10 - Confess

5.2K 728 756
                                    

Hi! Apa kabar di penghujung tahun 2022? ^^
Sekolah, kuliah, pekerjaan, kehidupan, semoga ke depannya kita masih semangat menjalaninya☺️

Sekarang kita rileks dengan DPD dulu 😻😻

💥NOTE💥
Baca AU DPD dulu di instagram vezellia supaya lebih paham dgn isi bab ini.

Oh iya, ke depannya aku akan up story chat aka AU DPD yg tentunya berhubungan dgn Dosen Bucin dan DSM di instagramku.
vezellia

Bila jumlah comment di bab ini mencapai 400, aku akan langsung up Bab 11. Aku serius✌️🤗

Warning: hot

Happy reading👏

🫀

Dea memenuhi janjinya untuk datang ke rumah utama orang tua Dokter Sean. Bukan hanya datang untuk makan malam seperti rencananya, tapi Dea juga datang untuk melakukan pekerjaannya, sebagai seorang owner Butik O'Deil sekaligus desainer.

"Kira-kira, bajunya selesai berapa lama ya?" Om Ares bertanya setelah staf Dea selesai mengukur badan beliau.

"Bisa kami minta waktu 1 bulan, Om?"

"Lama sekali," sahut Om Ares jujur.

Dea meletakkan majalah yang yang baru dibacanya. "Om Ares ada acara penting ya?" tanyanya.

"Iya. Apa boleh dipercepat?"

"Boleh. Tapi, dengan harga khusus," terang Dea.

"Wah... Kamu mau porotin Om ya? Gak ada diskon untuk calon mertua nih?" Dan Dea hanya tertawa kecil mendengarnya.

"Bisnis adalah bisnis, Om." Dea meminta stafnya untuk mengantarkan catatan ukuran itu ke penjahit di butik.

"Iya, kamu benar. Dan sebagai pebisnis, Om harus mengikuti aturan kan?" Ares mengangkat gelasnya yang berisi teh hangat yang dihidangkan istrinya beberapa saat lalu.

Dea menganggukkan kepalanya. Ia percaya sekaligus kagum dengan Om Ares yang berhasil di dunia bisnis yang bergerak di bidang jasa. Pendidikan dan rumah sakit. Beliau fokus untuk mengelola kedua yayasan Mahastama tersebut dengan serius, sehingga sampai hari ini, namanya tetap dikenal karena memberi pelayanan yang terbaik untuk masyarakat.

"Kamu tahu usia Om sekarang berapa?"

"58?"

Beliau terkekeh atas jawaban yang Dea sebutkan. Beberapa anak muda yang ia tanya dan mengenalnya dengan baik, selalu menjawab Bapak masih terlihat muda, seperti usia 30-an. Dan Dea, satu-satunya anak muda yang memberi jawaban berbeda. Kenapa Ares merasa senang saat ada anak muda yang justru menyebut angka tua seperti itu? Ia merasa diakui dan diterima untuk mencapai usia setengah abad yang diimpikannya.

"60. Om sudah 60 tahun. Dan Om tidak tahu akan berhenti di angka berapa."

"Nobody knows."

"Ya, tidak ada yang tahu. Makanya itu, Om mulai berpikir untuk pensiun. Gimana menurut kamu?" Ares dengan kemampuan observasinya, menajamkan mata dan telinga untuk mengetahui reaksi dan jawaban yang akan diberikan Dea.

"Jangan hanya dipikirkan, Om. Nanti gak jadi-jadi pensiunnya. Kalau Om khawatir sama yayasan, Om punya tiga anak yang handal yang bisa mengelola yayasan. Kalau aku di posisi Om, aku memilih pensiun sejak lama. Aku tidak akan menunggu umurku di angka 60."

DPDWhere stories live. Discover now