Part 23☄️

78.1K 8K 292
                                    

Semoga sukaa🤞

Hari mulai gelap

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Hari mulai gelap. Kampus mulai sepi. Hanya tersisa beberapa mahasiswa yang akan mengikuti kuliah malam.

Di tengah kesunyian itu, duduk lah Shine sendirian di dekat gerbang. Menunggu Max datang sembari mencabuti kelopak bunga mawar.

Sungguh membosankan rasanya menunggu Max. Andaikan saja ban mobil sopir pribadinya tidak bocor, pasti ia sudah rebahan santuy di kasur empuknya. Bukannya malah menunggu seperti anak hilang.

"Kapan Max datang?" Gumam Shine kesal. Menyandarkan kepalanya di tembok dan memejamkan mata lelah. Menikmati angin sepoi-sepoi yang membelai lembut wajahnya.

Tak lama setelahnya, Shine pun tertidur pulas lantaran terlalu bosan menunggu Max.

Seorang lelaki yang mengamatinya sedari tadi mulai memberanikan diri untuk mendekat. Berjalan perlahan dan penuh kehati-hatian supaya tak menimbulkan suara. Lalu, duduk di samping Shine.

Senyuman manis merekah sempurna di bibirnya. Hatinya senang bukan main bisa menatap gadis pujaannya dari dekat.

"Ternyata wajahnya sangat cantik jika dilihat dari dekat." Gumamnya lirih.

Tatapannya begitu lekat. Enggan melepaskan pandangannya dari wajah cantik Shine.

Ada hasrat begitu besar di dalam dirinya untuk menyentuh Shine. Hasrat yang awalnya ditahan tapi akhirnya digoyahkan oleh wajah polos nan menggemaskan Shine saat tertidur.

Perlahan namun pasti, tangan kanannya mulai menyentuh wajah Shine. Membelainya perlahan dan penuh kasih sayang.

"Bagaimana mungkin ada perempuan yang sangat sempurna sepertimu, Shine?"

Tatapannya menyiratkan cinta begitu mendalam, sekaligus obsesi yang kuat.

"Wajahnya sangat mungil dibandingkan telapak tanganku, membuatku ingin terus membelainya."

Pandangannya menggelap melihat bibir Shine. Mulai mendekatkan wajahnya ke wajah Shine. Hampir  berhasil mencium bibir Shine jika saja Shine tak bergerak.

Shine bergerak dan mengubah posisi kepalanya menjadi bersandar di bahu pria itu.

Posisi yang cukup membuat pria itu tercengang sebelum akhirnya tersenyum lebar. "Aku tidak menyangka dia sangat inisiatif bersandar padaku, walaupun itu hanya di alam bawah sadarnya." Lirihnya dan mengecup puncak kepala Shine gemas.

"Astaga, Shine! Apa yang harus ku lakukan? Kau membuatku semakin gila!!" Jeritnya tertahan.

Pria itu meraup wajah gusar. Shine membuatnya ingin menerkam gadis itu habis-habisan.

Tangan kekarnya perlahan mulai naik, memeluk pinggang Shine sedangkan bibir nakalnya kembali mencuri kecupan singkat di rambut Shine.

Namun, tindakannya terhenti seketika kala melihat mobil Max. Ia langsung kabur secepat kilat sehingga membuat Shine terjatuh ke tanah.

Shine sontak terbangun seraya mengaduh kesakitan. Gadis cantik itu mengusap kepalanya diselingi rintihan.

"Sial! Kepalaku terluka." Umpatnya kesal melihat cairan lengket nan hangat di jarinya sedangkan pria yang menjadi penyebab Shine terluka menatap cemas dan meminta maaf di dalam hati.

"Huh! Andaikan saja aku tidak tertidur, pasti aku tidak akan terluka." Dumelnya sebal.

"Kenapa kau duduk di sini, Shine?"

Suara yang sangat dikenalinya membuat Shine mendongak. "Kepalaku terluka." Adunya seraya menunjukkan darah di tangannya.

Max tentu saja terkejut melihat hal tersebut. Ia refleks berjongkok dan menggendong tubuh Shine serta membawa Shine ke dalam mobil.

Shine diam-diam menahan senyum melihat wajah penuh kekhawatiran Max. Bukan kah ini berarti Max sangat takut kehilangannya sehingga besar peluang baginya untuk meluluhkan Max?!

Sementara itu, pria asing tadi mengepalkan tangan kesal melihat Max membawa Shine. Ia sungguh tak rela melihat Shine bersama pria lain. Apalagi melihat Shine disentuh pria lain, tapi apalah daya.

Dia takut melawan Max karena Max bukan lah lawan yang mudah dihadapi. Semua yang dimilikinya bisa hancur dalam sekejap mata jika nekat melawan Max.

Jadi, untuk sekarang, ia terpaksa diam dan mengalah. Namun tidak dengan nanti karena dia akan berusaha melampaui kuasa Max demi bisa memiliki sang pujaan hati.

.
.
.

"Cepat ke rumah sakit, Kall!" Titah Max panik.

"Baik, tuan."

"Jangan ke rumah sakit. Kita pulang saja." Cetus Shine.

Max menatap Shine tajam. "Kau bercanda, Shine?! Lukamu itu harus diobati sekarang!"

"Kau saja yang mengobati lukaku. Pasti sakitnya akan langsung hilang." Jawab Shine genit.

Max mencubit hidung mancung Shine gemas. "Ini bukan waktunya bercanda, Shine."

Gadis cantik itu menyengir gaje sedangkan Kallius yang melihat interaksi mereka hanya bisa tersenyum geli.

Max menghela nafas pelan, lalu mengusap darah di pelipis Shine secara perlahan.

"Kenapa kau bisa terluka, Shine? Apakah ada orang yang sengaja melukaimu?"

"Tidak. Aku terluka karena kecerobohan ku sendiri."

"Kecerobohanmu?"

"Iya. Tadi aku tertidur karena terlampau bosan menunggumu dan terjatuh akibat kehilangan keseimbangan."

"Maaf, kami terjebak macet."

"Ohh, jadi karena itu kau terlambat datang."

"Iya. Sekali lagi maafkan aku." Sesal Max.

"Akan aku maafkan kalau kau membelikan mobil keluaran terbaru untukku." Canda Shine dan candaan Shine langsung disanggupi oleh Max. Apalah arti sebuah mobil bagi pria itu jika hartanya saja berlimpah-limpah. Ia bisa membelikan Shine apapun! Berapapun harganya!

Bersambung...

28/9/22

firza532

Max's ObsessionWhere stories live. Discover now