Part 8☄️

108K 10.6K 210
                                    

Vote sebelum baca🌟

Beruntungnya Max sedang mengadakan pertemuan penting di ruang lain sehingga Shine bisa bergerak bebas tanpa diperhatikan, diancam, dan dikekang oleh pria itu lagi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Beruntungnya Max sedang mengadakan pertemuan penting di ruang lain sehingga Shine bisa bergerak bebas tanpa diperhatikan, diancam, dan dikekang oleh pria itu lagi.

Kebebasan yang berlangsung sementara itu tentu saja dimanfaatkan oleh Shine sebaik mungkin. Mulai dari membaca novel di kursi kebesaran Max sampai makan sepuasnya.

Jangan salahkan Shine berleha-leha di dalam ruang kerja Max karena pria itu lah yang membuatnya demikian. Max tidak memberikan pekerjaan untuknya sedikit pun.

Keistimewaan yang sangat dinikmatinya tanpa memikirkan reaksi anak magang lainnya.

Kapan lagi dia bisa bersantai menikmati hidup?!

Bukan kah sudah cukup baginya menderita karena pekerjaan di masa lalu?!

Sekarang ... Biarkan otak jeniusnya bersantai sejenak, sebelum menghadapi peperangan nyata di masa depan dan membuat orang kalah telak.

Kehidupan memang tidak adil. Yang kaya berkuasa, yang miskin tertindas. Yang kaya bahagia, yang miskin sengsara. Jadi, tidak usah protes dan nikmati saja jalan kehidupan masing-masing.

Tok tok tok!!

Shine buru-buru beranjak dari kursi kerja Max. Menyembunyikan makanan dan novelnya, lalu sok sibuk di meja kerjanya.

"Permisi, pak. Saya ingin memberikan revisi pekerjaan saya kemarin." Wanita bertubuh sexy itu menunduk, tak berani menatap ke arah meja kerja Max.

"Letakkan saja berkasnya di atas meja Pak Max. Nanti aku akan menyampaikan pada Pak Max kalau beliau sudah selesai meeting." Tutur Shine.

Wanita itu sontak mengangkat kepalanya. Menatap Shine kaget sekaligus kesal. "Kenapa anak magang sepertimu ada di sini?!" Bentaknya.

Shine bertopang dagu seraya tersenyum manis melihat raut wajah kesal lawan bicaranya. "Jangan tanyakan padaku, tapi tanyakan lah pada Pak Max."

Wanita bernama Jenica itu menggeram marah mendengar jawaban songong Shine. "Beraninya anak magang sepertimu menggoda Pak Max! Haha. Kau masih kecil, tapi sudah berbakat menggoda seorang pria dewasa. Aku heran, apa yang dilihatnya darimu sampai tergoda." Cemoohnya.

"Kau iri melihat ku berada di dalam satu ruangan dengan Pak Max?" Kikik Shine melihat wajah merah Jenica.

Gadis cantik itu berjalan mendekati Jenica, memeluk lengan Jenica manja, dan berbisik lirih di telinga Jenica. "Sttt. Ini sebenarnya rahasia, tapi aku akan memberitahukannya padamu. Sejujurnya, aku dan Pak Max itu sepasang kekasih. Bukan hanya berada satu ruangan di sini tapi juga selalu satu ruangan dengannya di rumah."

Entah mengapa, Shine menjadi tertarik mengompori Jenica atau lebih tepatnya, Shine menggunakan Jenica sebagai pelampiasan emosinya.

Emosi Shine terpaksa ditahan jika didepan Max, tapi beda cerita di depan Jenica. Ia bisa berbuat semaunya dan membuat wanita itu murka padanya sehingga menciptakan perdebatan panas membara. Dengan itu, emosinya pun terluapkan.

Dan ... Seperti perkiraannya, Jenica langsung terbawa suasana dan murka padanya. Wanita itu melayangkan tangan, berniat menamparnya tapi Shine lebih dulu menghindar.

"Menarik. Menampar seorang anak kecil sepertiku saja, kau tidak mampu." Ejek Shine sembari meleletkan lidahnya.

Jenica menunjuk wajah Shine marah. "Kau sangat berani padaku karena ada Pak Max yang mendukungmu, hah?! Jangan besar kepala! Bagi Pak Max, kau itu hanya mainan yang bisa dibuangnya kapan saja."

Shine duduk di atas meja seraya menatap Jenica remeh. "Tidak masalah. Mainan sepertiku ini, akan memikat pemilik lainnya. Kau tahu kenapa?" Melirik bayangannya di kaca. "Itu karena aku sangat cantik."

Jenica melemparkan sepatunya ke wajah menyebalkan Shine tapi lagi-lagi gadis cantik itu bisa menghindar dengan mudah. "Dasar sombong!!"

"Hehe." Shine menyengir polos bak orang tak berdosa.

"Lebih baik kau segera pergi dari sini atau rekan kerjamu akan memarahimu karena disangka melarikan diri saat bekerja," ujarnya sok menasehati.

Dengan sengaja, Shine menumpahkan kopinya ke sepatu Jenica. Benar-benar mencari masalah!

"Awas saja kau! Aku akan membuat hidupmu tidak tenang selama bekerja di sini!!" Umpat Jenica dan meninggalkan ruang kerja Max tanpa mengambil sepatunya lantaran tak sudi tunduk di bawah kaki Shine. Lebih memilih berjalan dengan telanjang kaki daripada mengambil sepatunya.

Shine terkikik pelan. "Ternyata menganggu orang itu sangat menyenangkan." Gumamnya.

Kalau diingat-ingat, sosok Shine di dalam novel adalah pemeran utama perempuan yang lemah dan mudah ditindas sehingga diganggu oleh semua orang.

Di kampus, Shine asli selalu dibully dan dihina karena terlibat rumor buruk. Lebih tepatnya di fitnah!

Untungnya Shine asli mempunyai teman yang selalu siap membelanya serta punya kekasih yang melindunginya.

Akan tetapi, sialnya, kekasihnya (Dante) bermain dibelakang dengan salah satu teman Shine.

Tidak sampai berpacaran, melainkan cuma pelarian di saat Dante bosan pada Shine asli. Juga tidak pernah melakukan skinship berlebihan sehingga pembaca akan menganggapnya angin lalu.

"Kalau tidak salah, nama pelarian Dante itu Hally." Shine mengusap dagunya yakin.

"Oke. Pertama-tama, aku akan membereskan kalian. Kebetulan, kalian berdua magang di sini." Shine mengusap tangannya tak sabaran. Siap menerjang mangsa kedua dan ketiganya sebagai pelampiasan emosi!

Bersambung...

8/9/22

firza532

firza532

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Max's ObsessionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang