14 - My Girl

5.8K 684 263
                                    

Hai guys....
DPD update lagi🤗
Aku yakin, kalian pasti nunggu momen Sean & Dea yang ada di bab ini^^

So, kasih vote dan komentar yang banyak ya di bab ini😍
Selamat membaca💙

🫀

Dea menatap pantulan dirinya melalui cermin tinggi yang terpajang di kamar Sean. Ia mengenakan dress scuba selutut warna navy, hasil berbelanja singkat di mal setelah mereka selesai treatment.

Ia baru selesai memoles wajahnya dengan make-up natural dan hasilnya pun lumayan. Hanya dengan rol rambut biasa, Dea juga berhasil membuat rambutnya lebih rapi dan bervolume. Dea terkikik sendiri. Dengan peralatan seadanya yang ia beli, Dea tetap mampu bersolek seperti biasanya.

Dea segera keluar dari kamar Sean setelah mengenakan sepatu yang juga dibeli oleh Sean. Ia bersikeras membayar tagihan dress dan sepatu yang Dea pilih, sehingga Dea mengalah dan membiarkan Sean yang membayarnya.

"Kok cepat? Aku kira kamu bakalan lama," ujar Sean yang duduk kursi pantry. Posisi duduknya yang membelakangi meja pantry dan menghadap ruang tamu, membuat ia bisa melihat kedatangan Dea.

"Gimana? Bagus gak penampilanku?" tanya Dea antusias.

Sean mengangguk, ia memandang dari atas ke bawah dan kemudian kembali bertatapan dengan Dea. "Bagus."

Alis Dea menaik. Mempertanyakan reaksi Sean yang sesederhana itu. "Gitu doang?"

Sean mengerjapkan matanya. "Ya." Ini dia tidak salah bicara kan? Penampilan Dea memang bagus malam ini.

Sean memberi segelas air putih dan menunggu Dea meminumnya. "Sejak pulang dari mal, kamu belum ada minum," jelasnya setelah menerima gelas kosong dari Dea. Dokter yang sangat detail dan perhatian.

Dea mengangguk. Ia mengambil selembar tisu untuk mengelap bibirnya. Lalu berjalan ke arah meja di ruang tamu, mengambil tasnya. "Ayo," ajaknya pada Sean.

Sean segera berdiri dan menyusul Dea yang berjalan ke arah pintu lebih dulu. Tak berbeda jauh dengan Dea, ia mengenakan kemeja putih dan celana bahan hitam yang membungkus kakinya. Pasangan yang serasi.

"Reservasi jam berapa?" tanya Dea setelah pintu lift tertutup.

"Jam 7.30." Sean melihat jam di tangan kanannya yang ternyata sudah menunjukkan pukul tujuh lewat enam.

"Tadi aku udah telpon Om sama Tante. Sama Arga juga," ujar Sean.

Ketika Dea bersia-siap di kamarnya, Sean yang berada di kamar lain, menyempatkan diri untuk meminta izin ke orang tua Dea, bahwa Sean hendak jalan bersama putri mereka. Tak tanggung-tanggung, ia juga minta izin sama adiknya.

"Arga? Serius kamu bilang sama dia?"

"Hm. Tadi dia titip sesuatu."

"Apa?"

"Pajak jadian katanya."

"Wah..."

"Pajak jadian itu apa ya?" Sean mengantongi kunci mobilnya dan mengambil ponsel dari saku celana.

"Aku enggak ngerti soal gituan," jawab Dea yang sebenarnya paham dengan istilah itu. Mood-nya udah turun serta sedikit gengsi untuk menjelaskan, jadi Dea diam saja.

"Pajak jadian. Permintaan traktiran dari orang-orang terdekatmu setelah mengetahui kabar bahwa kamu baru saja jadian." Sean baru saja membacanya dari internet.

"Gimana?"

"Apa?" tanya Dea,

"Ditraktir gak si Arga?"

DPDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang