Part 6☄️

114K 11.3K 92
                                    

Vote sebelum baca⭐

Mansion besar yang biasanya terasa dingin dan membosankan sekarang terasa sangat hangat dan menyenangkan karena ada seseorang berharga di sana, Shine

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mansion besar yang biasanya terasa dingin dan membosankan sekarang terasa sangat hangat dan menyenangkan karena ada seseorang berharga di sana, Shine.

Biasanya Max merasa biasa saja tiap kali pulang ke mansion. Namun, kali ini berbeda. Max sangat bersemangat! Saking semangatnya, Max berjalan dengan langkah besar supaya cepat sampai di kamar.

Gadis cantiknya pasti masih merajuk di lantai. Harus cepat-cepat dipindahkan dan dibujuk supaya tidak jatuh sakit.

Jantung Max berdebar sangat kencang kala sampai di depan pintu kamar. Memikirkan ada gadis pujaannya di balik pintu sedang menunggunya, membuat dia senang bukan main karena biasanya tak ada satu orang pun yang menunggunya pulang.

Hidupnya sangat suram dan sepi meski mendapat predikat pengusaha tersukses dan orang terkaya di Amerika. Tiada satu orang pun yang bisa mengisi kekosongan di hatinya, selain Shine.

Max sangat beruntung bisa bertemu Shine di dalam perusahaannya sehingga ia bisa menangkap dan menjerat gadis cantik tersebut ke dalam kehidupan membosankannya.

"Aku pulang!" Seru Max seraya membuka pintu kamar. Bahunya tertunduk lemas kala melihat Shine tertidur pulas di atas lantai sambil memeluk bantal.

"Ku pikir dia sedang menungguku." Renggutnya kecewa.

Max menutup pintu kamar, menguncinya, berjalan menghampiri Shine, dan berjongkok di sisi Shine. "Kenapa kau selalu terlihat cantik di mataku? Bahkan di saat tidur pun, kau terlihat cantik." Desahnya pelan.

Pria tampan itu membuka Rantai di kaki Shine. Lalu, memindahkan Shine ke atas tempat tidur. "Sweet dream, honey." Bisiknya lembut.

Max mengecup kening Shine sekilas sebelum membersihkan diri di dalam kamar mandi.

Suara percikan air terdengar dari bilik kamar mandi, membuat Shine membuka matanya lebar-lebar.

Sebenarnya, Shine hanya pura-pura tidur karena penasaran terhadap reaksi Max saat dia sedang tidur.

Betapa bahagianya Shine saat mengetahui reaksi Max sangat lembut. Itu berarti rencananya meluluhkan hati Max akan berjalan sempurna selama menuruti keinginan pria tersebut.

Tidak susah menuruti keinginan Max karena yang diinginkan pria itu hanya lah satu, 'tetap berada di sisi Max tanpa penolakan'.

Shine bertopang dagu, melihat ke arah kamar mandi. Pipinya bersemu merah melihat siluet tubuh telanjang Max sedang mandi di bawah guyuran shower.

"Pria mesum! Bisa-bisanya dia memasang kaca transparan seperti itu." Tuturnya tak habis pikir.

Shine mendesah lega kemudian. "Untung saja aku tidak pernah mandi saat dia ada di sini. Jadi, tubuhku masih aman."

Gadis cantik itu membalikkan tubuhnya. Melindungi mata polosnya dari siaran langsung yang disuguhkan Max. Berusaha kembali tidur karena besok sudah mulai bekerja. Akan tetapi, Shine tidak bisa tidur sedikit pun lantaran pikirannya bercabang.

Suara langkah kaki mendekat membuatnya menahan nafas tanpa sadar. Ia tak berani bergerak lagi karena takut ketahuan Max. Memejamkan matanya lagi seraya berusaha tetap tenang seperti orang tidur pada umumnya.

Aroma khas Max menyelimutinya, tangan kekar Max melingkari perutnya, dan wajah Max menempel di punggungnya. "Ternyata kau belum tidur." Kekeh Max menyadari tubuh Shine tersentak kaget.

Shine menggerutu pelan di dalam hati karena tingkah pura-puranya ketahuan. "Aku terbangun mendengar suara dari kamar mandi." Alasannya.

Max melepaskan pelukannya. "Berbalik lah!" Titahnya.

Shine segera menurut. Iris seindah lautannya menatap lurus pada wajah Max yang terlihat sangat segar setelah mandi. "Kau selalu pulang selarut ini?"  Tanyanya.

"Ini belum larut Shine. Biasanya aku pulang sekitar jam 11 dan 12 malam."

"Ternyata kau lebih sibuk daripada yang kubayangkan."

"Kenapa? Kau merasa kesepian ku tinggal sendirian?"

"Iya." Bohongnya demi keselamatan jiwa raganya. "Aku takut sendirian di malam hari." Imbuhnya supaya Max tak salah paham dan menempelinya di setiap waktu.

Max mencubit hidung mancung Shine gemas. "Baiklah. Aku tidak akan pulang terlalu malam lagi. Aku akan pulang saat sore."

Shine seketika berdebar karena tingkah manis pria dihadapannya. Dari dulu, ia hanya bisa membacanya di novel tapi sekarang ia mengalaminya langsung. Wajar saja bukan kalau dia merasa berdebar?

Apalah daya, kehidupannya sebagai Rara sangat membosankan karena terfokus pada satu titik, yaitu pendidikan. Ia tak punya waktu luang untuk berkencan seperti orang pada umumnya karena takut beasiswanya dicabut kalau lengah.

"Ah, aku membelikan mu kue. Kau ingin makan kue sekarang atau besok?"

"Sekarang!!" Seru Shine senang. Ia sangat menyukai kue dan makanan manis lainnya.

Max tersenyum manis melihat reaksi yang ditunggu-tunggunya. Tak sia-sia ia membelikan kue untuk gadis pujaannya.

"Aku akan mengambilnya."

Shine menahan tangan Max yang hendak beranjak dari kasur. "Memangnya kau tidak lelah bergerak terus? Tidur saja di sini, biar aku atau orang lain yang mengambilnya."

Max menatap Shine lurus. "Kalau begitu, kita berdua saja yang mengambilnya."

Shine mengangguk, berusaha menahan senyum supaya Max tidak berprasangka buruk padanya. "Baiklah."

Kesenangan Shine lenyap begitu saja kala Max mengambil borgol dan memborgol tangan mereka berdua. Hatinya menggerutu kesal tapi apalah daya, dia tak bisa membantah.

'Pria sialan! Dia sangat ahli membuatku terbang dan jatuh di saat bersamaan.' umpat Shine.

Bersambung...

Btw, makasih banyak udah dukung cerita Max's Obsession sampai part 6 ini💙💙

7/9/22

firza532

Max's ObsessionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang