12 - CCTV

5.1K 631 269
                                    

Happy New Year 2023🎉🎉🎉
Semoga banyak hal baik yang menghampiri kita di tahun ini, sabar dan semangat untuk menjadi pemenang dan kebahagiaan diri sendiri. Resolusi yang sudah disusun mulai tercapai dan semoga kita berkomitmen untuk melaksanakan kewajiban kita. *Aku juga sedang berusaha untuk tetap sabar dan semangat kok🤭

Sama-sama kita mendoakan hal yang baik di tahun 2023 ini. Kita kuat dan kita mampu😍😍

Coba kalian sebutin resolusi kalian tahun 2023 ini?

Dukung terus vezellia dan DPD ya🤗🤗🤗

Vote dan komen yang banyak ya🥰

Happy reading guys...

🫀

Dea membuka mata. Dan wajah Gina yang masih tidur dengan pulas di sampingnya menjadi objek pertama yang ia lihat. Setelah sedikit meregangkan badannya, kondisinya sudah lebih baik, tidak lagi pusing setelah tidur semalaman. Dea segera bangun dari tempat tidur untuk mengecek ponselnya yang ada di meja rias Gina.

Ada beberapa pesan yang belum Dea baca. Ia duduk di kursi dan membalas pesan tersebut satu per satu. Setelah itu, ia berkaca di cermin di meja rias Gina. Dahinya berkerut. Lalu, ia menatap ke bawah, tepatnya ke badannya sendiri. Baju polos yang ia pakai sekarang, itu milik siapa? Dea masih mengenali baju miliknya. Jadi, yang di badannya sekarang, itu milik siapa?

Karena sepengetahuan Dea, Gina tidak pernah memiliki baju seperti ini. Baju di badannya sekarang, persis sekali seperti baju laki-laki. Dea berkecimpung di dunia fashion. Tentu ia tahu merek baju khusus laki-laki. Ukuran baju ini juga cukup besar.

Segera Dea mengecek ke kamar mandi. Dan nihil, tak ada jejak yang tertinggal atau fakta yang ingin ia cari. Dea kembali ke kamar untuk mengecek lagi. Tapi, Dea tidak menemukan bajunya sendiri. Karena logikanya, bila baju yang sekarang dipakainya adalah milik Gina, maka bajunya pasti ada di kamar Gina ini.

"Kak Dea...." Dea menyusul ke ranjang. Duduk di samping Gina yang masih berbaring.

"Cari apa, Kak?" tanya Gina karena saat ia bangun, ia melihat Dea mondar-mandir.

Dea sempat diam, karena ia tidak ingin Gina curiga. "Ikat rambut," ujarnya bohong.

"Ikat rambut? Pakai aja Kak punyaku."

Dea terkekeh. "Nih, udah dapat." Dea mengangkat ikat rambut yang diegenggamnya. Ia berdiri dan berjalan ke jendela. Menyibak gorden lalu membuka salah satu jendelanya.

"Panas, Kak Dea."

"Sinar matahari pagi harus masuk ke kamar lho, Gin." Padahal Dea sama saja dengan Gina. Ia akan mengeluh juga ketika Mamanya membuka jendela kamarnya pagi-pagi.

Dea mengikat rambutnya jadi satu. Ia melakukannya di balkon kamar Gina. Ia menatap ke bawah, mbak-mbak yang bekerja di rumah Gina sudah sibuk memberi makan di kolam ikan, ada yang menyiram tanaman juga. Suara air mengalir dari tembok tinggi dekat kolam renang menjadi penenang setelah bangun pagi. Dea suka tinggal di sini.

Matanya berkeliling melihat seluruh lantai satu yang bisa dijangkau dari balkon kamar Gina. Kadang Dea tertawa mendengar obrolan seru para mbak yang masih berada di taman. Suara mereka kuat dan sampai ke atas. Lalu, ketika Dea mengangkat kepalanya, matanya langsung bertabrakan dengan pemandangan tak biasa.

Pegangannya langsung mengeras di pagar balkon. Sempat ia memalingkan matanya, namun Dea kembali lagi menatap, di sana, Sean berolahraga di ruang gym. Jarak ruang gym memang tidak terlalu jauh dari kamar Gina. Dan Dea baru tahu, kalau dari balkon ini, ia bisa melihat ruang gym dalam jarak dekat. Dinding yang terbuat dari kaca memberi Dea kemudahan untuk menyaksikan badan Sean.

DPDWhere stories live. Discover now