27 - Bukan Lamaran

2.7K 407 142
                                    

Annyeong....
Sebelum baca bab ini, kasih tahu aku dong scene apa yang kamu pengen dari Dea dan Sean🤩

Pokoknya bab ini harus lancar vote dan jumlah komentarnya yahh
🔥🔥🔥🔥🔥

Selamat membaca guyss
🤗🤗🤗🤗🤗

🫀

"Aku harus bagaimana di sana? Ada saran?" Dea tidak bisa berpikir logis untuk sejenak karena mereka hampir tiba di kediaman Oma Nat.

Walaupun Dea baru balik dari Lembang, ia tidak menolak ajakan Sean. Tidak ada keluhan yang ia ucapkan, karena ia sudah berkomitmen untuk mendukung kekasihnya itu. Mereka juga sudah pernah membicarakannya. Dan Sean pun sudah berencana mengenalkannya di acara ulang tahunnya nanti. Mempercepat perkenalannya tidak menjadi masalah bagi Dea.

"Just be yourself. Nggak ada yang perlu dikhawatirkan. Kamu hanya ketemu teman lama, keluarga lama."

Ya. Dulu ia pernah ke sana. Bertemu Oma Nat dan keluarga besar Mahastama. Tapi saat itu, ia hanya dikenal sebagai teman Gina. Dea pun tidak merasa terintimidasi dan bisa bersikap biasa saja. Namun, apa yang ia alami saat ini sudah berbeda. Kedatangannya, bukan sebagai teman Gina, tapi sebagai pasangan Sean.

"Ya, kan? Harusnya aku nggak perlu khawatir, nggak perlu gugup." Dea meyakinkan dirinya. Walau berkali-kali ia gusar dan menghela napasnya. Toh, cepat atau lambat, mereka akan melewati ini juga.

"Maaf." Sean mengusap kening Dea. "Aku takut nggak ada kesempatan di hari lain."

Dea paham akan situasinya, sehingga ia hanya mengangguk.

"Kata Om Dirga, kamu ke US. Itu beneran? Atau cuman jebakan aja tadi ya?"

Dea mengerjap, bingung juga menjelaskannya. Perihal itu masih menjadi diskusi di antara keluarganya saja. Ia menerima penawaran untuk bergabung dengan projek fashion di US. Agensi yang bekerja sama dengan label terkenal dan termahal yang pernah ada di barisan fashion-fashion dunia.

"Nanti aku akan cerita. Sepulang dari sana. Bagaimana?"

"Oke." Sean mengklakson, memberitahu satpam agar membukakan pagar rumah besar itu. Begitu terbuka, sudah banyak mobil berjejer di teras rumah karena parkiran penuh dengan mobil penghuni rumah.

Dea menarik napasnya dalam-dalam, lalu menatap kekasihnya dan mereka saling memberi tos dan kemudian keluar dari mobil.

"Aku sudah hampir kenal seluruh keluarga kamu. Tapi, semoga aku nggak salah mengenali mereka ya," kata Dea saat mereka berjalan memasuki rumah.

Sean merangkul bahunya dan menepuknya sesekali. Ia tidak ingin Dea tahu kalau ia sendiri pun deg-degan. Ia lebih takut, lebih deg-degan dari siapa pun saat ini. Tapi, Sean tidak ingin menunjukkannya di depan Dea, karena itu mungkin akan membuat Dea jadi semakin tidak percaya diri.

Suara – suara sudah mulai masuk ke telinga. Ada tawa dan obrolan yang semakin mendekat. Dea meremas bajunya sendiri, dan kembali melihat Sean di sampingnya.

"WUAHHH! Siapa ini yang datang?"

Seseorang baru saja menyadari kedatangan mereka di ruang keluarga kediaman Mahastama. Putri kedua dari pasangan Netayana dan Bramantio, Alex Patricia. Perempuan itu langsung berdiri menyambut mereka. Karena dia pula, seluruh perhatian langsung terarah pada Sean dan Dea.

Banyak pasang mata menatap mereka. Dea belum bisa tersenyum, sampai Alex mendatanginya, lalu memeluknya sehingga Sean langsung melepas rangkulannya.

"Apa kabar, Dea?" tanyanya.

DPDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang