungkook sudah akan punya momongan baru. Iya, Jungkook hamil anak kedua.

Hari ini, tepat pada 14 Februari, adalah hari kasih sayang yang bertepatan pada hari Minggu dan hari ulang tahun anak Min Yoongi. Entahlah, tanpa bosan, Jong-in terus saja coba datang ke rumah Yoongi. Jong-in datang dengan hadiah. Menekan bel rumah itu untuk diketahui keberadaannya.

Ceklek!

Saat pintu terbuka, seorang gadis terlihat. "Ya?" Sedikit terkejut. "Anda lagi, Kak?" Ternyata sudah sering Jong-in jumpa dengan Yoon Ra untuk memberikan sesuatu.

"Ini ulang tahun Jae yang ke-6. Aku belikan hadiah. Kali ini mohon diterima, ya?" pinta Jong-in memberikan.

"Mm...tapi aku takut kakakku marah lagi. Yang kado tahun lalu itu aja---mainannya dibuang. Maaf ya, Kak." Yoon Ra menutup perlahan pintunya agar tak terkesan mengusir.

Pemuda Kim di luar mulai menghela napas letih. Berulang-kali datang, hasil tak pernah sesuai harapan. Oh, haruskan Jong-in menyerah sekarang?

******

Jong-in kembali ke rumah dan sebuah tangan menghentikan dirinya yang ingin memencet digit nomor. Tempat tinggal Jong-in masih sama seperti yang dulu. Mata itu membulat sempurna saat tau siapa orang yang datang padanya. Tangannya terkepal sempurna dan rahangnya mengeras dengan gigi yang menyatu tajam.

"Lama tidak berjum--"

Bugh!

Wajah tampan itu menoleh secara kasar ke kanan. Sungguh, pukulan itu tidak main-main. Plastik berisi mainan itu terjatuh dan si empu menarik kerah baju pemuda di hadapannya. Menggeram dengan penyatuan giginya.

"Kau! Kenapa kau kembali ke hadapanku?!" bentaknya.

"Kenapa kau dengan berani menampilkan wajahmu lagi?!" Jong-in dengan tidak segan mendorong tubuh itu hingga oknum tersebut terhuyung dan jatuh ke lantai.

"Pergilah, bangsat! Pergi jauh-jauh! Kau bukan temanku!" cecarnya penuh emosi.

Oknum itu kembali berdiri. Tentu kalian tau siapa dia. Seseorang yang meninggalkan tanggung jawab dulu.

"Mianhae." Dengan wajah melas yang meminta belas kasihan.

"Kau!--"

Ingin rasnya Jong-in membunuh orang itu saat ini juga. Dia sudah coba tahan-tahan, jika saja tidak ada jiwa malaikat dalam diri Jong-in, mungkin pemuda itu hanya tinggal nama untuk dikenang.

"Kau pikir dengan maaf bisa menyelesaikan masalah?! Pergilah, kalau kau nggak mau mati di tanganku!" usir sarkas Jong-in.

"Jong, aku bisa jelaskan--"

"Diam!" sentak Jong-in memotong ucapan itu. "Aku tidak butuh penjelasan!" lanjutnya. Pemuda Kim yang marah ini pun segera masuk ke rumahnya. Membiarkan sosok itu di luar dengan penyesalannya.

Netra sayup terpandang pada sebuah plastik berisi mainan yang dibawa Jong-in tadi. Mengamit dan melihat isinya.

Tit, tit, tit, tit, tit, tit.

Jong-in mendengar suara digit pintu rumahnya dipencet.

Ceklek!

Pintu itu terbuka, menampilkan Taehyung yang dengan berani membuka pintu Jong-in. Ternyata nomor digit yang digunakan masih sama seperti dulu.

Ssaem, I Love U [Jinkook] ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang