Part 21☄️

82.6K 8.3K 770
                                    

Vote sebelum baca ⭐

Vote sebelum baca ⭐

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Hah. Sudah kuduga." Komentar Shine setelah mendengar ucapan Max tentang biang onar dari kejadian kemarin. Siapa lagi kalau bukan Hally.

"Harus kita apakan temanmu itu?"

"Biarkan saja dia. Aku ingin melihatnya menderita secara perlahan karena rasa iri dengkinya itu."

Max tertawa kecil. Merasa jawaban Shine sangat menarik. "Baiklah kalau itu yang kau inginkan."

Max merebahkan kepalanya di atas pangkuan Shine. "Elus kepalaku, Shine."

Shine tertawa kecil mendengar permintaan manja pria itu. Kemudian, mengelusnya tanpa merasa keberatan.

Rambut halus nan tebal Max sangat nyaman untuk dielus. Makanya ia suka mengelus rambut Max.

"Kau ada jadwal kuliah hari ini?"

"Iya."

"Jam berapa?"

"Jam 1 siang dan 4 sore."

"Huh, berarti kita tidak akan bisa bertemu sampai nanti malam."

"Yah, begitulah."

"Kau harus ingat ucapanku, Shine." Max mengelus pipi Shine lembut sedangkan tatapannya terlihat sangat intens.

Shine mengerjap polos. "Ucapan yang mana?"

Max mendesah panjang. "Kau milikku! Jadi, kau tidak diizinkan dekat dengan pria lain atau pun berbicara pada mereka. Kecuali untuk urusan kuliah."

Shine manggut-manggut mengerti. Ternyata masalah itu. Sungguh pria yang posesif.

"Mana hp mu, Shine?"

Shine memberikan hp nya ke Max sedangkan pria itu langsung memeriksa hp Shine.

Shine hanya bisa menggelengkan kepala tak habis pikir melihat tingkah Max. Biasanya kan perempuan yang suka mengepoi hp kekasihnya.

Tingkah Max sekarang seakan ingin mencari masalah dengannya sehingga Shine mulai mempersiapkan diri.

Apapun yang dikatakan Max nanti, Shine sudah siap membalasnya dengan kesabaran dan kepala dingin.

Bukannya Shine terlalu tunduk dan patuh ke Max, tapi Shine ingin meminimalisir segala kemungkinan terburuk yang akan terjadi padanya.

Oh ayolah, Shine tidak ingin kehilangan kebebasannya, kehilangan orang terdekatnya, atau pun kehilangan keluarganya seperti yang terjadi di dalam novel.

Bukan kah sangat mengerikan kehilangan semuanya karena melawan?

Bukan kah melawan itu merupakan tindakan bodoh yang menghantarkan pada jurang penderitaan?

Selama bisa berada di zona aman, kenapa tidak berusaha bertahan di sana terus?

Lagipula ia tak akan rugi sedikit pun jika berada di zona nyaman. Ia bisa memiliki semua yang diinginkannya dan hidup dengan tenang.

"Siapa laki-laki ini, Shine?" Tanya Max dingin. Membuyarkan lamunan Shine.

"Aku tidak tahu." Jawab Shine setelah menatap layar ponselnya intens.

"Cih! Beraninya dia mengirim pesan pada akunmu. Sepertinya dia sudah bosan hidup." Tutur Max kesal sembari mengutak atik ponsel gadis cantik itu.

Shine hanya bisa meringis pelan melihat tingkah posesif Max.

Harusnya Max paham dan sadar kalau dirinya ini populer di dunia Maya. Jadi, wajar saja jika seorang laki-laki mengirim pesan padanya.

Namun, Shine diam saja karena malas membuat masalah menjadi rumit. Membiarkan Max bertingkah sesuka hati selama tidak mengusik ketenangannya.

"Shit! Lancang sekali orang ini mengirimkan pesan kotor padamu. Akan ku buat dia kehilangan muka di hadapan semua orang serta berpikir mengakhiri kehidupannya sendiri."

Setelah itu, Max misuh-misuh sendiri melihat semua pesan yang masuk ke akun Shine.

Padahal Max bisa saja mengabaikan itu semua mengingat tak ada untungnya meladeni orang di sosmed.

'Untung saja tingkah absurd mu itu sedikit tertutupi oleh ketampanan dan kekayaanmu, Max.'

Shine cuma bisa meringis pasrah melihat tingkah absurd Max. Berharap waktu akan cepat berlalu supaya bisa kabur dari kegilaan seorang Max.

Bersambung...

25/9/22

Jgn lupa Follow ... firza532

Semoga selalu suka cerita ini💓

Max's ObsessionWhere stories live. Discover now