Part 18☄️

85.5K 8.4K 232
                                    

Vote sebelum baca ⭐

Tubuh mungil Shine tenggelam di dalam Hoodie pink sedangkan kaki jenjangnya dibalut oleh celana pendek

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Tubuh mungil Shine tenggelam di dalam Hoodie pink sedangkan kaki jenjangnya dibalut oleh celana pendek. Tampak sangat menggemaskan seperti anak kecil jika dilihat dari belakang. Menghadirkan senyuman geli dari bibir Max.

Pria tampan itu berjalan mendekati Shine secara perlahan. Kemudian, memeluk tubuh Shine erat sehingga membuat gadis tersebut terlonjak kaget.

"Apa yang kau lihat, Shine?" Bisik Max pelan sembari menumpukan dagunya di bahu Shine.

"Taman. Itu terlihat sangat indah." Tunjuk Shine ke taman utama mansion Max.

Max menatap lurus ke arah yang ditunjuk Shine. "Biasa saja." Celetuknya sedangkan Shine mendelik sebal. Perkataan Max sungguh menghancurkan suasana.

Suasana pun kian hancur kala perut Shine berbunyi keras.

Baik Max atau pun Shine sama-sama terdiam mendengar suara tersebut.

Shine meringis malu. "Tadinya aku ingin makan, tapi kau malah memaksaku mandi bersamamu." Omelnya menyalahkan Max.

Pria tampan itu tertawa geli. "Maafkan aku telah membuatmu kelaparan." Kikiknya.

"Minta maaf itu harusnya disertai rasa bersalah, bukan disertai tawa." Decak Shine malas.

Max menggendong tubuh mungil Shine dengan mudah. "Daripada membahas itu, lebih baik baik kita segera turun ke bawah untuk makan malam."

"Ya, ya, ya."

Shine mengalungkan tangannya ke leher Max supaya tak terjatuh. Lagipula, meronta pun percuma karena Max tidak akan pernah melepaskannya.

Jadi, lebih baik gadis itu diam di dalam gendongan Max sembari menikmati kendaraan gratis nan tampannya.

Setiba di meja makan, semua makanan sudah terhidang seolah telah diperkirakan sebelumnya kapan mereka akan datang.

Kecakapan pekerja di rumah Max memang sangat perlu diacungkan jempol. Mereka tahu tanpa harus diberitahu.

"Max." Panggil Shine pelan.

"Hmm."

"Kursinya banyak yang kosong." Celetuknya.

"Lalu?"

Shine menghela nafas berat mendengar nada suara acuh tak acuh pria di belakangnya. Belum lagi usapan di pahanya membuat Shine ingin memukul tangan nakal Max.

"Bisakah kau menurunkanku sekarang? Aku ingin duduk sendiri, bukan duduk di pangkuanmu."

Max menggigit leher Shine pelan. "Kapan aku memberikan izin padamu untuk memprotes tindakanku, Shine? Bukan kah seharusnya kau diam dan menerima saja?"

Gadis cantik itu menelan saliva kasar. Lagi-lagi Max mengeluarkan sisi mendominasinya.

Percuma saja kesenangan yang dirasakannya tadi karena mengira Max telah mulai luluh padanya.

Ah, Max benar-benar hebat mempermainkan emosinya. Menerbangkannya dan menjatuhkannya dalam sekejap mata.

"Jawab, Shine!"

Shine mendesah pasrah. "Huft. Lakukan saja sesukamu. Aku tidak akan protes lagi. Sekarang aku hanya ingin makan sepuasnya."

Max tersenyum dan mengecup puncak kepala Shine gemas. "Good girl."

Pujian memuakkan.

Memangnya Shine boneka sampai harus selalu menuruti keinginan Max?!

Gila!

Dunia novel yang sangat gila!

Bagaimana mungkin ada pria yang sangat terobsesi, mengintimidasi, dan ingin selalu dituruti semua keinginannya?!

Apa sebenarnya yang ada di dalam otak author sampai menciptakan karakter seperti Max?!

Bersambung...

24/9/22

firza532

firza532

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Max's ObsessionWhere stories live. Discover now