Part 4☄️

123K 11.8K 268
                                    

Vote sebelum baca ⭐

Sekujur tubuh Shine terasa sangat lelah meskipun tak melakukan apapun sedari tadi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sekujur tubuh Shine terasa sangat lelah meskipun tak melakukan apapun sedari tadi. Mungkin karena mentalnya terkikis habis oleh tindakan di luar nalar Max.

Shine merasa berada di dalam bahaya. Harus hati-hati setiap kali membuka mulutnya atau pun saat bergerak. Salah sedikit, bisa fatal akibatnya. Bisa mengancam keberlangsungan hidup damainya.

Contohnya tindakannya tadi pagi. Menunjukkan raut wajah malu karena digoda dan berakhir diberikan pilihan mematikan akibat membuat Max gemas. Pilihan yang terpaksa harus dipilihnya meskipun sangat merugikannya.

Bagi Shine, Max adalah ujian terberat di dalam hidupnya. Ia bahkan menjadi pesimis bisa menyelesaikan ujian satu itu.

Max terlalu berbeda dari pria pada umumnya. Tindakannya tak bisa ditebak atau pun diprediksi.

Untunglah sekarang Max sedang pergi ke luar untuk melakukan perjalanan bisnis yang tentunya akan memakan waktu lama. Jadi, dia bisa menghela nafas lega seraya menyusun taktik terbaru dalam meluluhkan hati pria tersebut.

Tapi ... Apa-apaan perlakuan yang di dapatkannya ini?! 

Kenapa sebelah kakinya diikat dengan rantai? Memangnya dia binatang sampai diikat segala?!

Shine mengerang frustasi melihat rantai besi tersebut melingkari kaki mungilnya. "Huaaaa!! Kenapa aku selalu diikat seperti hewan?!"

'kapan aku bisa mendapatkan kepercayaannya supaya bisa bebas dari rantai sialan ini?!' Batin Shine.

Yah, setidaknya rantai yang mengikat kakinya sangat panjang sehingga ia bisa berkeliaran di dalam kamar Max. Tapi, tetap saja Shine benci melihat kakinya dirantai!

Shine menggerutu di dalam hati. Semakin menggerutu kala melihat CCTV di pojok ruangan. Pasti Max sedang memantaunya dari CCTV tersebut.

Ia tak boleh berwajah kesal terus. Harus bisa mengontrol perasaannya demi kebebasan.

"Lebih baik aku membaca buku." Gumamnya. Hanya buku lah yang mampu mengalihkan pikirannya sekarang.

Shine mengambil beberapa buku. Kemudian, membacanya di atas kasur dengan posisi tengkurap.

Gadis cantik itu mengerjapkan mata takjub melihat setiap rentetan kalimat yang tersusun rapi di dalam buku.

Senyuman senang muncul di bibirnya melihat hal tersebut. 'astaga! Aku sangat beruntung!' jeritnya senang.

Bagaimana mungkin Shine tidak senang mengetahui semua kalimat yang tercatat di dalam buku sama persis dengan pengetahuan di dunia aslinya.

"Mungkin hanya kebetulan. Aku harus mengecek buku lain."

Shine membuka buku lain. Pengetahuannya pun masih sama.

Belum puas akan hal tersebut, Shine mengepoi materi perkuliahannya dan semua pengetahuan yang tercatat di google.

'ternyata benar dugaanku. Pengetahuan di dunia ini sama dengan pengetahuan di duniaku.'

Shine bertopang dagu. 'mungkin karena penulisnya berasal dari tempat yang sama denganku, makanya pengetahuan di sini juga sama dengan pengetahuan di duniaku.'

Ini berarti Shine bisa menggunakan kemampuan dan pengetahuannya di dunia ini.

Ia bisa menjadi pengacara hebat di masa depan karena di dunia aslinya dia sudah menamatkan S3 hukum.

Apalagi dia pernah bekerja sebagai pengacara selama dua tahun. Terkenal sebagai pengacara termuda -28 tahun- dan paling kompeten.

Jurusan Shine dalam novel juga hukum. Beruntung sekali, bukan?

Betapa bahagianya Shine karena tak perlu susah payah mempelajari semuanya dari awal.

****

"Dia bahagia karena membaca buku?" Sudut bibir Max sedikit berkedut melihat tingkah Shine.

Dari tadi, ia terus memantau pergerakan Shine lewat layar laptopnya lantaran takut Shine berusaha kabur.

Meskipun mansion dijaga ketat oleh bodyguard, Max masih belum bisa tenang. Dia takut Shine kabur dan meninggalkan dirinya.

"Sungguh gadis yang menarik." Pria tampan itu terus menatap setiap gerakan Shine tanpa berkedip.

Mata tajamnya terus menghunus ke layar laptop. Jemari besar dan hangatnya perlahan menyentuh layar laptop. "Aku ingin memeluknya." Bisiknya lirih seraya menatap intens punggung Shine yang sedang membelakanginya.

"Bersabarlah, tuan. Saat pulang, tuan bisa memeluk Nona Shine sepuasnya." Tutur sopir pribadinya. Kallius, pria yang sudah mengabdi padanya selama 30 tahun.

Max bertopang dagu tanpa mengalihkan tatapannya dari layar laptop. "Menurutmu, aku bisa memeluknya saat pulang nanti?"

"Tentu saja bisa tuan karena nona tidak akan bisa kabur sejengkal pun dari mansion."

Max tertawa kecil. "Benar juga. Dia tidak akan bisa kabur meskipun sangat ingin melakukannya." Pria itu memainkan kunci rantai kaki Shine di dalam saku jasnya. Puas mendapati kenyataan Shine tak bisa kabur darinya.

"Iya, tuan."

Suasana di dalam mobil kembali hening. Max masih saja fokus menatap pergerakan Shine dan gadis itu masih fokus membaca seperti tadi.

"Ku pikir dia akan berusaha melarikan diri saat aku pergi, tapi ternyata dia tidak lari. Dia malah membaca buku dengan nyaman di atas kasurku. Sepertinya, boneka kecilku ini harus diberikan hadiah karena sangat penurut. Apa hadiah yang tepat untuknya, Kall?" Seringai Max senang.

"Mungkin Nona akan senang menerima hadiah berupa buku, tuan. Mungkin buku non fiksi, fiksi, atau pun komik." Saran Kallius.

Max tersenyum lebar. "Kalau begitu, segera atur perpustakaan untuknya di dalam kamarku. Isi dengan buku sebanyak mungkin supaya dia semakin betah berada di sisiku."

"Baik, tuan."

Mobil berhenti kala sampai di tempat tujuan. Max turun dari mobil. Moodnya tampak sangat membaik hingga membuat Kallius menggelengkan kepala heran. "Baru kali ini aku melihat tuan jatuh cinta pada seseorang tapi sayang sekali, cintanya dipenuhi oleh obsesi dan ingin mengendalikan kehidupan orang yang dicintainya. Semoga saja nona bisa sabar dalam menghadapi tingkah rumit tuan."

Bersambung...

6/9/22

firza532

firza532

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Max's ObsessionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang