Part 12☄️

98.8K 10.3K 174
                                    

Vote sebelum baca ⭐

Jam di dinding sudah menunjukkan pukul 5 sore, tapi Max tak kunjung menunjukkan batang hidungnya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Jam di dinding sudah menunjukkan pukul 5 sore, tapi Max tak kunjung menunjukkan batang hidungnya. Padahal pria itu berjanji akan kembali jam 3 sore.

Dua jam menunggu, membuat Shine menguap bosan. Berbagai posisi dan kegiatan sudah dicobanya tapi tetap saja merasa bosan.

Ah, menunggu kehadiran seseorang memang sangat membosankan. Sesuatu yang sangat dibencinya dari dulu!

Tapi, kalau modelan orang yang ditunggu seperti Max ... Lebih baik ditunggu saja daripada melawan dan berakhir sengsara. Biarlah menunggu lama asal selamat.

Shine mengalihkan pandangannya ke ponsel di tangannya kala merasakan benda pipih itu bergetar. Ia melongo kaget melihat pesan berdatangan dan menganggu pendengarannya.

Teman-teman dekat Shine sibuk bertanya mengenai hubungan Shine dengan Max. Mereka meneror Shine menggunakan berbagai macam pertanyaan.

Shine tertawa geli melihat reaksi semua temannya. Reaksi yang sangat wajar jika mendapati kejutan dari orang terdekat.

Shine: Naiklah ke lantai atas kalau penasaran. Aku akan menceritakannya pada kalian semua.

Shine mengirim pesan tersebut sebagai balasan dari ratusan chat yang masuk ke dalam ponselnya.

Alesya: Kami tidak berani naik ke lantai big boss bekerja:(

Vicensia: Kau saja yang turun, Shine.

Shellina : Nyaliku ciut duluan membayangkan bertemu bos dingin kita T_T

Shine: Ya sudah. Besok saja aku ceritakan pada kalian.

Vicensia: No! Ceritakan sekarang juga! Jangan membuat kami mati penasaran.

Alesya: Kau tahu?! Kami sudah memendam rasa penasaran ini sejak tadi pagi dan baru bisa menanyakannya sekarang karena diberi banyak pekerjaan oleh atasan.

Shellina: Ayolah! Ceritakan pada kami..

Shine: Susah menceritakannya lewat chat.

Shine menggelengkan kepala gemas melihat Alesya langsung melakukan video call.

Ternyata teman-temannya memang sangat penasaran pada hubungannya dengan Max.

"Jadi, apa yang ingin kalian tanyakan?" Tanya Shine sembari mencari posisi ternyaman.

"Wah! Gadis kesayangan boss memang sangat berbeda. Bisa rebahan di atas sofa empuk, sedangkan kami duduk sampai tulang patah."

Shine terbahak mendengar ucapan sarkas Vicensia. "Kalau kalian mau, ke sini lah. Kita rebahan bersama di ruangan Max."

Alesya menggeleng tegas. "Terima kasih tawarannya, Shine sayang. Tapi, nyaliku tidak sebesar itu untuk merusuh di ruangan Pak Max."

"Tenang saja. Max tidak akan marah karena kalian temanku." Sahut Shine.

Shellina tiba-tiba menyeletuk penasaran. "Aku heran. Kenapa kau bisa bersama Pak Max? Bukan kah kau masih pacaran dengan Dante?"

Pertanyaan itu mendapat perhatian lebih dari teman-temannya. Mereka menatap Shine lurus seakan menuntut penjelasan.

"Aku dan Dante sudah putus," ujar Shine santai.

"What?!"

"Kenapa putus?!"

"Sejak kapan?!"

Malah teman-teman Shine yang heboh sendiri mendengar kenyataan tersebut.

"Kami putus karena aku tahu dia bermain di belakangku dengan Hally. Dia sering menjadikan Hally pelampiasan sehingga aku tidak tahan lagi melihat kelakuannya. Lebih baik putus daripada sakit hati berkepanjangan melihat kedekatan mereka." Curhat Shine sok tertunduk lemah bagaikan orang yang tertekan kenyataan.

"Pilihanku sudah tepat, bukan? Aku melepas Dante demi Hally. Aku melakukannya supaya mereka bebas berhubungan tanpa perlu sembunyi-sembunyi lagi. Aku ingin melihat mereka bahagia." Gadis cantik itu tersenyum miris seraya mengusap air mata buayanya.

"Hally teman kita?" Tanya Vicensia menegaskan.

Shine mengangguk lemah. "Iya."

Alesya menggeram kesal. "Aku tidak menyangka Hally akan menjadi penghianat. Wajar saja selama ini dia tampak antusias saat ada Dante di dekat kita."

"Sayang sekali dia sudah pulang sehingga aku tidak bisa memarahinya." Imbuh Shellina.

Shine menggeleng tegas. "Jangan memarahinya. Biarkan saja dia, teman-teman. Aku sudah mengikhlaskan Dante untuk dirinya."

"Kau terlalu baik." Desah Vicensia gemas.

Shine tersenyum kecil. "Aku tidak sebaik itu, Vicensia. Aku melarang kalian melakukannya karena kalian tidak pantas marah-marah ke mereka. Nanti harga diri kalian bisa tercoreng. Biarkan saja mereka berduaan dan menjalin hubungan."

Menjeda ucapannya sejenak seraya menyusun diksi yang tepat untuk diucapkan. "Lagipula, sekarang aku ingin memulai hubungan baru dengan Max. Pria yang memperlakukanku lebih baik daripada Dante. Aku yakin, aku akan lebih bahagia saat bersamanya walau pun aku baru mengenalnya. Mungkin ini terdengar sedikit bodoh tapi aku ingin mempercayai firasatku kali ini."

"Apapun keputusanmu, kami akan mendukungnya." Support teman-teman Shine merasa bersimpati pada Shine.

Di ambang pintu, Max mendengar semua perkataan Shine. Hatinya semakin berbunga-bunga mendengar ucapan Shine tanpa mengetahui itu semua omong kosong belaka. "Ternyata dia serius padaku. Baiklah, aku akan memberikan sedikit kelonggaran untuknya." Kekehnya manis.

Bersambung...

8/9/22

firza532

firza532

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Max's ObsessionWhere stories live. Discover now