Part 20☄️

87.3K 8.8K 475
                                    

Vote sebelum baca ⭐

Berbagai macam makanan tersaji di depan Shine

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Berbagai macam makanan tersaji di depan Shine. Perutnya meronta-ronta, meminta segera di isi. Namun, apalah daya. Max kembali berubah. Max menyuruhnya tetap diam karena pria itu lah yang akan menyuapinya makanan.

Entah apa yang ada di dalam otak kecil Max sehingga selalu berbuat tanpa memikirkan situasi dan kondisi.

Harusnya mereka segera makan siang supaya tidak membuang-buang waktu jam istirahat yang berharga, bukannya malah sok-sok an romantis.

Meskipun Max pemimpin perusahaan, bukan kah waktu sangat berharga?

Biasanya pemimpin perusahaan seperti Max pasti menganggap waktu adalah uang.

Lantas, dimanakah prinsip satu itu? Kenapa Max sangat santuy dan mengabaikan hal tersebut?

Ah, tokoh utama pria di dalam novel memang sangat berbeda dengan kehidupan nyata.

"Shine, kau makan siang di sini juga?" Tanya seseorang penuh semangat.

Shine dan Max refleks mengalihkan pandangan ke asal suara.

Seorang pria tampan berambut pirang menyambut mereka.

Pria itu duduk begitu saja di samping Shine.

"Kebetulan sekali bertemu denganmu di sini, Shine. Aku sangat merindukanmu."

Shine tertawa pelan melihat raut wajah menggemaskan pria tersebut. Pria yang tak lain tak bukan kakaknya, Rigel.

"Kenapa jarang pulang ke rumah? Harusnya kau tidak melupakan kakakmu ini meskipun telah punya pacar." Rigel menjitak kening Shine gemas sedangkan gadis cantik itu menyengir polos.

"Maaf, kak. Aku sangat sibuk kuliah dan magang sehingga tak punya waktu untuk pulang ke rumah."

"Memangnya sesibuk apa sampai tidak punya waktu untuk pulang? Kakakmu yang dokter ini saja tidak sesibuk dirimu." Cetusnya.

"Pokoknya sibuk. Adikmu ini sampai kewalahan setiap hari."

Rigel mengusap kepala Shine gemas. "Meskipun sibuk, sempatkan lah waktumu untuk pulang ke rumah. Mommy dan Daddy sangat merindukanmu."

"Iya, kak." Shine menjadi sedikit penasaran bagaimana rasanya mendapatkan kasih sayang dari orangtua.

Rigel melirik jam tangannya. "Kakak harus pergi sekarang. Sampai jumpa lagi, Shine." Pria itu juga pamitan ke Max.

"Baiklah. Hati-hati di jalan."

Pertemuan yang singkat namun mampu membuat Shine merasakan betapa bahagianya punya saudara laki-laki. Hal yang tidak dimilikinya di kehidupan lampau.

"Aku benci melihatmu mengabaikanku."

Shine tersentak mendengar bisikan mematikan pria di sampingnya.

Max's ObsessionWhere stories live. Discover now