29 - Mencuri Hati

4.2K 409 61
                                    

Hai teman-teman 😍😍
Semoga kabar kalian semua baik-baik yaa
Makin ke sini, sudah semakin jauh aja bab nya...
Mari kita usahakan cerita ini selesai di 2024 🤩

Yuk vote bab ini dulu😉
Comment yang ramai ya🔥🔥🔥

Selamat membaca🤗🤗🤗

🫀

Hari-harinya semakin sibuk menjelang pernikahan abang sepupunya. Selain mempersiapkan gaun keluarga, dia tetap sibuk bekerja di kantor, bahkan di malam ini, ia masih memeriksa laporan keuangan bulanan yang baru dikirimkan oleh tim finance. Ia perlu merekap beberapa poin sebelum nantinya ia rangkum, guna presentasi pada pemegang saham utama, siapa lagi kalau bukan Oma Clara dan Papa Dirga.

Jam sudah berputar di pukul delapan lebih dua puluh menit, namun kakinya tak sedikitpun bergeser dari tempat duduknya. Butik sudah hampir tutup dan karyawannya akan segera merekap laporan harian pada leader masing-masing.

Sambil memeriksa laporan dalam excel tersebut, Dea tetap menyempatkan waktunya untuk makan malam. Begitulah kondisinya akhir-akhir ini. Makan sambil bekerja. Ia dikirimi bekal oleh Mamanya sekitar dua jam lalu, karena ia melapor bahwa ia akan melewatkan makan malam di rumah lagi, sehingga Melani mengirimkan bekal via ojek online.

Sejenak ia hentikan aktivitas menyendok makanannya, lalu membalas email untuk menyetujui laporan keuangan tersebut. Ia memeriksa jadwal dan beberapa deadline yang dikirimkan oleh Nina per hari ini. "Hm? Andrani mau fitting pertama di hari Senin? Yang benar aja!" Dea masih terlalu muda untuk jadi seorang pelupa. Setahunya, fitting pertama Andrani akan dilaksanakan di awal bulan.

Dea segera menarik gagang telepon yang ada di meja, mencoba memanggil Nina dari sana. "Halo, Nin. Ini beneran fitting Andrani hari Senin? Bukannya di awal bulan? Kenapa aku nggak tahu ya? Tolong dong besok pagi rapat sama tim jam 8 ya." Dea mengakhiri teleponnya setelah mendapat konfirmasi dari Nina.

Dea menyandarkan punggungnya pada kursi. Helaan napasnya berat, dan kembali memikirkan hari-harinya yang padat. Dia punya waktu dua hari untuk fokus mengerjakan gaun Andrani, karena Sabtu ini ia akan menghadiri pernikahan Joshua.

Ia mengambil tab nya, kembali melihat rancangan gaun yang ia desain sesuai permintaan Andrani. Ia berdiri, berniat mendatangi ruangan tim produksi yang memegang gaun Andrani. Kondisi butik sudah mulai sepi, jadi ia turun ke lantai dua dan berjalan ke ruangan belakang.

Butik mereka memiliki lima ruangan produksi yang cukup luas. Dea tiba di depan pintu yang di sampingnya tertulis tim produksi gaun Andrani. Dea memasuki ruangan tersebut dan segera menyalakan lampu. Ekspektasinya tidak tinggi, dan melihat pekerjaan timnya yang cukup bagus, ia bisa menghela napas lega sejenak. Dea mendatangi manekin yang dilapisi kain putih berkristal itu, masih banyak jarum jarum pentul yang menempel, namun beberapa bentuk sudah terlihat lebih jelas di sana. Ia memeriksa sedikit, lalu keluar dari sana.

Saat Dea kembali ke ruangan, ia berpapasan dengan Nina. Sudah membawa tas dan berniat untuk pulang. "Saya pulang duluan ya, Kak."

"Oke. Yang tadi jangan lupa diatur ya."

"Aman, Kak."

Setibanya di ruangan, Dea mulai membereskan meja kerjanya, mematikan layar komputer dan mengambil tasnya. Sisa pekerjaannya akan ia bawa ke rumah. Dea mematikan lampu dan pendingin ruangannya, lalu mengunci pintu dengan rapat.

Hanya tinggal beberapa karyawan yang ada di butik, terlihat berbenah ke sana ke mari. Ia mengeluarkan kunci mobilnya saat ia berada di teras butik. Mobilnya terparkir dekat pintu masuk. Ketika ia menarik gagang pintunya, ponselnya berbunyi, sejenak ia abaikan sampai masuk ke mobil.

DPDOnde histórias criam vida. Descubra agora