Part 1☄️

153K 13.5K 342
                                    

Vote sebelum baca ⭐

Scene ini adalah pertemuan pertama Shine dan Max

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Scene ini adalah pertemuan pertama Shine dan Max. Dimana Max menguntit Shine sejak keluar dari perusahaan, membius Shine, serta mengikat Shine di ranjang lantaran takut Shine kabur darinya.

Hal tersebut berarti Shine belum kehilangan apapun. Semua kemalangan dan penderitaan belum menghampirinya. Jadi, Shine bisa melindungi dirinya sendiri dan orang-orang di sekitarnya asalkan dia patuh ke Max.

Shine hanya perlu berlaku manis dan tidak membangkang Max. Ini bukan lah hal yang sulit baginya karena Max sangat tampan. Max merupakan pria tertampan yang pernah dilihatnya selama hidup di dunia.

Lihat saja nanti, Shine akan mengendalikan Max agar bisa dimanfaatkannya sesuka hati.

"Kenapa kau diam? Kau sedang memikirkan cara kabur dariku?" Tanya Max marah. Tatapannya tampak sangat murka.

Shine menyengir kaku. Pria di hadapannya ini benar-benar sensitif. Untung tampan!

"Bukan, pak. Aku tidak sedang memikirkan cara kabur darimu, melainkan berpikir kenapa bapak bisa menyukai gadis biasa sepertiku."

Max memainkan rambut Shine. "Panggil saja aku Max."

Shine mengangguk patuh.

Tatapan pria tampan itu mendadak berubah ke tatapan sayu. "Kau bukan gadis biasa. Kau penolongku, Shine. Kau membawaku keluar dari kegelapan."

'Di luar dugaan, tokoh utama pria dalam novel ini ternyata sangat jujur.' batin Shine.

"Ohh, jadi kau teman masa kecil Shina?" Shine dengan sengaja membeberkan fakta itu. Siapa tahu nanti Max berubah pikiran karena mengetahui jati dirinya sejak awal dan alur novel tak perlu berjalan.

"Shina?"

"Iya. Dia kembaranku tapi sayangnya sudah meninggal dunia tiga tahun lalu." Jawab Shine sok sedih.

Max terdiam seraya menatap Shine dengan tatapan rumit.

"Kalau begitu, bukan kah seharusnya kau melepaskanku karena orang yang kau cari itu Shina?" Tanya Shine hati-hati. Salah dikit saja, bisa hancur hidupnya.

Max mencengkram dagu Shine seraya menyeringai. "Aku tidak peduli kau dia atau bukan karena yang paling terpenting, kau sudah menarik perhatianku! Kau harus menjadi milikku!!"

Shine menelan saliva gugup melihat kesungguhan di mata Max. Gagal sudah rencananya.

"Oke. Aku akan menjadi milikmu tapi bisakah kau melepaskan ikatan di tangan dan kakiku?" Pasrahnya.

"Kau berniat kabur dariku?" Selidik Max sedangkan Shine menggeleng kuat.

"Mana mungkin aku berniat kabur darimu, Max. Sa--"

"Aku tidak percaya." Sela Max curiga.

"Aku janji tidak akan pernah kabur." Rayu Shine sembari mengeluarkan puppy eyes andalannya. Berhasil membuat Max luluh.

"Bagaimana kalau kau tidak menepati janjimu? Apakah kau siap kehilangan kakimu?"

Ughh, mengerikan. Shine sampai bergidik ngeri mendengar pertanyaan santai Max karena mengingatkannya pada point' penting di dalam novel.

Saat Shine asli kabur, Max mengejarnya. Lalu, membuat Shine lumpuh untuk selama-lamanya.

Max sangat gila.

"Kau mulai ragu." Kekeh Max mengancam.

Shine menatap Max memelas. Pasrah pada nasibnya. "Percayalah, Max. Aku tidak akan pernah kabur. Kalau aku kabur, kau bisa melakukan apapun padaku."

Max tersenyum puas. "Baiklah. Kau sendiri yang mengatakannya. Jadi, jangan pernah menyesal di masa depan."

Pria tampan itu langsung membuka ikatan yang membelenggu tangan dan kaki Shine sedangkan Shine tersenyum lebar karena berhasil meluluhkan hati Max.

Shine mengaduh pelan kala keningnya di sentil oleh Max. "Rencanamu tergambar begitu jelas di wajahmu. Coba saja melakukan rencanamu itu kalau ingin mendapatkan hukuman dariku."

Shine mengembungkan pipi sebal melihat seringaian mengancam Max.

Oh ayolah, dia masih sayang dirinya sendiri. Mana mungkin dia akan kabur. Dia berbeda dari Shine asli!

Semenyeramkan apapun Max ... Max tetap lah Max. Pria itu akan menyimpan taringnya selama ia patuh dan menurut.

"Ingat! Seluruh hidupmu berada di bawah kendaliku, Shine." Tekan Max sekali lagi.

Shine menyandarkan kepalanya di dada bidang Max. "Iya, aku tahu."

Max tersenyum mendapati tindakan inisiatif Shine. Kemudian, memeluk tubuh gadis itu posesif.

Sudah sejak lama dia mengintai Shine dan baru sekarang bisa sedekat ini dengan gadis incarannya. Apalagi Shine bersandar lebih dulu padanya. Tentu saja Max merasa sangat senang.

"Selama masa magangmu, kau akan berada di bawah pengawasanku langsung. Kau tidak perlu melakukan apapun karena aku akan menjamin nilaimu sempurna."

Baguslah kalau begitu. Shine bisa bersantai dari betapa memuakkannya dunia kerja.

Oh, astaga! Betapa enaknya punya orang dalam.

"Baiklah." Sahut Shine berusaha menyembunyikan perasaan senangnya.

"Kau juga akan tinggal di sini bersamaku selama-lamanya. Masalah keluargamu, aku akan menjelaskannya pada mereka."

"Aku mengerti."

"Dan terakhir, putuskan pria sialan itu!" Geram Max sedangkan Shine gelagapan seketika. Dia mendongak, menatap mata tajam Max.

"Baik. Aku akan melakukannya sekarang juga. Dimana ponselku?"

"Putuskan secara langsung. Di hadapanku!"

Max tersenyum puas melihat Shine mengangguk patuh. Dia pun mengusap rambut gadis di dalam pelukannya. "Gadis pintar." Pujinya.

Sementara itu, Shine mendecih kesal di dalam hati.

Jika bukan karena pria itu gila, pasti Shine tidak akan menurut begitu saja.

Shine akan melakukan apapun yang disukainya karena di dalam novel, dirinya terlahir sebagai anak orang kaya dan memiliki banyak penggemar.

Pasti akan sangat menyenangkan menikmati kemewahan dan menjalin hubungan dengan berbagai macam pria tampan.

"Shine! Kau berani mengabaikanku?!" Tanya Max dingin sedangkan Shine melongo kaget.

Memangnya kapan Max berbicara padanya?

Apakah karena dia terlalu larut dalam pikirannya? Makanya tidak mendengar suara Max.

"Shine!"

Bersambung...

3/9/22

firza532

Max's ObsessionWhere stories live. Discover now