6 - Cemburu

6.6K 726 181
                                    

Happy Saturday everyone!
Please vote & comment this chapter ya...

Coba komen jam berapa kamu baca bab ini?

Selamat membaca😍

🫀

Sean Advielo Mahastama. Laki-laki yang banyak menghabiskan waktunya di dunia akademik. Hobinya adalah belajar. Menggambar, berkuda serta hal lainnya adalah kegiatan yang ia lakukan bila ia sedikit suntuk saat belajar. Kecerdasan yang ia miliki mampu membuatnya masuk kelas akselerasi saat SMP dan SMA.

Kemudian ia melanjutkan cita-citanya di dunia kedokteran, tepatnya di Yong Loo Lin School of Medicine, National University of Singapore selama 5 tahun dan Sean mendapat gelar Bachelor of Medicine and Bachelor of Surgery (MBBS). Empat tahun kemudian, ia memperoleh Fellowship of the Royal College of Surgeons (Edinburgh), dan tidak berhenti di sana, Sean juga mengikuti pelatihan bedah kardiotoraksik di Cleveland Clinic Foundation di Cleveland, AS dua tahun lamanya. Dan ia menyelesaikannya di usia yang ke-27.

Awalnya Sean ingin melanjutkan karir di luar negeri, tapi Gian Alvares, ayahnya, menariknya ke Indonesia, yang membuat Sean harus beradaptasi dengan lingkungan kerja lagi.

FYI, dokter lulusan luar negeri tidak bisa langsung praktik di Indonesia, baik itu klinik atau rumah sakit. Mereka harus mengikuti uji kompetensi dan prosedur sesuai dengan peraturan Konsil Kedokteran Indonesia dan Ikatan Dokter Indonesia. Proses tersebut memakan waktu cukup lama. Itu yang membuat Sean baru bisa bekerja belakangan ini, setelah memiliki STR dan izin praktik.

Kadang ia masih tidak menyangka, bahwa ia diakui menjadi dokter di Indonesia saat usianya mau 29 tahun. Untungnya ia langsung bekerja di rumah sakit Mahastama, milik keluarganya, dan beberapa rumah sakit yang memintanya untuk bekerja sama karena mereka kekurangan tenaga spesialis.

"Dok, pasien atas nama Bapak Samsul masih demam sampai saat ini," jelas seorang perawat, asisten Dokter Sean.

"Yang kemarin baru operasi?" tanya Sean, setelah memakai jas putihnya. Ia baru saja tiba, dan kabar tidak enak sudah mendatanginya pagi ini.

"Betul, Dok." Perawat bernama Nila itu memperlihatkan rekam medis milik pasien yang dicatat sampai hari ini.

Mengalami demam setelah operasi bypass jantung merupakan efek samping yang dialami pasien, apalagi operasinya masih terhitung dini. Tapi, apapun efek samping yang pasien rasakan, tenaga medis harus selalu waspada.

Nila segera keluar dari ruangan Dokter Sean, menyiapkan obat yang diperlukan oleh pasien saat kunjungan nanti.

Sementara Sean sudah menyalakan komputer, mencari nama Pak Samsul di antara nama pasien, dan mengetik nama obat yang akan ia berikan. Sistem itu akan terbaca di komputer asistennya, sehingga Sean tidak perlu mencatat atau mengulang bila perawat mendadak lupa nama obatnya.

Sambil menggantungkan stetoskop di leher, Sean keluar dari ruangan, berjalan sampai di depan lift, lalu turun ke lantai 1, ruang ICU.

Pintu bertuliskan ICU itu otomatis terbuka saat orang mendekat. Sean menghampiri meja perawat untuk mengambilkan masker dan mengoleskan hand-sanitizer ke tangannya.

Langkahnya tiba di depan kamar 02, atas nama pasien Samsul. Sean masuk, diikuti Nila yang membawa nampan berisi botol cairan dan suntik kecil. Sean membaca monitor, memeriksa selang pernapasan dan menyesuaikan pengaturan ventilator.

"Nil, Pak Samsul boleh dipindahkan ke ruang perawatan biasa besok sore," ujar Sean.

"Tanyakan pada pihak keluarga, mau fasilitas kamar seperti apa," lanjutnya.

DPDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang