Story

819 156 5
                                    

Happy reading

.

.

.

"Aku tidak pernah mengatur mereka" ucap Nana

"Yakin?" Nana diam tidak bisa menjawab "aku tau tujuanmu baik tapi kau jadi seperti istri mereka bukan kekasih mereka dan juga jangan pergi begitu saja kalau kalian bertengkar. Selesaikan dulu atau dengarkan penjelasannya dulu"

"Aku pergi karna tidak ingin semakin bertengkar dengannya"

"Kau jadi terkesan egois kalau seperti itu. Kau mencintai Jeno kan?" Nana menganggukkan kepalanya menyetujui kata kata Yangyang "apa kau ingin Jeno pergi seperti Minhyung?"

"Tidak" lirih Nana

"Berubahlah, sekarang lebih baik kita tidur" Yangyang merebahkan tubuh Nana lalu menjadikannya guling

"Jangan seperti ini!!"

"Nana, tidak apa apa sekali sekali kau bergantung pada seseorang. Jangan terlalu mandiri, jadilah manja tidak apa apa"

"Yangyang lepas!! Rasanya sesak!" Nana terus meronta dalam pelukan Yangyang

"Besok pagi temui Jeno, jadilah perempuan yang manis"

"Leppasss!!!" Bukannya melepas, Yangyang malah mempererat pelukannya

"Sudah diam! Kalau kita sudah menikah, aku tidak mungkin bisa manja seperti ini padamu!"

"Tapi rasanya sesak!!"

"Sesakkan? Ya seperti itu yang dirasakan Minhyung" Yangyang lalu melepas pelukannya "begitu rasanya kalau kau punya kekasih yang selalu mengatur"

"Aku tidak mengatur mereka!"

"Bagimu tidak tapi bagi orang lain belum tentu Na, jadi sebelum Jeno merasa sesak denganmu lebih baik kau longgarkan pelukanmu"

"Aku tidak pernah memeluk Jeno"

"Bukan memeluk seperti itu, eh tunggu kalian berkencan tapi tidak pernah saling memeluk?"

"Sudah ku bilang kan, Jeno itu seperti kutub selatan. Dia pernah memelukku sekali setelah itu tidak pernah lagi"

"Ck. Ck. Ck. Kasian sekali, kemarilah biar Yangyang peluk"

"Lalu aku harus bagaimana?"

"Berubahlah, jangan terlalu mandiri. Laki laki suka kalau wanitanya bergantung padanya, kadang sedikit manja juga tidak apa, sedikit melakukan kesalahan juga baik dan yang terakhir jangan mengatur segalanya sesuka hatimu"

□ ~PRENDIMI~ □

Jeno memijit pangkal hidungnya, kepalanya sedikit pening karna semalaman berada di depan layar komputer. Ia sedang mengamati semua data diri para penghuni gedung Neo satu persatu, semua terlihat bersih seperti kucing tak berkutu

Deringan ponselnya membuat dia mengalihkan perhatiannya, sedikit senyum tergambar di wajahnya melihat id si pemanggil

"Hallo"

"..........."

Beberapa saat dia hanya diam menunggu si penelepon memberi jawaban, setelah beberapa saat pun si penelepon masih diam saja

"Kenapa diam saja?"

"Jeno.. aku takut.." Jeno langsung membelalakkan matanya mendengar kata kata itu

Prendimi (NoMinGS) ENDWhere stories live. Discover now