11 - Gara-gara Anggur

5.5K 732 737
                                    

Baru bangun terus lihat WP, wowww, comment nya udah jauh memenuhi dari target, kalian keren☺️👏👍
Thanks lhoo buat komennya🤗

Semoga bab ini buat hati kalian senang ya☺️

Happy reading

🫀

Acara BBQ yang direncanakan oleh Ares dan istrinya untuk makan malam tertunda hampir 2 jam. Ares ketiduran, begitupun dengan anak sulungnya yang mengurung Dea dalam pelukannya. Yang lain sibuk dengan dunianya masing-masing dan tidak mempersalahkan acara itu karena Ares lah yang menggerakkannya.

Saat jarum jam menunjukkan pukul delapan lewat lima, mereka berkumpul di balkon samping di lantai 2. Sean dan Gerald sudah sibuk dengan pemanggang dan daging. Gina dan Dea mengatur piring dan mengambil minuman. Lalu, Nara mengambil tugas untuk meracik sambal. Kepala keluarga, Bapak Ares, selalu siap sedia menjadi asisten istrinya.

"Dea! Sini dong!" panggil Gerald yang berdiri di depan pemanggang.

"Kenapa, Koh?" Dea baru saja datang dengan Gina sambil membawa buah yang diminta Nara.

"Jagain bentar. Gue mau ke toilet." Gerald berlari, meninggalkan Dea yang berdiri di samping Sean.

"Ko Gerald berusaha banget bikin kita ngobrol," ujar Dea sambil tertawa. Ia mengipas arang di depannya. Mengikuti apa yang dilakukan Sean dengan panggangannya.

"Padahal aku udah dapat lebih dari sekadar mengobrol," sahut Sean yang disertai kekehan pelan.

"Apa emangnya?"

"Dih, pura-pura nggak tahu kamu, De."

"Aku gak tahu."

"Aku dapat ciuman, terus pelukan yang lama. Gratis pula." Dea melotot dan memukul tangan Sean dengan kipas yang ia genggam. Lantas Sean tertawa, mengabaikan pukulan kecil yang dilayangkan Dea ke tangannya.

"Awas gosong loh dagingnya. Nanti Gerald marah."

"Iya, iya."

"Kamu tahu nggak, kalau sekarang ada banyak mata yang memandang kita." Dea melihat ke belakang untuk membuktikan ucapan Sean. Dan benar saja, mereka berempat langsung sok sibuk dengan kegiatan mereka.

"Tadi siang Ko Gerald bilang kalau kamu sensi, terus minta tolong samaku buat turunin kesensian kamu. Kamu juga bilang gak tidur semalaman. Ada masalah apa? Om Ares, Tante, bahkan Gina juga tampak waspada."

"Nggak ada masalah apa-apa. Mereka aja yang ambil kesimpulan sendiri."

"Wajah kamu berbicara. Kamu marah atau kesal, itu kelihatan jelas di muka. Makanya mereka gak berani ganggu. Habisnya, kamu menyeramkan sih, kalau lagi marah."

"Kamu takut?"

"Sedikit," jawab Dea dengan jujur.

"Dan kamu melawan rasa takutmu untuk masuk ke art room."

"Iya."

"Jadi yang tadi itu beneran kangen atau gimana?"

"Aku menyelematkan diri."

"Gak kangen berarti ya?"

"Bukan gitu."

"Berarti kangen?"

"Gak tahu."

"Oke. Kamu kangen."

Sean memindahkan daging yang sudah matang ke piring. Ia mengisi panggangannya lagi dengan daging baru. "Yang pinggir itu udah matang," tunjuk Sean ke sisi kanan panggangan Dea.

DPDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang