30 - The Plan

2.6K 355 85
                                    

Halo guys🤗🤗🤗
Apa kabarnya?

Maaf baru bisa menyapa kalian saat ini, semoga ke depannya bisa sering update yah🥰

Bab ini kayaknya paling banyak deh dari semua bab DPD, 4600++ kata lho😄🤩

Ayok kasih vote dan bakar dulu sebelum baca🔥🔥🔥🔥

Happy reading guys😍

🫀

Terakhir kali menggerakkan badannya di tempat gym, Dea masih sanggup mengangkat beban yang bahkan tidak sampai enam kilo. Entah kelelahan seperti apa yang membuatnya saat ini sehingga ia tidak banyak melakukan exercise, even itu hanya angkat beban. Ia pulang lebih cepat dari tempat gym yang ada di dekat rumah.

Ia jelas tahu kalau besok adalah pesta pernikahan sepupunya. Oleh karena itu, ia ingin memberikan waktu pada tubuhnya untuk melenturkan sisi-sisinya yang kaku dan berat karena akhir-akhir ini terlalu banyak duduk di kantor. Hari ini ia tetap pergi ke kantor untuk meninjau pekerjaan tim gaun Andrani dan melihat beberapa anggota keluarganya yang mengikuti fitting final untuk acara pernikahan sepupunya.

Motor yang ia kendarai tiba di rumah sesuai perkiraannya. Pukul sembilan pagi lebih beberapa menit, adiknya terlihat buru-buru menggunakan sepatu, Papanya asyik menonton melalui iPad, sementara Mamanya sedang membuat jus.

"Ma, jadi ke butik kan?" tanyanya.

"Jadi. Mama sudah selesai ini."

Dea mengangguk dan kemudian segera bersiap-siap juga, hingga setengah jam kemudian, mereka berkumpul bersama di ruang tengah, tanpa Arga.

"Papa mau ikut juga ke butik?"

"Mau."

"Aku yang nyetir ya," kata Dea sembari menarik ransel kecilnya.

"Boleh," balas Dirga lalu memberikan kunci mobilnya.

Mobil hitam milik Dirga itu melaju dengan kecepatan normal, di bawah kemudi Dea, mobil itu bisa ia bawa dengan benar. Mamanya duduk di sebelahnya, sementara Dirga duduk sendiri di belakang.

"Enak juga ya disupirin gini. Kapan-kapan kalau ke kampus, kamu dong Ma, yang bawa mobil. Jangan saya mulu. Saya udah tua lho." Gumaman pria yang mengaku sudah tua itu ditanggapi oleh tawa dari Dea. Sementara Melani hanya berdecih dan malah menyahut, "Dari lama juga udah aku tawarin pakai sopir. Kamu yang bilang nggak mau. Aku sih mendingan naik ojek online dibanding harus nyetir."

"Tuh, kan! Berkaca sama Dea deh, Ma."

"Dea masih muda, Pa," sahut Melani.

"Ya. That's my girl." Dea menyemburkan tawanya. "Geli banget tahu, Pa. Jangan gitu lagi lah, malu kalau kedengaran sama orang lain. Entar dikira yang bukan-bukan."

"Memangnya ada yang salah sama perkataan Papa? Nggak kan? Saya bangga punya kamu."

"Ah, yang benar?"

"Beneran, Kak."

Walau fokusnya mengemudikan mobil, Dea senang mendengar tutur Papanya. "Aku mempertimbangkan tawaran projek ke US."

"Oh yang sempat kamu bilang waktu itu ya, Kak?" Melani memastikan dahulu.

"Yes. Setelah aku baca detail, ternyata mereka menawarkan beasiswa partial funded, termasuk untuk sekolah Master degree."

"You take it or leave it?" tanya Dirga.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: May 10 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

DPDWhere stories live. Discover now