Part 2☄️

140K 11.9K 250
                                    

Vote sebelum baca ⭐

Raut wajah murka Max membuat Shine ketar ketir

Ops! Esta imagem não segue nossas diretrizes de conteúdo. Para continuar a publicação, tente removê-la ou carregar outra.

Raut wajah murka Max membuat Shine ketar ketir. Takut dirinya akan diikat lagi atau pun dihukum. Sangat mengerikan.

Shine memutar cepat otaknya. Mencari cara agar bisa lepas dari kemungkinan-kemungkinan terburuk.

"Ah, maafkan aku. Aku tidak bermaksud mengabaikanmu tapi perutku sangat sakit." Dengan sengaja, Shine menyandarkan kepalanya manja di bahu Max sembari memeluk erat perutnya sendiri. Guna meyakinkan dramanya.

Max refleks membaringkan Shine ke kasur sehingga membuat gadis cantik itu terkejut. "Aku akan segera memanggilkan dokter untukmu."

Shine menahan tangan Max. "Tidak perlu memanggil dokter karena aku sakit perut karena kelaparan."

Tiba-tiba tatapan Max berubah menjadi tajam. "Kau mempermainkan ku?"

Shine mengerucutkan bibir kesal. "Astaga! Memangnya kau belum pernah sakit perut karena kelaparan?"

Max menyeringai seraya mencengkram dagu Shine. "Aku tahu itu alibimu saja. Pasti kau akan berusaha kabur di saat aku keluar dari sini."

Shine berdecak di dalam hati. Ternyata sangat susah mendapatkan kepercayaan sang tokoh utama.

"Jangan harap bisa kabur dariku! Sampai kapan pun, aku tidak akan pernah membiarkanmu kabur dari sini."

Shine mendesah pasrah. "Kalau kau takut aku kabur, borgol saja tanganku dengan tanganmu." Menyodorkan tangan kanannya ke Max ogah-ogahan.

"Baiklah." Dan pria tampan itu langsung memborgol tangan mereka berdua. Max menyimpan kunci borgol di dalam saku celananya.

Shine sampai tercengang melihat hal tersebut. Niat hati ingin bercanda tapi malah di borgol beneran. Malang sekali nasibnya.

Kalau tahu endingnya di borgol, dia tak akan pernah mengatakan ucapan tersebut.

"Sekarang kau menyesal?" Ejek Max melihat ekspresi nelangsa gadis di sampingnya.

"Sudah ku duga kau memang berniat kabur dariku. Ternyata kau menganggapku remeh, Shine?"

Shine menggigit bibir bawahnya kesal. Melampiaskan kekesalannya. "Harus berapa kali ku bilang padamu kalau aku tidak berniat kabur sedikit pun?!"

Max tertawa geli melihat kekesalan gadis itu. Tangan kanannya yang tak terikat borgol, bergerak mengusap bibir bawah Shine secara perlahan. "Jangan menggigit bibirmu, nanti terluka."

'bodo amat!!' jerit batin Shine. Lama-lama ia bisa gila menghadapi Max.

"Daripada digigit olehmu, lebih baik aku yang menggigitnya." Setelah mengatakan itu, Max langsung mencium bibir Shine dan menggigitnya gemas.

Rasanya Shine ingin pingsan saat itu juga. Tekanan batin dia menghadapi Max karena tak bisa memarahi pria tampan itu.

"Akhhh!!" Erang Shine kesakitan.

Max menarik dirinya menjauh seraya mengusap bibirnya sensual. "Oh, maafkan aku. Bibirmu menjadi terluka karena ulah ku." Kekehnya tanpa merasa bersalah sedikit pun. Ia bahkan kembali mendekati Shine dan menjilat bibir terluka Shine dengan lembut.

'dia benar-benar gila. Aku harus apa sekarang? Melawan? Aish!! Aku tidak berani! Bagaimana kalau dia memperkosaku untuk melampiaskannya amarahnya?'

Shine sibuk bergelut dalam pikirannya. Dia terjebak dalam posisi serba salah. Apapun yang dilakukannya bisa membuatnya berada di jurang penderitaan.

Jadi, lebih baik Shine tidak memilih apapun dan pasrah pada posisinya sekarang.

Shine membiarkan Max menjilati bibirnya. Meskipun ini terasa sedikit menjijikkan baginya. Tindakan Max mengingatkannya pada tingkah anjing.

Ya, mungkin Max ini anjing dalam wujud manusia!

"Darahnya sudah berhenti. Kau ingin makan sekarang?" Tanya Max santai, seolah tak terjadi apapun sebelumnya.

Shine membuang pandangan ke arah lain. Kesal rasanya melihat tingkah semena-mena Max. "Aku tidak mood makan karena kau membuat bibirku terluka. Bibirku sangat perih sekarang." Adunya menggunakan nada manja supaya nyawanya tetap aman.

"Tenang saja. Aku akan membantumu makan."

Shine bergidik ngeri mendengar jawaban horor Max. Pasti pria itu sudah merencanakan hal gila lainnya.

Gadis cantik itu menatap Max lagi sembari meringis pelan. "Aku bercanda. Bibirku tidak perih sedikit pun. Jadi, kau tidak perlu membantu--."

Max meletakkan jari telunjuknya di depan bibir Shine. "Sttt!! Diam lah, Shine. Jangan membantah atau aku akan membungkam mulutmu selama-lamanya supaya tidak bisa mengucapkan kata penolakan lagi."

Tubuh Shine langsung menegang kaku mendengar ancaman mematikan Max. Sekujur tubuhnya merinding kala melihat tatapan mengancam andalan Max.

Akhirnya, Shine pun menunduk pasrah. Membiarkan Max melakukan apapun yang disukainya.

Apalah arti dirinya. Hanya seonggok mainan di mata Max. Mainan yang bisa dihancurkan kapan saja jika tak menuruti kehendak hati Max.

Ternyata Shine asli merasa seperti ini. Pantas saja Shine selalu berusaha kabur. Shine pasti merasa tertekan dan ketakutan.

Dirinya salah telah berpikiran terlalu dangkal.

Memang. Mudah bagi seseorang berkomentar karena tidak pernah berada di posisi orang lain.

Mulai saat ini, dia tak akan pernah berkomentar sembarangan lagi terhadap kehidupan orang lain.

"Ayo jalan atau kakimu sudah tidak berfungsi lagi?"

Huh, ancaman lagi.

Max terlalu mengerikan.

Apa yang harus dilakukannya supaya bisa keluar dari dalam novel?

Bersambung...

4/9/22

Follow yok firza532

Follow yok firza532

Ops! Esta imagem não segue nossas diretrizes de conteúdo. Para continuar a publicação, tente removê-la ou carregar outra.
Max's ObsessionOnde histórias criam vida. Descubra agora