Last Chapter. Definisi Cinta

986 48 5
                                    

💜Ssaem, I Love U💜


Golden Maple
•°•°•°•°•°•°•°•°•°•
Sebuah mobil terparkir dengan mulus di parkiran dan sang empu segera keluar berlari. Di samping itu mobil Chanyeol berhenti bersamaan dan semua berkeluaran untuk berlomba masuk ke pintu rumah sakit. Seokjin sampai lebih dulu dan segera tiba di hadapan ayahnya.

Di sana juga sudah ada dua perawat yang menunggu akibat dari permintaan Jungkook yang mau menunggu suaminya tiba. Tentu Seokjin segera dibawa masuk dan berganti pakaian steril dengan cepat. Setelah tiba maka dengan cepat ia menggenggam tangan dingin Jungkook yang sudah menahan rasa sakit sedari tadi.

"Baiklah, kita akan mulai sekarang?" Jungkook menganggukinya, sudah tidak sanggup bicara lagi. Matanya tampak sayup dan bibirnya pucat.

Bius berhasil disuntikan sehingga Jungkook tak dapat lagi merasakan sakit saat kulit perutnya dibelah. "Sayang kenapa lama kali?" Bibir itu masih saja bergetar saat berucap, tanda dia belum bisa melupakan sakit yang dirasa tadi.

"Jangan pikirkan macam-macam. Aku sudah di sini." Seokjin menghapus peluh yang memenuhi dahi istrinya.

"Aku hanya takut jika aku lahiran, Hyung nggak akan dengar tangisan anak kedua kita," ujar Jungkook tersenyum tipis dan terlihat mata sayupnya sangat letih dan ingin terpejam. Sepertinya sangat melelahkan merasakan sakit di perut yang sangat luar biasa itu. Sungguh perjuangan dalam mengemban tanggung jawab menjadi seorang ibu.

Seokjin mencium dahi itu untuk memberikan afeksi yang baik. Tanda bahwa dia paham rasa yang dialami sang kasih saat ini. Ini mengingatkannya pada sosok ibu yang sudah tiada, tentang perjuangan yang pastinya juga sama sulitnya saat ingin mengeluarkan dirinya dulu.

Ciuman itu bertahan sampai terdengar suara tangisan bayi yang menggelegar dengan lantangnya. Memberitahu orang tuanya bahwa ia telah hadir untuk mengisi kehidupan baru dan kartu keluarga orang tuanya.

"Selamat Tuan, bayi Anda laki-laki."

Seokjin tersenyum senang dan rasanya ingin menangis haru setelah diberi momongan baru yang akan menjadi penerus keluarga Kim kelak. Menggendongnya sejenak dan mengecup dahi si kecil yang masih merah. Sebelum akhirnya diminta kembali untuk dibersihkan.

Seokjin pun kembali datang pada Jungkook dengan wajah sedih karena terharu. Terheran saat melihat Seokjin cengeng kali ini. Waktu kelahiran Seokyung dia biasa saja. Malah menunjukkan rasa senang teramat dalam hingga hanya bisa tertawa. Tapi ada apa dengan wajah kali ini?

Pria Kim memeluk Jungkook dan masih didengar oknum itu menangis. "Ada apa? Kenapa menangis?" Seokjin belum bisa menjawab pertanyaan itu. Ia hanya mengecup pucuk kepala yang harum itu.

Setelah dirasa cukup berlarut dalam haru, ciumannya turun ke pipi kanan Jungkook dan berbisik. "Gomawo, Jungkook-ah. Aku tidak akan pernah melupakan jasamu dalam merawat dan mengandung anakku. Merasakan sakit demi mempertahankan mereka. Akan kupastikan tidak akan ada yang bisa menyakiti, walau bahkan itu seekor semut."

[Siapa sih, yang tidak akan terharu mendengar ucapan tersebut? Bahkan kalau bisa semua istri mendengar itu dari mulut suaminya, benar tidak? Hayooo, pasti bener yekan😆 Perjuangan dalam hamil dan melahirkan bukanlah perkara yang bisa dianggap sepele.]

"Hyung, kau sudah menjagaku dengan baik kok. Aku tidak minta lebih, hanya dengan kau selalu mencintaiku, itu cukup." Jungkook tidak nuntut hal banyak. Seokjin menyatukan kedua dahi mereka dan meresapi rasa kasih sayang yang tiada duanya kali ini.

Entahlah, Seokjin merasa tersentuh saat tau Jungkook rela menahan sakit demi menunggunya agar ia bisa di samping dan menemani Jungkook di masa sulitnya. Mendengarkan suara tangis bayinya. Padahal wajah itu sudah sangat pucat.

Ssaem, I Love U [Jinkook] ENDUnde poveștirile trăiesc. Descoperă acum